tag:blogger.com,1999:blog-87385534126769070822024-03-13T11:56:38.212+08:00ibnuislamMenyajikan informasi fatwa, Kisah dan Nasehat IslamHariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-36495485430573437092011-05-29T13:13:00.000+08:002011-05-29T13:13:32.380+08:00Untuk Pemuda: Tips Sembuh dari Onani (Ayo, Kamu Bisa!)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><strong>Oleh Farhan (Pimred Majalah Tashfiyah)</strong> <div style="text-align: center;"><strong><br />
</strong></div><strong></strong><strong><em><img alt="" class="alignleft" height="287" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/02/onani.jpg?w=215&h=287" title="onani" width="215" /></em></strong>Onani dan masturbasi. Dua kata yang tabu disebutkan oleh orang yang masih memiliki fitrah di dalam dirinya. Bagi kamu yang sudah ‘ketagihan’, dengan kemauan, usaha, dan kerja keras yang tinggi, kamu pasti bisa keluar dari masalah ini.<br />
<br />
<strong></strong><br />
Kamu mau kan dipanggil sebagai seorang mukmin. Nah, di antara ciri seorang mukmin adalah yang Allah sebutkan dalam Surat Al-Mu`minun ayat 5-7:<br />
<em>“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,(*) Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.(*). <strong>Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas</strong>.”</em>[Q.S. Al Mukminun 5-7].<span id="more-10072"></span><br />
Sebagian ulama menjadikan ayat di atas sebagai landasan diharamkannya onani dan masturbasi. Karena, orang yang melakukan onani dan masturbasi termasuk mencari selain yang Allah telah halalkan. Yang berarti telah melampaui batas sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.<br />
<br />
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Imam Asy-Syafi’i, Imam Malik, dan ulama lainnya berdalil dengan ayat ini tentang diharamkannya onani. Hal ini juga disebutkan oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya. (<strong>Adhwa`ul Bayan</strong>)<br />
Nah, buat kamu yang sudah terlanjur ‘ketagihan’ melakukannya, kami sebutkan beberapa hal yang bisa kamu lakukan buat meredakan ‘dorongan jiwa’ ini. Terapi yang ditempuh untuk menghilangkan kebiasaan haram ini di antaranya adalah:<br />
<ol><li>Bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Merasa senantiasa diawasi oleh Allah di mana pun berada, di kamar tidur, kamar mandi, dan di semua tempat. Seluruh aktivitas kamu <em>nggak</em> ada yang tersembunyi bagi Allah. Semua yang kamu lakukan akan dicatat, lalu kamu akan dapati seluruh amalannya tercatat dalam catatan amal. Allah berfirman yang artinya, <em>“Dan diletakkanlah catatan amal, lalu engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dosa takut terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka Kami, kenapa kitab ini tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan. dan Rabbmu tidak menzalimi seorang pun”.</em>[<strong>Q.S. Al-Kahfi:49</strong>].</li>
<li>Menikahlah. Onani dan masturbasi disebabkan dorongan syahwat yang kuat. Jadi, bagi yang mampu menikah, menikahlah. Lagipula, menikah itu banyak banget untungnya lho.</li>
<li>Kalau belum mampu menikah, lemahkan syahwat kamu dengan puasa. Untuk poin dua dan tiga ini, Rasulullah bersabda dalam riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud z yang artinya, <em>”Wahai para pemuda, siapa yang mampu menikah, maka <strong>menikahlah</strong>. Adapun yang belum mampu <strong>berpuasalah</strong>, sesungguhnya puasa adalah tameng baginya.”<strong><img alt="" class="alignright" height="200" src="http://tashfiyah.net/wp-content/uploads/2011/05/onani-300x200.jpg" title="onani" width="300" /></strong></em></li>
<li>Sibukkan diri kamu dengan kegiatan yang bermanfaat, amal shalih, bekerja, belajar, olah raga, dan yang lainnya. Jangan banyak melamun atau kosong dari amal shalih.</li>
<li>Cari teman baik yang bisa mengingatkan dan menasehati.</li>
<li>Hindari pemicu syahwat, seperti <em>ikhtilat</em> (campur baur lawan jenis), tidak menjaga pandangan dan yang lainnya.</li>
<li>Berdoa kepada Allah, memohon kepada-Nya untuk mengilangkan kebiasaan buruk ini. Plus, berusaha sekuat tenaga agar tidak terjerumus ke dalam maksiat ini.</li>
<li>Jangan pernah memandang remeh satu dosa pun. Al-Qadhi ‘Iyadh <em>rahimahullah</em> mengatakan, “Ketika engkau meremehkan dosa, ketika itu pula akan besar di sisi Allah. Ketika engkau menganggap besarnya dosa, ketika itu pula akan menjadi kecil di sisi Allah.” Tumbuhkan rasa takut kepada Allah. Abdullah bin Masud <em>radhiallahu ‘anhu</em> mengatakan, “Seorang mukmin melihat dosanya seolah-olah seperti melihat gunung yang khawatir akan runtuh menimpanya. Adapun seorang pendosa melihat dosanya seolah lalat yang hinggap pada hidungnya, ia kipaskan begitu saja dan terbang”. [<strong>Riwayat</strong> <strong>Al-Bukhari dan Muslim</strong>].</li>
<li>Catat dan ingat-ingat ucapan Nabi ` ini, <em>“Siapa saja yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya.”</em> [H.R. Al-Baihaqi di dalam <strong>Syu’abul Iman</strong>, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani <em>rahimahullah</em> dengan disandarkan kepada Imam Ahmad]. Pengen dong yang lebih daripada kesenangan ‘sekejap’ yang langsung lenyap.</li>
<li>Jangan menyerah, selalu semangat dan minta pertolongan kepada Allah. Rasulullah ` bersabda, <em>”Bersemangatlah dalam setiap yang bermanfaat bagimu dan mintalah selalu pertolongan Allah, jangan lemah.” </em>[<strong>H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah </strong><em><strong>radhiallahu 'anhu</strong></em>].</li>
<li>Coba kamu renungkan, Allah telah menciptakan kamu, memberikan segala fasilitas buat kamu, melimpahkan nikmat-Nya lahir dan batin. Allah ta’ala berfirman, <em>“Tidakkah kalian perhatikan bahwasanya Allah telah menundukkan untuk kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” </em>[<strong>Q.S. Luqman:20</strong>]. Kenapa justru kamu balas dengan maksiat?</li>
<li>Poin terakhir, kami ingatkan, semakin besar dan berat usaha kamu, semakin besar pula pahalanya di sisi Allah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, dari Aisyah <em>radhiallahu ‘anha</em>, Rasulullah ` bersabda yang artinya, <em>”Sesungguhnya balasanmu sesuai dengan kadar keletihanmu.”</em></li>
</ol>Ayo berjuang, kamu bisa, insya Allah. <em>Allahu a’lam.</em> [Farhan]<br />
Sumber: <em><span style="color: blue;">http://tashfiyah.net/?p=609</span></em></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-87757366348236368232011-05-29T13:07:00.001+08:002011-05-29T13:08:52.872+08:00Metode Mengajarkan Orang Bisu dan Tuli<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h1 class="single-title" style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Dijawab oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz <i>rahimahullah</i></b></span></h1><div></div><div style="text-align: justify;"><b>Pertanyaan:</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Jika saudara lelaki saya bisu dan tuli, tidak bisa mendengar ataupun berbicara dan tentunya tidak mengetahui sedikitpun tentang shalat, puasa dan zakat. Hukum-hukum Islam maupun Al-Qur’an tidak dikenalnya sedikitpun. Bagaimana cara membimbingnya ?<br />
<span id="more-9100"></span><br />
<b>Jawaban:</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Orang ini harus diperlakukan sesuai dengan kadar daya tangkapnya, dengan isyarat contohnya, karena dia masih bisa melihat. Dia perlu diajari shalat dengan peragaan walinya atau orang lain shalat disampingnya dengan isyarat agar dia meniru gerakannya dan penjelasan waktu-waktu shalat dengan metode yang dia pahami, atau mengajarinya shalat setiap saat dengan peragaan ketika diketahui bahwa dia berakal.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jika mampu menulis, maka dia diajari secara tertulis materi aqidah Islamiyah, rukun Islam dan disertai penjelasan makna kandungan dua kalimat syahadat. Demikian halnya dengan hukum-hukum Islam lainnya, dijelaskan lewat tulisan. Seperti hukum shalat, wudhu, mandi besar, penjelasan seputar waktu, rukun dan wajibnya shalat, hal-hal yang disyari’atkan dalam shalat, penjelasan shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, witir dan lain-lain yang dibutuhkan oleh seorang mukallaf dengan harapan dia bisa memahaminya lewat tulisan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Intinya, ketika diketahui bawa dia berakal dengan cara apapun, maka dia termasuk kategori mukallaf jika sudah akil baligh dengan salah satu tandanya yang sudah diketahui, dan terikat dengan aturan-aturan yang mengikat orang mukallaf sesuai dengan kadar ilmu dan kemampuannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tapi jika ternyata kondisinya menunjukkan bahwa akalnya tidak berfungsi, maka dia tidak memiliki tanggung jawab, karena dia bukan mukallaf, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Artinya : Catatan amalan ditiadakan atas tiga golongan : anak kecil sampai dia baligh, orang pingsan sampai siuman (sadar) dan orang tidur sampai dia terjaga”</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">[<i>Majmu Fatawa wa Maqalitin Mutanawwi'ah</i>, 5/281]</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">[Disalin dari kitab <i>Fatawa Ath-thiflul Muslim,</i> edisi Indonesia <i>150 Fatwa Seputar Anak Muslim,</i> Penyusun Yahya bin Sa'id Alu Syalwan, Penerjemah Ashim, Penerbit Griya Ilmu]<br />
Artikel <a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/05/metode-mengajarkan-orang-bisu-dan-tuli.html" target="_blank">ibnuislam.blogspot.com</a> dari situs <a href="http://almanhaj.or.id/">almanhaj.or.id</a></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-78426450353667891142011-05-29T11:40:00.000+08:002011-05-29T11:40:58.056+08:00Mengkritisi Keabsahan Hadits-hadits Kitab Ihya’ Ulumiddin<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h1 class="single-title" style="text-align: center;"><strong><img alt="" class="alignright size-full wp-image-9549" height="220" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/04/ihya-ulumuddin-imam-ghazali.jpg?w=146&h=220" title="ihya-ulumuddin-imam-ghazali" width="146" /> </strong><strong> </strong></h1><div class="arab" style="text-align: center;"><strong>Oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc., M.A. (Lulusan S2 Jurusan Hadits, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)</strong></div><div class="arab" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="arab" style="text-align: center;">بسم الله الرحمن الرحيم</div><div style="text-align: justify;">Kiranya tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa kitab <strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a> </em></strong>adalah termasuk kitab berbahasa Arab yang paling populer di kalangan kaum muslimin di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Kitab ini dianggap sebagai rujukan utama, sehingga seorang yang telah menamatkan pelajaran kitab ini dianggap telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam pemahaman agama Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Padahal, kiranya juga tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa kitab ini termasuk kitab yang paling keras diperingatkan oleh para ulama untuk dijauhi, bahkan di antara mereka ada yang <strong>merekomendasikan agar kitab ini dimusnahkan!</strong> (Lihat kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/327 dan 19/495-496).<br />
<span id="more-9548"></span><br />
Betapa tidak, kitab ini berisi banyak penyimpangan dan kesesatan besar, sehingga orang yang membacanya apalagi mendalaminya tidak akan aman dari kemungkinan terpengaruh dengan kesesatan tersebut, terlebih lagi kesesatan-kesesatan tersebut dibungkus dengan label agama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di antara kesesatan besar yang dikandung buku ini adalah pembenaran ideologi (keyakinan) <em>wihdatul wujud </em>(bersatunya wujud Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dengan wujud makhluk), yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/ penampakan Zat Ilahi (Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>) – Mahasuci Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dari segala keyakinan rusak ini –.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Keyakinan sangat menyimpang bahkan kafir ini dibenarkan secara terang-terangan oleh penulis kitab ini di beberapa tempat dalam kitab ini, misalnya pada jilid ke-4 halaman 86 dan halaman 245-246 (cet. Darul Ma’rifah, Beirut).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Cukuplah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berikut ini menggambarkan besarnya penyimpangan dan kesesatan yang terdapat dalam kitab ini, “Kitab ini berisi pembahasan-pembahasan yang tercela, (yaitu) pembahasan yang rusak (menyimpang dari Islam) dari para ahli filsafat yang berkaitan dengan tauhid (pengesaaan Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>), kenabian dan hari kebangkitan. Maka, ketika penulisnya menyebutkan pemahaman orang-orang ahli <em>Tasawwuf </em>(yang sesat) keadaannya seperti seorang yang mengundang seorang musuh bagi kaum muslimin tetapi (disamarkan dengan) memakaikan padanya pakaian kaum muslimin (untuk merusak agama mereka secara terselubung). Sungguh para imam (ulama besar) Islam telah mengingkari (kesesatan dan penyimpangan) yang ditulis oleh<a href="http://www.blogger.com/goog_1542264498" style="color: black;" target="_blank"> <strong style="font-weight: normal;">Abu Hamid al-Gazali</strong></a> dalam kitab-kitabnya” (Kitab <em>Majmu’ul Fataawa</em>, 10/551-552).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, Imam Adz-Dzahabi menukil ucapan Imam Muhammad bin al-Walid Ath-Thurthuusyi yang mengatakan bahwa kitab <em>I<strong>hya’ Ulumiddin</strong></em> (artinya: menghidupkan ilmu-ilmu agama) lebih tepat jika dinamakan <em>Imaatatu ‘uluumid diin</em> (mematikan/merusak ilmu-ilmu agama).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di samping itu, kitab ini juga memuat banyak hadits lemah bahkan palsu, yang tentu saja tidak boleh dinisbatkan kepada Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, bahkan banyak di antaranya yang sangat bertentangan dengan prinsip dasar agama Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini tidaklah mengherankan, karena sang penulis adalah seorang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, khususnya dalam membedakan hadits yang shahih dan hadits yang lemah, sebagaimana pernyataan sang penulis sendiri, “Aku memiliki barang dagangan (pengetahuan) yang sedikit tentang hadits (Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>)” (Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab<em> Al-Bidaayah wan Nihaayah</em>, 12/174).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas semua kesesatan tersebut, tetapi saya akan membahas dan menilai keabsahan hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini, berdasarkan keterangan para ulama ahlus sunnah yang terlebih dahulu meneliti dan mengkritisi kitab ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><strong>Kritikan para ulama Ahlus Sunnah terhadap hadits-hadits dalam kitab ini</strong></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1- Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi berkata (dalam kitab beliau <em>Minhaajul Qaashidiin</em>, sebagaimana yang dinukil dalam Majalah Al-Bayaan, edisi 48 hal. 81), “Ketahuilah, bahwa kitab <strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a></em></strong> di dalamnya terdapat banyak kerusakan (penyimpangan) yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama. Penyimpangannya yang paling ringan (dibandingkan penyimpangan-penyimpangan besar lainnya) adalah hadits-hadits palsu dan batil (yang termaktub di dalamnya), juga hadits-hadits<em> mauquf </em>(ucapan shahabat atau tabi’in) yang dijadikan sebagai hadits <em>marfu’</em> (ucapan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>). Semua itu dinukil oleh penulisnya dari referensinya, meskipun bukan dia yang memalsukannya. Dan (sama sekali) tidak dibenarkan mendekatkan diri (kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>) dengan hadits yang palsu, serta tidak boleh tertipu dengan ucapan yang didustakan (atas nama Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>).”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">2- Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthuusyi berkata, “…Kemudian <strong>al-Ghazali</strong> memenuhi kitab ini dengan kedustaan atas (nama) Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, bahkan aku tidak mengetahui sebuah kitab di atas permukaan hamparan bumi ini yang lebih banyak (berisi) kedustaan atas (nama) Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> melebihi kitab ini.” (Dinukil oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/495).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">3- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam kitab ini terdapat hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang lemah bahkan banyak hadits yang palsu. Juga terdapat banyak kebatilan dan kebohongan orang-orang ahli <em>Tasawwuf</em>.” (Kitab <em>Majmu’ul Fataawa</em>, 10/552).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">4- Imam Adz-Dzahabi berkata, “Adapun kitab<strong><em><a href="" target="_blank"> Ihya’ Ulumiddin</a></em></strong>, maka di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu).” (Kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/339).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">5- Imam Ibnu Katsir berkata, “…Akan tetapi di dalam kitab ini banyak terdapat hadits-hadits yang asing, mungkar dan palsu.” (Kitab <em>Al-Bidaayah wan Nihaayah</em>, 12/174).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">6- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata, “Betapa banyak kitab <strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a> </em></strong>memuat hadits-hadits (palsu) yang oleh penulisnya dipastikan penisbatannya kepada Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, padahal Imam Al-Iraqi dan para ulama lainnya menegaskan bahwa hadits-hadits tersebut tidak ada asalnya (hadist palsu).” (Kitab <em>Silsilatul Ahaadiitsidh Sha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, 1/60).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">7- Bahkan, Imam As-Subki mengumpulkan hadits-hadits dalam kitab <strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a></em></strong> yang tidak ada asalnya (palsu), dan setelah dihitung semuanya berjumlah 923 hadits (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/287).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><strong>Beberapa contoh hadits palsu dan lemah yang dimuat dalam kitab ini</strong></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Hadits, “Percakapan dalam masjid akan memakan/ menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput.” (Kitab <strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Imam Al-‘Iraqi, As-Subki dan Syaikh al-Albani sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits (lihat kitab<em> Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, 1/60).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">2. Hadits, “Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak.” (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/31).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/287 dan<em> Difaa’un ‘anil Hadiitsin Nabawi</em>, halaman 46).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">3. Hadits, “Agama Islam dibangun di atas kebersihan.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/49).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Umar bin Shubh al-Khurasani, Ibnu Hajar berkata tentangnya (dalam kitab<em> Taqriibut Tahdziib</em>, halaman 414), “Dia adalah perawi yang <em>matruk</em> (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan (Imam Ishak) bin Rahuyah mendustakannya.” (Lihat kitab <em>Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, no. 3264).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">4. Hadits, “Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk nereka.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/60).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/287).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">5. Hadits, “Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa/ pemerintah dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama.” (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/68).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/288).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">6. Hadits, “Barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah seorang mukmin’, maka dia kafir, dan barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah orang yang berilmu’, maka dia adalah orang yang jahil (bodoh).” (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/125).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/289) dan dinyatakan lemah oleh Imam As-Sakhawi (lihat kitab <em>Al-Maqaashidul Hasanah</em>, halaman 663).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">7. Hadits, “Seorang hamba tidak akan mendapatkan (keutamaan) dari shalatnya, kecuali apa yang dipahaminya dari shalatnya.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/159).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/289).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">8. Hadits, “Sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan adalah akal…” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/83 dan 3/4).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Imam Adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani sebagai hadits yang batil dan palsu (lihat kitab <em>Lisaanul Miizaan</em>, 4/314 dan<em> Takhriiju Ahaadiitsil Misykaah</em>, no. 5064).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">9. Hadits, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” (Kitab<em> </em><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/71, 3/13 dan 3/23).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Syaikh Al-Albani sebagai hadits yang palsu (kitab <em>Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, no. 422).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">10. Hadits, “Wahai manusia, pahamilah (dengan akal) dari Rabb-mu dan saling berwasiatlah dengan akal.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong><em></em>, 1/202).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini adalah hadits palsu, diriwayatkan oleh Dawud bin al-Muhabbar dalam kitab <em>Al-Aql</em>, yang dikatatakan oleh Ibnu Hajar, “Dia adalah perawi yang <em>matruk</em> (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah) dan kitab <em>Al-Aql </em>yang ditulisnya mayoritas berisi hadits-hadits yang palsu.” (Dalam kitab <em>Taqriibut Tahdziib</em>, halaman 200).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">11. Hadits tentang shalat <em>ar-Ragaaib</em> di bulan Rajab (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong><em>,</em> 1/83).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam Al-‘Iraqi (lihat <em>takhrij </em>beliau di catatan kaki kitab tersebut, 2/366, cet. Dar Asy-Syi’ab, Kairo).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><strong>Penutup</strong></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan uraian ringkas tentang kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong> di atas, jelaslah bagi kita kandungan buruk dan penyimpangan yang terdapat di dalamnya. Maka, seorang muslim yang menginginkan kebaikan dan keselamatan dalam agama dan imannya, hendaknya menjauhkan diri dari membaca buku-buku yang mengajarkan kesesatan seperti ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Alhamdulillah</em>, kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah yang bersih dan selamat dari penyimpangan sangat banyak dan mencukupi untuk diambil manfaatnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Apakah kita tidak khawatir akan ditimpa kerusakan dalam pemahaman agama kita dengan membaca kitab seperti ini, padahal kerusakan dan kerancuan dalam memahami agama ini merupakan malapetaka terbesar yang akan berakibat kebinasaan dunia dan akhirat?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Bukankah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berlindung kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dari kerusakan agama dan iman ini, sebagaimana dalam doa beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">ولا تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا في دِيْنِنا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan malapetaka (kerusakan) yang menimpa kami dalam agama (keyakinan) kami.</em>” (HR. At-Tirmidzi, no. 3502, dinyatakan hasan oleh Imam At-Tirmidzi dan Syaikh Al-Albani).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketahuilah, bahwa ilmu yang bermanfaat untuk memperbaiki keimanan dan meyempurnakan ketakwaan kita kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> hanyalah ilmu yang bersumber dari Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>yang dipahami dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para sahabat Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Ilmu yang bermanfaat dari semua ilmu adalah mempelajari dengan seksama dalil-dalil dari Alquran dan Sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, serta (berusaha) memahami kandungan maknanya, dengan mendasari pemahaman tersebut dari penjelasan para sahabat Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, para<em> Tabi’in</em> (orang-orang yang mengikuti petunjuk para sahabat), dan orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dalam memahami kandungan Alquran dan hadits. (Begitu pula) dalam (memahami penjelasan) mereka dalam masalah halal dan haram, pengertian zuhud, amalan hati (penyucian jiwa), pengenalan (tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>) dan pembahasan-pembahasan ilmu lainnya, dengan terlebih dahulu berusaha untuk memisahkan dan memilih (riwayat-riwayat) yang shahih (benar) dan (meninggalkan riwayat-riwayat) yang tidak benar, kemudian berupaya untuk memahami dan menghayati kandungan maknanya. Semua ini sangat cukup (untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat) bagi orang yang berakal dan merupakan kesibukkan (yang bermanfaat) bagi orang yang memberi perhatian dan berkeinginan besar (untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat).” (Kitab<em> Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf</em>, halaman 6).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagai penutup, renungkanlah nasihat emas dari Imam Adz-Dzahabi ketika beliau mengkritik kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong> dan kitab-kitab lain semisalnya yang memuat kesesatan dan penyimpangan, karena tidak mencukupkan diri dengan petunjuk Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dengan pemahaman yang benar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Imam Adz-Dzahabi berkata, “Kitab<em> Ihya’ ‘Ulumiddin</em> di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu) dan banyak kebaikannya kalau saja kitab itu tidak memuat adab, ritual dan kezuhudan (model) orang-orang (yang mengaku) ahli hikmah dan ahli <em>Tasawwuf </em>yang menyimpang, kita memohon kepada Allah (dianugerahkan) ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apakah ilmu yang bermanfaat itu? Yaitu ilmu bersumber dari Alquran dan dijabarkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam ucapan dan perbuatan (beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>), serta tidak ada larangan dari beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tentangnya. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Barangsiapa yang tidak menyukai sunnah/ petunjukku, maka dia bukan termasuk golonganku.</em>” (HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (1401).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka, wajib bagimu wahai saudaraku untuk men-<em>tadabbur</em>-i (mempelajari dan merenungkan) Alquran, serta membaca dengan seksama (hadits-hadits Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>) dalam<em> Ash-Shahiihain</em> (<em>Shahih Al-Bukhari </em>dan <em>Shahih Muslim</em>), <em>Sunan An-Nasa’i</em>,<em> Riyadhus Shalihin </em>dan <em>Al-Azkar</em> tulisan Imam An-Nawawi, (maka dengan itu) kamu akan beruntung dan sukses (meraih ilmu yang bermanfaat). Dan jauhilah pemikiran orang-orang <em>Tasawwuf </em>dan filsafat, ritual-ritual ahli <em>riyadhah</em> (ibadah-ibadah khusus ahli <em>Tasawwuf</em>), dan kelaparan (yang dipaksakan) oleh para pendeta, serta igauan tokoh-tokoh ahli <em>khalwat </em>(menyepi/ bersemedi yang mereka anggap sebagai ibadah). Maka, semua kebaikan adalah dengan mengikuti agama (Islam) yang <em>hanif</em> (lurus/ cenderung kepada tauhid) dan mudah (agama yang dibawa dan dicontohkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>). Maka, kepada Allah-lah kita memohon pertolongan, ya Allah, tunjukkanlah kepada kami jalan-Mu yang lurus.” (Kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/339-340). </div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kota Kendari, 13 Rabi’ul akhir 1432 H<br />
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A. (Pengasuh website <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/www.manisnyaiman.com" target="_blank">www.manisnyaiman.com</a>)</div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-27207560035675494542011-05-29T11:03:00.001+08:002011-05-29T11:14:25.052+08:00Kiat Selamat dari Fitnah Internet<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><b>Disusun oleh Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah <i>hafizhahullah</i></b></div><div style="text-align: justify;"><b><i> </i></b> </div><div style="text-align: justify;">Pesatnya perkembangan media komunikasi yang memudahkan interaksi di antara manusia di segala penjuru dunia, termasuk salah satu nikmat Allah yang wajib disyukuri. Di antara media komunikasi yang berkembang dengan pesat sekali adalah media internet yang merupakan media “wajib” yang manusia di zaman ini tidak bisa lepas darinya. Perkembangan ini tentu memiliki efek-efek yang positif dan negatif sesuai dengan acara-acara yang disebarkan oleh media ini. Maka internet sebagai salah satu produk kemajuan peradaban adalah ibarat sebuah pisau yang bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat dan bisa digunakan untuk hal yang membuat mudharat bagi manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span id="more-10095"></span></div><div></div><div style="text-align: justify;">Realita yang ada menunjukkan bahwa banyak sekali faedah yang bisa diambil dari internet. Ia adalah media dakwah yang efektif dan menjangkau ke seluruh dunia. Begitu banyak perbendaharaan-perbendaharaan ilmu yang terekam dengan baik di <b>internet</b> baik dari para ulama mutaqoddimin (zaman dahulu) dan muta’akhkhirin (sekarang). Internet juga merupakan media yang sangat efektif di dalam mencari penghidupan dengan berbagai metode yang ditawarkan.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi, hal yang tidak boleh kita lupakan ialah bahwa para setan dari kalangan jin dan manusia juga memanfaatkan media internet ini untuk kepentingan-kepentingan mereka. Berapa banyak kejahatan-kejahatan yang berawal dari internet dan berapa banyak kemaksiatan-kemaksiatan yang berawal dari internet dan menyebar menyebar secepat kilat ke segala penjuru dunia tanpa bisa dibendung.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Lalu bagaimanakah seorang muslim menyikapinya? Insya Allah dalam pembahasan kali ini akan kami paparkan secara ringkas sikap-sikao yang selayaknya dilakukan oleh setiap muslim terhadap media internet ini dengan banyak mengambil faedah dari risalah <b>Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd</b> yang berjudul <i>al-Internet Imtihanul Iman wal Akhlaq wal ‘Uqul.</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #990000; text-align: justify;"><b>FITNAH INTERNET</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Internet merupakan sebuah revolusi besar di dunia iptek dan media massa, sebagaimana ia juga sekaligus merupakan medan yang luas untuk menguji keimanan, akhlaq, dan akal manusia. Di dunia internet kebaikan terbuka lebar pintu-pintunya, sebagaimana pintu-pintu kejelekan juga terpapar dengan berbagai pose. Di dunia internet seseorang bisa menyuarakan apa saja yang dia mau, dia bisa memuaskan matanya dengan apa saja yang ingin dia lihat, dia bisa menulis dengan tangannya apa saja yang dia kehendaki, tanpa ada yang menghisabnya, tanpa ada yang mengontrolnya, dan tanpa ada yang bisa menghentikannya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jika seseorang mampu mengendalikan dirinya, menjaga keluhuran jiwanya, melihat akibat setiap perbuatannya, dan selalu merasakan bahwa dia selalu diawasi dan terlihat oleh Rabb Sang Maha Pencipta yang Maha Mendengar dan Maha Melihat –maka dia akan selamat.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Adapun jika dia melepaskan kekang jiwanya, dan mengikuti segala yang diinginkan hawa nafsunya, tanpa ada kontrol keimanan dan ketakwaan –maka hampir-hampir dia telah membenamkan dirinya di dalam jurang kehinaan dan melemparkan dirinya di dalam kubangan kenistaan; maka tidak ada setelah itu kecuali penghinaan jiwa, terenggutnya kehormatan, dan kebobrokan moral.</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"></div><div style="color: #990000; text-align: justify;"><b>KIAT-KIAT MENGHADAPI FITNAH INTERNET</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa hal yang bisa membantu seorang muslim di dalam menyelamatkan diri dari fitnah internet dan bahaya-bahayanya, di antaranya adalah:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>1. Berhati-hati di dalam bergaul dengan internet</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hendaknya seorang yang berakal tidak terlalu percaya diri dengan dirinya sehingga menjerumuskan dirinya ke dalam fitnah yang kemudian sulit melepaskan diri darinya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sepantasnya baginya jika hendaknya mengirim postingan atau komentar agar mempertimbangkan sejauh mana akibatnya, hendaknya menjaga diri dari menyakit orang-orang yang beriman dan menyebarkan perbuatan keji di antara mereka. Hendaknya menjauhkan diri dari pembicaraan yang tidak berguna, mempermainkan perasaan, menyebarkan tuduhan-tuduhan, dan mengadu domba di antara manusia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jika ingin memberikan komentar atau membantah maka hendaknya dengan ilmu, keadilan, rahmat,adab, dan ungkapan yang sopan.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jika ingin berpartisipasi maka hendaknya memakai namanya yang asli, adapun jika mengkhawatirkan dirinya jika menyebut dengan namanya yang asli atau ingin menjaga keikhlasannya, maka hendaknya menghindari dari tulisan-tulisan yang tidak boleh dan tidak layak, dan hendaknya selalu mengingat bahwa nanti akan berdiri di hadapan Allah Ta’ala untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hari yang ditampakkan semua rahasia.</div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>2. Berhati-hati dari lanngkah-langkah setan</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hendaknya seorang muslim mewaspadai langkah-langkah setan karena setan adalah musuh, selalu mengintai seorang manusia dan mencarei-cari segala jalan untuk menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Allah telah memperingatkan ini dengan berfirman:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“<i>Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu</i>” (QS. Al-Baqarah [2]: 168)<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seorang yang berakal tidak akan pernah percaya dengan musuhnya selama-lamanya, tidak melemparkan dirinya ke dalam kubangan-kubangan fitnah, dan tidak terlalu percaya dengan dirinya betapapun tinggi kecerdasannya, betapapun dalam agama dan ilmunya. Maka seorang yang berakal akan menjauh dari fitnah, dan tidak menampakkan diri kepadanya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Lihatlah bagaimana Nabi Yusuf <i>‘Alaihis Salaam</i> tidak membawa dirinya ke dalam fitnah, tetapi fitnahlah yang datang kepadanya. Meskipun demikian, beliau tidak perceya diri dengan keimanannya, ilmunya, dan keutamaannya, bahkan beliau lari dari fitnah, berlindung kepada Allah dari kejelekannya, dan mengakui kelemahan dirinya dengan mengatakan:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">قال رب السجن أحب إلي مما يدعونني إليه وإلا تصرف عني كيدهن أصب إليهن وأكن من الجاهلين</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">[<i>Qala rabbi assijnu ahabbuilayya mimma yadAAoonanee ilayhi wa-illa tasrifAAannee kaydahunna asbu ilayhinna waakun mina aljahileen</i>]</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh</i>“. (QS. Yusuf [12]: 33)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>3. Membatasi waktu dan tujuan ketika masuk internet</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara perkara yang bisa menghindarkan seseorang dari fitnah internet adalah hendaknya membatasi waktu di dunia internet dan memiliki tujuan yang jelas ketika masuk ke dalamnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jika dia tidak membatasi waktu dan terus tergiring di dalam membuka-buka file, dan berpindah-pindah dari satu situs ke situs yang lain tanpa tujuan yang jelas, maka akan sia-sialah waktunya dan tidak mendapatkan faedah kecuali sedikit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>4. Memikirkan akibat-akibat dari setiap perbuatannya</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara perkara yang bisa menyelamatkan diri dari fitnah internet adalah dengan memikirkan akibat-akibat dari setiap perbuatannya, dan hendaknya mengekang jiwanya dengan kekang ketakwaan dan muroqobah.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">بالله عليك يا مرفوع القدربالتقوى لاتبع عزها بذل المعاصبي, وصابر عطش الهوى في هجير المشتهى وان أمض وأرمض</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Demi Allah, wajib atasmu –wahai seorang yang telah dimuliakan dengan ketakwaan- janganlah engkau menjual kemuliaan takwa dengan kehinaan maksiat-maksiat, dan bersabarlah dari dahaga hawa nafsu di dalam panasnya sesuatu yang diinginkan walaupun merasakan sakit dan terbakar.” (<i>Shaoidul khothir</i>: 1/45)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>5. Menjauhi hal-hal yang merangsang nafsu</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seorang yang masuk ke dalam internet hendaknya menjauhi hal-hal yang merangsang, menjauhi situs-situs porno, dan forum-forum yang banyak menyuarakan perkataan-perkataan yang jorok, dan menjauhi pembicaraan-pembicaraan yang merangsang nafsu dan syahwat.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hendaknya dia menjauhi gambar-gambar seronok (cabul, porno, Red.) dan tampilan-tampilan yang merangsanng, karena jiwa manusia –dengan tabiat yang Allah berikan kepadanya dari kecenderungan mengikuti hawa nafsu- permisalannya seperti mesiu dan segala zat yang mudah terbakar. Zat-zat ini jika jauh dari hal-hal yang memicu terbakarnya, maka dia akan tenang dan tidak membahayakan. Adapun jika dipicu dengan hal-hal yang menyalakannya maka akan terbakar dengan cepat.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Demikianlah juga jiwa-jiwa manusia, maka ia akan tenang jika jauh dari yang memicunya. Jika ia mendekati hal-hal yang memicunya semisal pemandangan-pemandangan yang merangsang, maka ia akan menggelora hingga muncul kejelekan-kejelekannya dan memuncak hawa nafsunya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">لاتتبع النفس الهوى, ودع التعرض للمحن</h3><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">ابليس حي لم يمت, والعين باب للفتن</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Janganlah engkau ikutkan jiwa terhadap hawa nafsunya</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Dan janganlah engkau paparkan kepada fitnah-fitnah</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Iblis adalah hidup dan tidak mati</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Sedangkan mata adalah pintu terhadap fitnah-fitnah. </i>(Rosail Ibnu Hazm: 1/274)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>6. Menundukkan pandangan</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara perkara yang menyelamatkan dari fitnah internet adalah menundukkan pandangan, karena gambar yang jorok (cabul) kadang muncul di hadapan manusia tanpa disengaja. Jika dia menundukkan pandangannya maka dia akan membuat ridhio Robbnya, dan melapangkan hatinya. Sebab, sesungguhnya mata adalah cermin hati. Membebaskan pandangan akan membawa kepada kebinasaan, sedangkan menundukkan pandangan akan membawa kepada kelapangan. Jika seorang hamba menundukkan pandangannya maka hatinya akan menundukkan nafsu dan syahwatnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 id="verse_2821_language_3" style="text-align: justify;">قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون</h3><div style="text-align: justify;"></div><div id="verse_2821_language_5" style="text-align: justify;"><i>[Qul lilmu/mineena yaghuddoo min absarihumwayahfathoo furoojahum thalika azkalahum inna Allaha khabeerun bima yasnaAAoon]</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.</i> (QS. An-Nur [24]: 30)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">فجعل سبحانه غض البصر, وحفظ الفرج هو ازكى للنفس, وبين ان ترك الفواحش من زكا ة نفوس, وزكاةالنفوس تتضمن زوال جميع الشرور من الفواحش, والظلم, والشرك, والكذب, وغيرذالك</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Allah Subhaanahu menjadikan menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan adalah lebih menyucikan jiwa. Dan Dia menjelaskan bahwa meninggalkan perbuatan-perbuatan yang keji adalah termasuk kesucian jiwa, dan kesucian jiwa mengandung hilangnya segala kejelekan dari perbuatan-perbuatan keji, kezaliman, kesyirikan, kedustaan, dan yang selainnya.” (<i>Iqomatud Dalil ‘Ala Ibtholit Tahlil</i>: 3/430)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>7. Tatsabbut (memeriksa dengan teliti)</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara hal yang diwajibkan atas sesseorang ketika masuk ke dunia internet adalah hendaknya tatsabbut (memeriksa dengan teliti) dari semua yang dia ucapkan, yang dia dengarkan, yang dia baca, dan yang dia nukil. Dengan ini maka diketahui keteguhan akal dan keimanan seseorang.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana tidak, dunia internet penuh dengan hal-hal yang bercampur-baur antara yang baik dan yang buruk. Telah menulis di dalamnya siapa saja dengan nama-nama samaran yang tidak dikenal!<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Maka wajib atas seorang yang berakal agar memperhatikan perkara ini. Jika dia mengetahui suatu berita atau suatu perkara maka hendaknya tatsabbut tentangnya. Kalau sudah diketahui tentang kebenarannya maka hendaknya melihat perlu tidaknya dia sebarkan. Jika hal itu akan membawa kepada kebaikan maka hendaknya dikumpulkan dan disebarkan, dan jika tidak membawa kebaikan maka hendaknya dia lipat dan berpaling darinya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Berapa banyak terjadi kejelekan dan fitnah dengan sebab kesembronoan di dalam hal ini. Berapa banyak dari manusia yang mengabaikan akalnya, dan memperlakukan segala sesuatu yang disebarkan di internet sebagaimana sebuah wahyu yang tidak ada kebatilan di depan dan di belakangnya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sungguh telah datang larangan yang jelas dari menyampaikan segala sesuatu yang didengar. Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">كفى بالمرء كذبا ان يحدث بكل ما سمع</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“<i>Cukup seseorang berdusta jika menyampaikan semua yang ia dengar</i>.” (Shahih Muslim: 1/8)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 id="verse_576_language_3" style="text-align: justify;">وإذا جاءهم أمر من الأمن أو الخوف أذاعوا به ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم لعلمه الذين يستنبطونه منهم ولولا فضل الله عليكم ورحمته لاتبعتم الشيطان إلا قليلا</h3><div style="text-align: justify;"></div><div id="verse_576_language_5" style="text-align: justify;"><b><br />
</b> <i>[Wa-itha jaahum amrun minaal-amni awi alkhawfi athaAAoo bihi walaw raddoohu ilaarrasooli wa-ila olee al-amri minhum laAAalimahuallatheena yastanbitoonahu minhum walawla fadluAllahi AAalaykum warahmatuhu lattabaAAtumuashshaytana illa qaleela]</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="verse_576_language_24" style="text-align: justify;"><i>Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">(QS.an-Nisa [4]: 83)<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Ini adalah pengajaran dari Allah kepada para hamba-Nya tentang perbuatan mereka yang tidak pantas ini, dan bahwa selayaknya bagi mereka jika datang kepada mereka suatu perkara dari perkara-perkara yang penting dan maslahat (kepentingan) –maslahat umum dari hal-hal yang berhubungan dengan keamanan, dan kegembiraan seorang mukmin atau berhubungan dengan ketakutan yang di dalamnya terdapat musibah atas mereka- agar mereka bertatsabbut (memeriksa dengan teliti), dan tidak tergesa-gesa menyebarkan berita itu, bahkan hendaknya mengembalikannya kepada Rosul dan ulil amri di antara mereka, yaitu para pemikir, ahli ilmu, ahli nasehat, orang-orang yang berakal dan memiliki ketenangan, mereka yang mengetahui perkara-perkara dan mengetahui maslahat-maslahat dan mudarat-mudarat. Jika mereka melihat di dalam penyebaran berita tersebut terdapat maslahat dan menggiatkan kaum mukminin, merupakan kegembiraan bagi mereka dan menjaga dari musuh-musuh mereka –maka mereka menyebarkannya. Dan jika mereka memandang apa yang tidak ada maslahat di dalamnya, atau di dalamnya terdapat maslahat, tetapi mudaratnya melebihi maslahatnya maka mereka tidak menyebarkannya.<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Karena itulah Allah berfirman: “Tentulah orang-orang dari mereka yang ingin mengambil istinbath darinya (akan dapat) mengetahuinya”, yaitu mengambil darinya dengan pikiran mereka dan pendapat-pendapat mereka yang tepat dan ilmu-ilmu mereka yang benar.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di dalamnya terdapat larangan dari tergesa-gesa dan bersegera menyebarkan perkara-perkara di saat mendengarnya,dan perintah untuk merenungi sebelum berbicara, dan melihat di dalamnya apakah dia merupakan maslahat sehingga seseorang maju kepadanya atau tidak sehingga dia mundur darinya.” (<i>Taisir al-Karimir Rahman</i> hlm. 190)</div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>8. Berhati-hati di dalam mengemukakan pendapat</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang berakal adalah hendaknya tidak terlalu bersemangat ketika mengemukakan pendapatnya di dalam sebuah perkara, dan tidak mengucapkan semua yang dia ketahui. Bahkan seyogyanya ia memperhatikan maslahat-maslahat. Tidaklah baik baginya mengemukakan pendapatnya di dalam semua perkara kecil dan besar, dan tidak wajib atasnya berbicara pada setiap peristiwa karena kadang dia belum memiliki gambaran perkara sebagaimana mestinya, kadang salah perkiraan dan menyelisihi kebenaran. Dan orang-orang Arab mengatakan di dalam hal seperti ini:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">الخطأ زاد العجول</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“<i>Kekeliruan adalah bekal orang yang tergesa-gesa</i>” (Lihat <i>Bahjatul Majalis wa Unsul Majalis</i>: 1/55)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Adapun jika berhati-hati dan pelan-pelan maka akan lebih bisa membuat jernih tabiat, akan lebih menetapkan pendapat, dan akan lebih menyelamatkan dari kesalahan. Orang-orang Arab memuji orang yang berhati-hati, tidak tergesa-gesa, dan membolak-balik perkara atas dan bawah dengan mengatakan:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">انه لحول قلب</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“<i>Sesungguhnya dia adalah pandai mengusahakan dan membolak-balik perkara</i>.” (Lihat <i>ash-Shihah</i> oleh al-Jauhari: 2/91)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>9. Berucap sesuai dengan kadarnya</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hendaknya seorang yang berakal berucap sesuai dengan kadarnya, dan menjauhi mubalaghoh (berlebih-lebihan) dan membesar-besarkan perkara, karena suatu hakikat akan hilang dengan adanya pengungkapan yang berlebihan dan meremehkan. Orang-orang Arab mengatakan di dalam pepatah mereka:</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">خير الناس هذا النمط الاوسط</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“<i>Sebaik-baik manusia adalah tipe yang tengah-tengah</i>.” (Lihat <i>al-Muhkam wal Muhith al-A’zhom</i>: 8/595 dan <i>Kitabul ‘Ain</i> 7/442)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #783f04; text-align: justify;"><b>10. Selalu bermuroqobah (merasa diawasi oleh) Allah ‘Azza wa Jalla</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara penasihat yang paling agung bagi seorang dan yang menjadikan dia mengambil faidah dari internet dan selamat dari kejelekan-kejelekannya adalah selalu muroqqobah terhadap Alloh ‘Azza wa Jalla dan merasa selalu dilihat oleh-Nya.</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">وما ابصرت عيناي اجمل من فتى , يخاف مقام الله في الخلوات</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Tidaklah kedua mataku melihat sesuatu yang lebih indah</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Dari seorang pemuda yang takut kepada Alloh dalam keadaan sunyi sepi.</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hendaknya seorang yang berakal selalu mengingat hal ini dengan baik, selalu mengingat bahwa yang gaib adalah nyata di sisi Alloh, maka pantaskah seseorang menjadikan Alloh ‘Azza wa Jalla adalah yang paling tidak bernilai di antara para pemirsa kepadanya?! Maka wajib atasnya agar menyadari bahwa barang siapa yang menyembunyikan sesuatu maka Alloh akan memakaikannya kepadanya, dan bahwa barangsiapa yang menyembunyikan sesuatu maka Alloh akan menampakkannya, sama saja apakah itu suatu kebaikan atau kejelekan; karena sesungguhnya balasan sesuai dengan perbuatan dan “barangsiapa yang beramal kejelekan maka akan dibalas dengannya.”<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Inilah wasiat-wasiat yang agung dari para imam salaf tentang hal ini:<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Tidaklah seorang hamba berbuat baik antara dia dan Alloh kecuali Alloh akan membaguskan antara dia dan para hamba, dan tidaklah dia berbuat kejelekan antara dia dan Alloh kecuali Alloh akan menjelekkan antara dia dan para hamba. Sungguh menjaduikan senang kepada satu wajah adalah lebih mudah daripada menjadikan senang semua wajah, sesungguhnya jika engkau membuat senang satu wajah tersebut maka seluruh wajah akan condong kepadamu, dan jika engkau merusak antara dirimu dan diri-Nya, maka seluruh wajah akan mencibirkanmu.” (<i>Siyar A’lamin Nubala’</i>: 11/124 dan <i>Tarikhul Islam</i>: 8/442)<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Mu’tamir bin Sulaiman berkata:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya seorang laki-laki melakukan dosa dalam keadaan sembunyi-sembunyi, dan dia memasuki waktu pagi dengan merasakan kehinaannya.” (<i>ats-Tsiqot</i>: 8/389)<br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya seorang hamba melakukan kemaksiatan terhadap Alloh Ta’ala dalam keadaan sunyi dari manusia, maka Alloh melemparkan kebencian terhadapnya di hati-hati orang-orang yang beriman dari arah yang tidak dia sangka.” (<i>Shoidul Khothir</i> hlm.235)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b45f06; text-align: justify;"><b>11. Mengingkari kemungkaran yang ada di internet</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Orang yang masuk ke dalam dunia internet hendaknya jangan meremehkan dirinya di dalam mengingkari apa yang dia pandang sebagai suatu kemungkaran atau kejelekan di dalam internet. Dan itu semua sesuai dengan kadar kemampuan dan kekuasaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #990000; text-align: justify;"><b>BERPERAN AKTIF DI DALAM MENYUGUHKAN HAL YANG BERMANFAAT DAN BERFAEDAH</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana wajib atas seorang muslim menjauhkan dirinya dari kejelekan-kejelekan internet, demikian juga selayaknya baginya –atau wajib atasnya- tidak meluputkan dirinya dari kebaikannya, khusunya jika dia memiliki ilmu yang mutqin tentangnya dan memiliki spesialisasi padanya. Tidaklah selayaknya dia hanya mengupayakan tidak terjatuh di dalam hal-hal yang diharamkan, bahkan wajib atasnya menyuguhkan hal-hal yang bermanfaat dan berfaedah, dan partisipasi aktif, usulan-usulan yang bermanfaat, dan mengarahkan kepada website-website Islami yang terpercaya.</div><div style="color: #990000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #990000; text-align: justify;"></div><div style="color: #990000; text-align: justify;"><b>RENUNGAN-RENUNGAN</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Wahai Saudaraku!</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tidaklah engkau merasakan –dalam keadaan engkau membolak-balikkan pandanganmu pada gambar-gambar porno- kegelapan di dalam hatimu, kelemahan di dalam tubuhmu, dan suka kehinaan serta tidak butuh kepada kenbaikan?!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tidaklah engkau merasakan –dalam keadaan engkau menelaah cacian-cacian dan mendengarkan apa yang dikatakan pada Fulan dan Fulan- kesatnya hatimu, jeleknya sangkaanmu, dan kesialan di dalam pandanganmu?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tidaklan engkau merasakan –jika engkau menghabiskan waktu berjam-jam di depan internet tanpa faedah- kesempitan dadamu, dan keporak-porandaan pada keperluanmu? Hingga engkau tidak sadar dengan seseorang yang berada di sampingmu, dan tidak bersemangat menerima panggilan telepon?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sebagai kebalikan hal itu semua, tdaklah engkau merasakan semangat, ketenangan, kebahagiaan, dan kekuatan jika engkau menyuguhkan kebaikan dan engkau tundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, dan engkau bertakwa kepada Allah di saat sendirian?!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #990000; text-align: justify;"><b>PENUTUP</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Inilah yang bisa kami sampaikan di dalam pembahasan ini dan akhirnya kita memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang luhur agar menjauhkan kita semua dari fitnah-fitnah yang tampak dan yang tidak tampak dan agar menjadikan kita semua sebagai kunci-kunci kebaikan dan penutup-penutup kejelekan serta menjadikan berkah kepada kita semua di mana pun kita berada. <i>Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Sumber:</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Majalah al-Furqon No. 114 edisi II Tahun ke-10 Jumada Akhir 1432 H hlm. 37-42 dengan beberapa penyesuaian dari <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/">http://salafiyunpad.wordpress.com/</a> dan dipublikasikan kembali oleh <a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/05/kiat-selamat-dari-fitnah-internet.html">ibnuislam</a> </div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-62753926298842759292011-04-24T03:35:00.007+08:002011-04-24T04:04:19.833+08:00Cara Memasang Widgets RadioRodja Streaming Pada Blog<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><script type="text/javascript">
</script><br />
<script type="text/javascript">
</script><br />
<script type="text/javascript">
wWidth = "200px";
wHeight = "170px";
wAutostart = "false";
wFullscreen = "false";
wBackgroundOut = "#3180B0";
wBorderOut = "#BE2621";
wBackgroundIn = "#EEF9FB";
wBorderIn = "#ED826E";
wColor = "#FFFFFF";
document.write('<scr'+'ipt type="text/JavaScript" src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js"></scr'+'ipt>');
??
</script><script src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js" type="text/JavaScript">
</script>Silahkan Anda Copy Script berikut pada situs Anda<br />
<br />
<h3>Live Streaming</h3><br />
<!--Widget Rodja Starts--><br />
<script type="text/javascript"><br />
wWidth = "200px";<br />
wHeight = "170px";<br />
wAutostart = "false";<br />
wFullscreen = "false";<br />
wBackgroundOut = "#3180B0";<br />
wBorderOut = "#BE2621";<br />
wBackgroundIn = "#EEF9FB";<br />
wBorderIn = "#ED826E";<br />
wColor = "#FFFFFF";<br />
document.write('<scr'+'ipt type="text/JavaScript" src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js"></scr'+'ipt>');<br />
</script><script type="text/JavaScript" src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js"></script><br />
<br />
Maka hasilnya akan seperti di atas <br />
<script type="text/javascript">
wWidth = "200px";
wHeight = "170px";
wAutostart = "false";
wFullscreen = "false";
wBackgroundOut = "#3180B0";
wBorderOut = "#BE2621";
wBackgroundIn = "#EEF9FB";
wBorderIn = "#ED826E";
wColor = "#FFFFFF";
document.write('<scr'+'ipt type="text/JavaScript" src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js"></scr'+'ipt>');
</script><script src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js" type="text/JavaScript">
</script></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-49401162640876756472011-04-14T10:19:00.006+08:002011-05-29T12:06:50.322+08:00Raja Fahd ( Sosok Pemimpin Teladan Zaman Ini )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="entry-content clearfix" style="background-color: #eeeeee; color: black; text-align: justify;"><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">KISAH RAJA FAHD << Subhanallah… Contoh Teladan Pemimpin Zaman ini..>></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penulis : Ustadz Ali Musri Semjan Putra</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Berita wafatnya Raja Fahd -<i>rohimahullahu</i>- sudah berlalu, mungkin diantara ikhwah sudah lupa akan peristiwa tersebut. Banyak diantara saudara kita yang antipati terhadap beliau bahkan membencinya karena ketidaktahuan mereka. Peran apakah yang telah dijalankan oleh Raja Fahd selama ini terhadap kaum muslimin sehingga tulisan ini sangat layak untuk diangkat pada edisi kali ini?</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ustadz Ali Musri Semjan Putra -<i>hafizhohullahu</i>- menulis artikel ini dengan gaya penulisan yang khas (melayu) dan dibumbui dengan cerita-cerita di Tanah Harom sehingga membuat kita semakin rindu ingin kesana. Semoga tulisan ini bermanfaat kita semua…</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Judul Asli: </b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Berpulangnya Penjaga Dua Kota Suci Yang Dipertuan Agung <i>Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud</i>*</b></span><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/images6.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft size-full wp-image-211" height="181" src="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/images6.jpeg" title="images6" width="279" /></a></div><span style="font-size: small;">Segala puji bagi Allah yang di tangan-Nya seluruh kekuasaan, bila Dia berkehendak tiada seorang pun dari makhluk yang bisa menolaknya. Sholawat dan salam kepada nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah menyuruh kita untuk bersabar tatkala ditimpa musibah, berkata Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, “tiada musibah yang lebih besar dari kematian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian besar kecilnya suatu musibah yang menimpa umat diukur dengan besar kecilnya perjuangan yang dilakukan seseorang tersebut untuk agama dan umatnya.” Disebutkan dalam sebuah peribahasa: “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan jasa”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada hari senin tanggal 1 Agustus 2005 umat Islam telah kehilangan seorang yang menjadi kebanggaan mereka, yang telah berjasa dalam memperjuangkan agama dengan segala usaha dan upaya, satunya-satunya penguasa di dunia saat ini yang menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai dasar dan pandangan hidup bernegaranya serta menjadikan tujuan kekuasaannya untuk tegaknya bendera tauhid di seluruh pelosok penjuru dunia. Semoga Allah menempatkan arwah beliau di tempat yang layak di sisi-Nya. Amiin…</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tulisan ini tidak bertujuan untuk meratapi kepergian sang Raja yang mulia, akan tetapi untuk mengingatkan orang-orang yang melupakan jasa-jasa beliau atau <i>pura-pura lupa</i> akan kebaikan beliau serta sebagai sugesti dan motivasi bagi para penguasa dan pemimpin yang ingin mencapai kesuksesan dalam kekuasaannya. Apa yang harus mereka jadikan pedoman dan landasan dalam membangun masyarakat yang madani dan beriman untuk mencapai sebuah kemakmuran dan kesentosaan serta keadilan?</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jawabannya hanya satu yaitu menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai landasan kehidupan bernegara dan bermasyarakat sebagaimana telah dibuktikan sendiri oleh sang Raja yang mulia dalam kekuasaannya. Di saat orang berbondong-bondong mengusung slogan-slogan yang datang dari barat, beliau dengan teguh mempertahankan kekuasaan beliau di atas Al Quran dan Sunnah, sekalipun ancaman datang dari luar dan dalam. Semoga Allah menjaga kekuasaan yang beliau bangun dari berbagai ancaman dan bencana serta pengkhianatan. Berikut ini kita ingin menyimak sekilas tentang kehidupan dan perjuangan beliau.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Biografi penjaga dua kota suci</b></span></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index1.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft size-full wp-image-214" height="169" src="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index1.jpeg" title="index1" width="299" /></a><span style="font-size: small;">Nama: Fahd bin Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Faishal bin Turky bin Abdullah bin Muhammad bin Saud, dari suku Bani Hanifah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">lahir di kota Riyadh tahun 1922 M (1338 H).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pendidikan: sejak kecil beliau menerima pendidikan langsung dari orang tua beliau, ikut dalam berbagai peristiwa penting yang dialami orang tua beliau dalam mempersatukan jazirah arab di bawah kekuasaannya, sehingga kepribadian orang tua beliau sangat menonjol dalam diri beliau mulai dari sifat pemurah, tawadhu dan pemberani serta ketangkasan dalam mengatur kekuasaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di samping itu beliau juga menerima pendidikan dari jalur resmi, pendidikan dasar di Sekolah Kerajaan yang bertempat di Riyadh kemudian melanjutkan ke Ma’had Ilmy (Lembaga Ilmu Islam) di Makkah Al Mukarramah. Kemudian beliau memperdalam ilmu dengan banyak membaca buku-buku ulama salaf ataupun buku-buku yang berbicara tentang tokoh-tokoh pemimpin dunia di samping ikut menghadiri berbagai pertemuan penting yang dilakukan orang tua beliau, Raja Abdul Aziz, begitu pula dalam kepemimpinan kakak-kakak beliau. Banyak sekali jabatan penting yang pernah beliau pangku sebelum dinobatkan menjadi Raja, di antaranya:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada tahun (1373 H) diangkat sebagai Menteri Pendidikan di masa kekuasaan kakak beliau Saud bin Abdul Aziz. Dalam masa ini beliau melakukan berbagai pembaharuan dalam bidang pendidikan. Pada tahun (1382 H) diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri. Dalam masa ini beliau melakukan berbagai pembaharuan pula dalam bidang pemerintahan dan keamanan. Ketika dinobatkannya kakak beliau Faisal sebagai Raja. Ia diangkat menjadi penasihat beliau. Kemudian pada tahun (1387H) diangkat sebagai wakil perdana menteri di samping menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Pada masa kekuasaan kakak beliau Raja Khalid tepatnya tahun (1395 H) beliau dinobatkan sebagai Putra Mahkota. Kemudian pada tanggal 21 Sya’ban tahun (1402 H) seluruh anggota keluarga kerajaan dan rakyat membaiat dan menobatkan beliau sebagai Raja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Selama beliau menjadi raja banyak sekali yang beliau lakukan bukan hanya untuk rakyat Saudi semata tetapi untuk kaum muslim di berbagai pelosok penjuru dunia. Dalam tulisan yang singkat ini kita mencoba mengupas sekilas tentang perjuangan beliau untuk kaum muslimin dalam berbagai bidang di berbagai pelosok penjuru dunia terlebih khusus buat saudara-saudara beliau yang seiman di nusantara. Adapun mengenai perjuangan beliau untuk rakyat beliau yang berada di bawah kekuasaan beliau langsung, tidak kita kupas karena itu sudah jelas sebagai kewajiban beliau dan suatu keharusan yang pasti beliau lakukan dengan penuh tanggung jawab, bila perhatian beliau terhadap saudara-saudara beliau yang di luar kekuasaan beliau sangat begitu besar apa lagi untuk rakyat beliau sendiri yang menjadi tanggung jawab beliau.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kalau kita ambil saja sebagai contoh dalam bidang dakwah dan pendidikan tidak ada bandingnya dengan negara manapun. Pendidikan dan dakwah dari hal yang sekecil-sekecilnya sampai kepada hal yang sebesar-besarnya menjadi perhatian dan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. Contoh dalam bidang pendidikan mulai dari <b>pendidikan dasar sampai perguruan tinggi <span style="text-decoration: underline;">GRATIS</span></b> termasuk <b>buku-buku panduan dibagikan secara <span style="text-decoration: underline;">GRATIS</span></b> dan yang lebih istimewa lagi seluruh mahasiswa perguruan tinggi negeri diberi beasiswa paling sedikit <b>850 riyal setiap bulan</b>. Untuk kegiatan dakwah yang formal seluruhnya ditanggung pemerintah mulai dari fasilitas dan dana.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebagai contoh <b> seluruh mesjid operasionalnya atas tanggungan pemerintah mulai dari gaji imam, muazin, kebutuhan listrik dan air. Begitu pula ulama dan para da’i sangat mendapat perhatian khusus dari penguasa dalam hal kesejahteraan mereka</b>. Di antara nikmat yang amat besar bagi rakyatnya adalah bersihnya kehidupan mereka dari segala bentuk praktek kesyirikan, takhayul, khurafat dan bid’ah. Begitu pula badan-badan sosial yang berkecimpung dalam kegiatan dakwah dan kemasyarakatan selalu mendapat sumbangan dan suntikan dana dari pemerintah. Apa yang kita sebutkan belum secuil dari apa yang beliau lakukan untuk rakyat beliau.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Yang ingin kita bicarakan dalam tulisan singkat ini adalah sekilas tentang perjuangan dan usaha-usaha beliau dalam menegakkan agama yang benar serta keaktifan beliau dalam memperhatikan nasib saudara-saudara beliau yang seiman di berbagai pelosok belahan dunia terlebih khusus di negeri kita yang tercinta.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kita ambil sebagai contoh dalam hal ini beberapa bidang terpenting saja:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small; text-decoration: underline;"><b>♥ BIDANG SOSIAL DAN DAKWAH</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mendirikan dan membantu pembangunan mesjid dan musholla serta bantuan fasilitas penunjang seperti karpet dan sajadah di berbagai negara dan kota internasional terutama di negara-negara yang minoritas muslim. Jumlah mesjid yang <i>dibangun <span style="text-decoration: underline;">di berbagai belahan benua</span></i> menurut salah satu sumber <b>lebih dari 1500 mesjid</b>. Setiap mesjid dilengkapi fasilitas penunjang seperti: tempat wudhu, ruang belajar, pustaka, ruang pertemuan, ruang perkantoran dan lain-lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Diantara mesjid tersebut adalah:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Raja Abdul Aziz di Tunisia</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Raja Faishal di Tasyat</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Bamako Mali</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Raja Faishal di Ginia Konakre</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Yawandy di Kamerun</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya kota Sukudy, Togo</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Cina di Tibet</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Raja Fahd di kota Yanovic Rusia</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Utawa di Kanada</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Mesjid raya Umar bin Khatab di Los Angles</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Mendirikan dan membantu pembangunan madrasah dan pesantren di berbagai negara yang terdapat di pelosok dunia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Pengiriman da’i-da’i ke berbagai negara Islam terutama negara yang berpenduduk minoritas muslim. menurut data Kementrian Urusan Agama Arab Saudi jumlah Mereka mencapai <b>5000 orang</b>.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Memberi tunjangan kepada da’i-da’i yang tersebar di berbagai negara-negara Islam yang sedang berkembang atau di bawah garis kemiskinan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Mencetak kitab-kitab ulama kemudian membagikannya kepada para ulama dan da’i serta pencinta ilmu di dalam dan luar Arab Saudi. Sepeti kitab Majmu’ Fatawa, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah yang jumlahnya 37 jilid, kitab Al Mughny karangan Ibnu Qudamah yang jumlah 15 jilid dan banyak lagi yang lainnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Mendirikan Pusat Kajian Islam (Maktab Jaaliyyat) di berbagai kota dan pelosok Saudi untuk para pendatang dari berbagai negara yang bekerja di Arab Saudi. Terutama di kota-kota industri dan perdagangan seperti Jeddah, Riyadh, Madinah, Jizan, Hail, Yanbuk, Qasim dan lain-lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Memberi bantuan kepada negara-negara Islam yang sedang ditimpa bencana alam dan peperangan seperti yang baru-baru ini bencana gempa yang menimpa <b><span style="text-decoration: underline;">Turki</span>, <span style="text-decoration: underline;">Iran</span> dan bencana <span style="background-color: white; text-decoration: underline;"><span style="background-color: #ffc1e0;">Tsunami di Aceh</span></span></b><span style="background-color: white;">. Begitu pula bantuan </span><b>bagi <span style="text-decoration: underline;">rakyat Afghanistan</span> dan <span style="text-decoration: underline;">Irak pasca gempuran Amerika</span></b><span style="background-color: white; text-decoration: underline;"><b> </b>.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Pengiriman daging kurban pada setiap musim haji ke negara-negara Islam yang berada di bawah garis kemiskinan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Pengiriman bantuan ifthor (buka puasa) di bulan Ramadhan ke berbagai negara Islam serta negara yang minoritas muslim. Begitu pula di sekitar dua mesjid kota suci disediakan pula perbukaan bagi para penziarah (umrah). Namun pada akhir-akhir ini pembagian makanan tersebut berlanjut sampai pada hari-hari biasa sekalipun, di sekitar mesjid Nabawy sering penulis saksikan antrian panjang para buruh bangunan menunggu bagian Mereka masing-masing. <b>Semua operasionalnya dari <span style="background-color: #84ffa3;">dana pribadi sang Raja </span></b>yang telah berpulang itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><b>♥ BIDANG PENIDIDIKAN</b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mendirikan sekolah-sekolah tinggi di berbagai negara Islam dan kota internasional terutama negara yang minoritas muslim, di antaranya:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">a. Kuliyyah Syari’ah dan Bahasa Arab di Emirat Arab</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">b. Lembaga Pengetahuan Islam Dan Arab di Mauritania (<i>LIPIA-nya mauritania -ed</i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">c. Lembaga Pengetahuan Islam Dan Arab di Jakarta (<i>yang kita kenal dgn <b>LIPIA</b></i> -<i>ed</i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">d. Lembaga Islam Dan Arab di Jepang (<i>LIPIA-nya Jepang -ed</i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">e. Lembaga Islam Dan Arab di Jibuti (<i>LIPIA-nya Jibuti -ed</i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">f. Lembaga Pengetahuan Islam Dan Arab di Washington (<i>LIPIA-nya Amerika -ed</i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">g. Akademi Islam di Washington berdiri pada tahun 1984</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">h. Akademi Raja Fahd di London berdiri pada tahun 1985</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">i. Akademi Raja Fahd di Moskow</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">j. Akademi Raja Fahd di Bond berdiri pada tahun 1995</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">k. Akademi Islam Behach</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">l. Ma’had Islami di Senegal</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Memberikan beasiswa bagi anak-anak muslim dari berbagai negara Islam dan negara yang minoritas muslim untuk belajar di berbagai perguruan tinggi di Arab Saudi. Jumlah Universitas Saudi yang menampung siswa asing sekitar enam Universitas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Kita ambil sebagai contoh <i>Universitas Islam Madinah </i>yang merupakan universitas yang jumlah mahasiswa asingnya paling dominan dibanding universitas-universitas lainnya. Persentasenya mencapai 65% dari 140 negara. <b>Mahasiswa Indonesia menempati urutan kedua </b>setelah Nigeria. Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai Universitas Saudi lebih kurang sekitar 200 orang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Seluruh mahasiswa asing yang belajar di Saudi setiap libur musim panas diberi tiket gratis untuk pulang ke negara Mereka masing-masing. Silakan pembaca menghitung berapa besar biaya yang disumbangkan untuk mereka.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Pengiriman dosen-dosen untuk perguruan tinggi di berbagai negara Islam dan negara yang minoritas muslim. menurut data Kementrian Pendidikan jumlah mereka mencapai <b>2372 orang.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Mendirikan Pusat Kajian Islam (Islamic Centre) di berbagai negara dan kota besar dunia, terutama negara yang minoritas muslim. jumlahnya mencapai sekitar 210 buah, diantaranya:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">a. Islamic Centre Abuja di Nigeria</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">b. Islamic Centre Raja Fadh di kepulauan Mali Maldef</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">c. Islamic Centre Tokyo Jepang</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">d. Islamic Centre Seoul, Korea</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">e. Islamic Centre Raja Syahi Bangladesh</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">f. Islamic Centre Delfid Belanda</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">g. Islamic Centre Munich, Jerman</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">h. Islamic Centre Efre Prancis</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">i. Islamic Centre Jenef Swiss</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">j. Islamic Centre Madrid Spanyol</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">k. Islamic Centre Roma Italia</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">l. Islamic Centre Washington</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">m. Islamic Centre New York</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">n. Pusat Kebudayaan Islam Chicago</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">o. Islamic Centre Los Angles</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">p. Islamic Centre Ottawa Kanada</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">q. Islamic Centre Brasil</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">r. Islamic Centre Victoria Australia</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">s. Islamic Centre New Zeeland Australia</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Mengirim dosen-dosen universitas ke berbagai negara Islam dan negara yang minoritas muslim, untuk mengadakan daurah-daurah ilmiah (Kajian Islam Intensif). Menurut data yang di sebutkan oleh salah satu sumber untuk <b> Universitas Islam Madinah saja</b> telah melakukan Daurah ilmiah semenjak tahun 1419 H sampai tahun 1422 H di <b>29 negara</b>. <b>Di Indonesia diadakan sebanyak 16 kali</b>. Belum terhitung dauroh yang dilakukan oleh universitas-universitas Saudi lainnya di berbagai negara.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><b>♥ BERPARTISIPASI AKTIF DALAM SEGALA PERSOALAN YANG MENIMPA KAUM MUSLIMIN DI SELURUH BELAHAN PELOSOK DUNIA </b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><b><br />
</b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> <b>Perhatian khusus untuk <span style="background-color: #84ffa3;">perjuangan rakyat Palestina</span></b>, tidak terhitung pengorbanan yang beliau lakukan, baik yang bersifat moril maupun materil, <span style="background-color: #84ffa3;">tidak ada penguasa yang paling banyak berkorban untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina seperti yang beliau lakukan</span>. Tidak salah kita katakan bahwa beliau menduduki peringkat pertama dalam hal ini di atas petinggi-petinngi arab lainnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>><b><span style="background-color: #84ffa3;">Membantu perjuangan rakyat Afghanistan dalam melawan penjajahan komunis</span>,</b> dalam hal ini tidak hanya sebatas bantuan moril dan materil tetapi <span style="text-decoration: underline;"><b> termasuk bantuan mujahidin</b></span>, Raja yang bijaksana ini membuka kesempatan kepada anak muda negerinya untuk membantu saudara-saudaranya yang sedang berjuang melawan komunis, namun setelah komunis terkalahkan perjuangan berakhir dengan pertikaian antar kelompok yang berjuang yang akhirnya Raja yang bijak ini memanggil kepala setiap kelompok pejuang ke Makkah Al Mukarramah dan mengambil sumpah mereka dalam ka’bah agar Mereka menghentikan pertikaian antara mereka. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> <b>Fasilitator perdamaian Irak-Kuwait</b>, ketika Saddam mencaplok Kuwait, saat itu pula Raja yang bijak ini memperlihatkan kepiawaiannya dalam mengatasi kondisi yang mencekam waktu itu. Yang mana Saddam akan melanjutkan agresinya untuk merebut kekuasaan Al Saud. <span style="background-color: #84ffa3;">Di samping beliau sibuk menampung pengungsi dari Kuwait beliau dihadapkan pula pada persoalan yang lebih penting yaitu<i> menghadapi agresi Saddam.</i></span><i><i> </i>.</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i> </i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seketika itu beliau meminta fatwa ulama dalam hal meminta bantuan kepada non muslim dalam hal mempertahankan negeri dari kezholiman saudara yang seagama. Setelah melalui pertimbangan yang begitu matang baik dari segi syar’i maupun siyasah (politik) para ulama mengeluarkan fatwa<b> tentang dibolehkannya meminta bantuan kepada non muslim dalam hal menghentikan kezholiman yang dilakukan oleh saudara yang seagama</b>. Apalagi negara tetangga Saudi Arabia waktu itu <b>tidak satu pun yang mendukung kekuasan Al Saud</b>, bahkan mereka memberi bantuan moril kepada presiden Irak yang nyata-nyata melakukan kezholiman saat itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i> </i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="background-color: white;">Namun sekelompok kecil dari “generasi muda” menentang kebijakan yang dilakukan Sang Raja berdasarkan fatwa para ulama itu. Ketika itu, persoalan bertambah rumit lagi. Saat itu para generasi muda menyebarkan berbagai fitnah terhadap penguasa dan ulama.</span><span style="background-color: white;"></span> Namun raja yang bijak ini menghadapinya dengan pandangan yang jernih tidak membuatnya untuk berbuat sesuatu yang di luar aturan agama. Setelah Saddam kembali meninggalkan Kuwait. Suara-suara sumbang masih terdengar dari sekelompok generasi muda, beliau dituduh meminta bantuan orang kafir untuk membunuh saudara-saudara seiman.<span style="background-color: #999999;"> </span><b><span style="background-color: #84ffa3;">Padahal yang terjadi adalah sebaliknya, beliau meminta bantuan orang kafir untuk menghentikan pembunuhan sesama muslim, serta untuk melindungi kekuasaan beliau, satu-satunya negara yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah sebagai simbol Islam yang tegak di muka bumi ini </span></b><span style="background-color: #999999;">.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i> </i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="background-color: #8ce8ff;">Kenyataan yang amat mengejutkan adalah justru dibalik itu semua terdapat hikmah yang amat besar di antaranya adalah<b> begitu banyaknya tentara Amerika yang masuk Islam</b></span><b><b> </b>. </b>Pengakuan salah seorang komandan angkatan perang Arab Saudi bahwa mereka lebih sibuk menghadapi orang-orang Amerika yang ingin masuk Islam dari pada menghadapi kemungkinan serangan Saddam.<b> <span style="background-color: #84ffa3;"> </span></b></span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i><b><span style="background-color: #84ffa3;">Kalau saja Saddam berhasil menguasai Arab Saudi pada saat itu, tentu akan lenyap satu-satunya kekuasaan yang berlandaskan Islam di muka bumi ini.</span></b></i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i><b>Membantu perjuangan rakyat Bosnia dari kekejaman Serbia</b>. <span style="background-color: #84ffa3;">Saat dunia diguncang oleh pekikkan wanita dan bayi-bayi Bosnia yang disembelih oleh Serbia dengan spontan raja yang mulia ini bersama rakyatnya mengumpulkan dan mengirimkan segala bentuk bantuan, baik berupa uang tunai, bantuan pangan dan pakaian serta tenaga medis dan obat-obatan.</span> Sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara Islam lainnya. Tetapi apa yang diberikan oleh sang Raja beserta rakyatnya tiada bandingannya dalam kualitas dan kuantitas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i><b>Membantu pengungsi muslim Kasmir yang diusir pasukan India</b>. Mulai dari bantuan pangan, pakaian serta obat-obatan dan lain-lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><b><b>♥</b> PELAYANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGUNJUNG DUA KOTA SUCI</b></span></span><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index4.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft size-full wp-image-216" height="205" src="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index4.jpeg" title="index4" width="246" /></a><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Perluasan mesjid dua kota suci serta mesjid-mesjid lain yang dikunjungi kaum muslimin saat musim haji dan umrah seperti mesjid Quba, mesjid Qiblatain, mesjid Miqat Bir Ali, mesjid Namirah, mesjid Masy’aril Haram, mesjid Khaif. disamping bangunan yang begitu megah segala fasilitas pun tersedia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Saat kita berada di dua kota suci ini betapa kenyamanan amat kita rasakan sekali bahkan hal yang sekecil-kecilnya menjadi perhatian pemerintah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Khusus untuk Masjid Nabawi, air zam-zam diangkut dengan armada dari kota Makkah, tidak hanya untuk keperluan mesjid semata tapi masyarakat umum kota Madinah pun bisa mengambilnya untuk minuman mereka sehari-hari.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Pelayanan kenyamanan dalam berbagai tempat yang ditempuh dalam rute pelaksanaan haji atau tempat ziarah seperti pembangunan jalan, penerangan jalan, pemancar air di Arafah ketika musim panas, tersedianya WC dan tempat berwudhu sepanjang perjalanan dari Arafah sampai ke Mina.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Pembangunan <b><i>tenda-tenda haji yang anti api</i></b> di Mina dan lain-lain. Khusus pada musim haji segala kekuatan dan kemampuan dikerahkan untuk melayani tamu-tamu Allah mulai dari tim keamanan, kesehatan dan panduan haji.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Di samping itu tersedia pula tim khusus untuk mengantarkan jamaah yang tersesat, pulang ke tempat pemondokan mereka. Ditambah lagi pembagian buku-buku agama <span style="text-decoration: underline;">secara cuma-cuma</span> kepada seluruh tamu-tamu Allah yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>>> </b></i>Tidak hanya sampai di situ, pembagian makanan pun dilakukan bagi tamu-tamu Allah langsung dibagikan ke pemondokan jamaah. Begitu pula di sepanjang rute perjalanan haji mulai dari pagi hari tangal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 10 Dzulhijjah berjejer troli-troli membagikan berbagai bentuk minuman dan makanan sebagai <span style="text-decoration: underline;">sumbangan dari uang pribadi beliau sendiri. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><b><b>♥ PENDIRIAN PERCETAKAN AL-QUR’AN DI KOTA MADINAH </b></b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="text-decoration: underline;"><b><b><br />
</b></b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada tahun 1405 H selesai pembangunan kompleks percetakan Al Qur’an di kota Madinah yang dilengkapi dengan segala fasilitas yang mutakhir. Seluruh biaya mulai dari pembangunannya sampai segala bentuk operasional sehari-hari atas dana beliau pribadi. Pada tahun 1420 H jumlah eksemplar Al Qur’an yang dicetak sekitar 153 juta eksemplar dan telah dibagikan <b> secara cuma-cuma</b> kepada kaum muslimin di berbagai pelosok dunia sekitar <span style="text-decoration: underline;"> 121 juta eksemplar</span>.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kemudian Terjemahan Al Qur’an dalam berbagai bahasa dan dialek, pada tahun 1420 H telah diterjemahkan dalam 30 bahasa dan dialek. Jumlah Al Qur’an Terjemahan yang telah dibagikan kepada kaum muslimin di berbagai negara <b>secara cuma-cuma </b>sekitar <span style="text-decoration: underline;">16 juta eksemplar</span>. Percetakan Al Qur’an tidak hanya bergerak dalam bidang mencetak Al Qur’an dan terjemahannya semata tetapi juga bergerak dalam bidang mencetak kitab-kitab ulama dan bidang terjemahan buku-buku agama yang selanjutnya dibagikan kepada pencinta ilmu baik yang berada dalam Arab Saudi maupun di luar Arab Saudi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Cuplikan Pidato Raja Yang MuliaMelalui cuplikan pidato Raja, kita akan melihat secara dekat dan nyata bagaimana kepribadiannya yang sesungguhnya tentang kepahaman beliau tentang agama dan aqidah yang benar. Mari kita simak ketika beliau mengukuhkan undang-undang majelis syura tanggal 27/8/1412 H beliau menyatakan bahwa kerajaan yang beliau pimpin tegak di atas jalan yang jelas yaitu Islam, sebagaimana ungkapan beliau:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i><i>“Sesungguhnya negara ini berdiri di atas jalan yang jelas dalam politik, hukum dan dakwah serta ikatan persatuan yaitu Islam baik aqidah maupun syari’ah”.</i></i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ungkapan beliau lagi pada pembukaan tahun kerja kedua majelis syura tanggal 5/3/1419H:</span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span><br />
<span style="font-size: small;"><i>“Sesungguhnya negara anda yang telah berdiri lebih dari 250 tahun dan bersatu lebih dari 70 tahun telah menjadikan kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah sebagai undang-undang dasar dan garis besar haluan negara, hal ini mewarnai pergaulan dan hubungan kita dengan negara-negara lain. Dan kita akan tetap (dengan izin Allah) berpegang teguh dengan aqidah Islam. Karena kita tahu bahwa dengan demikian kita akan tetap dalam kemuliaan dan kejayaan serta selalu mendapat pertolongan Allah, Maha Benar Allah ketika berfirman: “Sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang selalu menolong-Nya”.</i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Beliau ungkapkan pula dihadapan para utusan yang memberikan ucapan selamat atas pembebasan Kuwait tanggal 19/8/1411 H:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i>“Semua kita tahu bagaimana umat Islam terjajah pada masa lampau baik di semenanjung Arab atau Afrika, ataupun Asia dan tempat-tempat lainnya, sebabnya adalah karena kecintaan pada kehidupan dan kesenangan duniawi telah mengalahkan diri kita dari berpegang kepada aqidah”.</i></span><br />
<span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Beliau tambahkan:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i>“Aku berjanji pada Allah untuk menjadikan Aqidah Islam sebagai asas dan fondasi serta tempat bertolak, dan apa yang bertentangan dengannya tidak akan kita perhatikan dan tidak pula akan kita ikuti”.</i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada kesempatan yang sama beliau nyatakan dihadapan para tamu dan masyarakat beliau:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i>“Kita saksikan di berbagai pelosok dunia dan di setiap tempat telah berdiri mesjid dan perpustakaan Islam serta tersebarnya dakwah Islam. Fenomena ini menurut keyakinan saya sebagai bukti bahwa dunia telah mencoba segala bentuk pemikiran dan undang-undang untuk mengatur kehidupan manusia baik secara umum maupun khusus. Dari sini orang-orang mengetahui bahwa aqidah Islam adalah sebaik-baik jalan. Karena di dalamnya terkumpul segala bentuk fasilitas kebaikan dunia dan akhirat. Barang siapa yang menginginkan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak maka berpegang teguhlah dengan kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”.</i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Demikianlah sekelumit cuplikan kalimat-kalimat beliau yang penuh makna.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span style="text-decoration: underline;">Kesan Dan Pesan Dari Penulis</span></b></span><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index2.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft size-full wp-image-213" height="164" src="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index2.jpeg" title="index2" width="119" /></a><span style="font-size: small;">Selama penulis menumpang hidup di salah satu sudut kekuasaan Sang Raja Yang Bijak ini, tepatnya di kota Madinah Al Munawwarah banyak sekali kesan indah dan kenangan manis yang penulis rasakan sendiri maupun yang penulis saksikan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Betapa tidak, karena barokah yang selalu diberikan Allah bagi umat yang berpegang teguh dengan agamanya. Sudah lebih dari sepuluh tahun lamanya penulis menikmati kemakmuran di negeri orang. Mulai dari semenjak program S-1 sampai sekarang pada tingkat penyelesaian S-3 di Universitas Islam Madinah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mulai dari awal dari keberangkatan diberi tiket gratis sampai kedatangan semuanya telah tersedia di kamar yang akan ditempati oleh mahasiswa baru mulai dari kasur yang berseprai lengkap dengan selimut ditambah lagi meja belajar dengan ruangan yang ber-AC. Setiap bulan kami menerima beasiswa sebanyak 850 rial. Setiap hari kami diantar jemput untuk ke masjid Nabawi oleh bus kampus.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Setiap sekali setahun diberi uang pustaka </b>yaitu berupa dana untuk membeli buku-buku kuliah sebanyak <span style="text-decoration: underline;"><b>800 rial.</b></span> Kemudian setiap libur tahunan musim panas kami di beri tiket untuk berlibur ke negara masing-masing.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jumlah Mahasiswa asing di Universitas Madinah sekitar <b>4000 orang</b> ditambah Mahasiswa Saudi sekitar <b>2500 orang</b>. Ini baru untuk satu universitas belum terhitung yang terdapat di universitas-universitas lain serta cabang-cabangnya baik di dalam Saudi maupun di luar negeri. Menurut hemat penulis di negara manapun tidak akan kita dapatkan perhatian seperti ini, apa lagi di negara kita sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;">Dalam kehidupan sehari-hari tidak kita temukan praktek kesyirikan dan bid’ah maupun maksiat secara terang-terangan. Karena bila diketahui akan menerima hukuman yang sepantasnya. Bila berobat, ke rumah sakit gratis. Di sana-sini sering kita mendapatkan bantuan buku-buku.</span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Khusus di bulan Ramadhan suasana lebih istimewa lagi, kita akan ditarik-tarik para penyaji buka puasa di masjid Nabawi supaya menyantap perbukaan mereka, anak-anak kecil merayu kita untuk mendatangi hidangan perbukaan mereka. Tepat di sebelah kiri mesjid Nabawi arah timur kota Madinah di sana terbentang hidangan perbukaan <b>atas dana pribadi sang raja</b> yang telah berpulang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kalau kita jalan-jalan kepasar kita akan lumrah melihat terong sebesar kepala anak kecil, anggur yang sebesar ibu jari, cabe yang panjangnya 20 cm. Begitu pula ikan yang sebesar anak berumur 5 tahun, harga untuk satu ikat ikan atau satu ekornya kadangkala mencapai 500 rial atau lebih, bila dirupiahkan sekitar satu juta lebih. Sering penulis bertanya pada diri sendiri kenapa negeriku yang subur tidak pernah bertemu hal seperti ini…!?. Ini adalah bukti nyata dari firman Allah:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;">“Jikalau penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, Sungguh Kami akan bukakan pintu rezki bagi Mereka dari langit dan bumi”. (Q.S Al A’raaf; 96).</span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Saat maraknya isu teroris Sang Raja tidak gegabah dalam mengambil kebijaksanaan. Tidak pernah ada pelarangan terhadap para da’i dan ulama dalam berdakwah bahkan sebaliknya justru mesjid-mesjid diramaikan dengan kajian-kajian tentang aqidah, seminar-seminar digalakkan di kampus-kampus Universitas. Karena Sang Raja memiliki ilmu agama yang cukup dalam mengkaji masalah tersebut. Bahkan beliau telah mengantisipasi akan hal tersebut, dengan mencabut kewarganegaraan Usamah bin Laden sekalipun Amerika mengkritik keras kebijakan Sang Raja pada saat itu. Dan pada akhirnya Amerika menuai benih yang Mereka tabur sendiri, terlepas dari benar atau tidaknya tentang opini yang diciptakan Amerika tentang Bin Laden. Lain halnya di berbagai belahan dunia para da’i dan pemuda muslim sering menjadi korban penculikan tanpa perlu ada bukti yang otentik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kesan yang tatkala pentingnya adalah terbuktinya kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh musuh Islam dan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan paham Ahlussunnah wal Jam’ah seperti tuduhan orang yang suka dusta dan memfitnah bahwa teroris diciptakan oleh negara Saudi sendiri. Begitu pula tuduhan tentang bahwa Saudi berpaham Wahhaby. Sudah sepersepuluh abad lebih penulis berada di Arab Saudi tidak pernah menemukan indikasi ke arah seperti yang dituduhkan tersebut. Bahkan seluruh buku-buku aqidah tidak pernah luput dari membongkar kesesatan teroris (Khawarij dan Mu’tazilah). Begitu pula tuduhan tentang faham Wahhaby bahwa mereka tidak menghormati para wali Allah atau dianggap membuat mazhab yang kelima. Pada kenyataannya semua buku-buku yang dipelajari dalam seluruh jenjang pendidikan adalah buku-buku para wali Allah dari berbagai mazhab.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penulis sebutkan di sini buku-buku yang menjadi panduan di Universitas Islam Madinah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Untuk mata kuliah Aqidah:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kitab Syarah Aqidah Thawiyah karangan Ibnu Abdil ‘Iz Al Hanafi, Fathul Majiid karangan Abdurahman bin Hasan Alu Syeikh. Ditambah sebagai penunjang Al Ibaanah karangan Imam Abu Hasan Al Asy’ari, Al Hujjah karangan Al Ashfahany Asy Syafi’i, Asy Syari’ah karangan Al Ajurry, Kitab At Tauhid karangan Ibnu Khuzaimah, Kitab At Tauhid karangan Ibnu Mandah dan lain-lain. –</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> - Untuk mata kuliah Tafsir:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tafsir Ibnu Katsir Asy Syafi’i, Tafsir Asy Syaukany, Ditambah sebagai penunjang Tafsir At Thobary, Tafsir Al Qurthuby Al Maliky, Tafsir Al Baghawy As Syafi’i dan lain-lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> - Untuk mata kuliah Hadits:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kutub As Sittah beserta Syarahnya Fathul Baari karangan Ibnu Hajar Asy Syafi’i, Syarah Shahih Muslim karangan Imam An Nawawy Asy Syafi”i, dan lain-lain</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Untuk mata kuliah Fikih:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusy Al Maliky, Subulussalam karangan Ash Shan’any, Ditambah sebagai penunjang: Al Majmu’ karangan Imam An Nawawy Asy Syafi”i, kitab Al Mughny karangan Ibnu Qudamah Al Hambaly dan lain-lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kalau ingin untuk melihat lebih dekat lagi tentang kitab-kitab yang menjadi panduan mahasiawa di Arab Saudi silakan berkunjung ke perpustakaan Universitas Islam Madinah atau perpustakaan masjid Nabawi, di sana akan terbukti segala kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh musuh Islam dan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah seperti tuduhan teroris dan wahhaby.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index3.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft size-full wp-image-215" height="262" src="http://rohisonline.com/wp-content/uploads/2011/02/index3.jpeg" title="index3" width="192" /></a><span style="font-size: small;">Melalui tulisan singkat ini penulis ingin berpesan kepada saudara-saudaraku yang seiman baik sebagai penguasa maupun sebagai rakyat biasa, marilah kita bina kehidupan kita sehari-hari mulai dari urusan pribadi sampai kepada urusan negara sesuai dengan ajaran agama kita, sejauh mana kita melalaikan ajaran agama kita sejauh itu pula impian kebahagiaan akan jauh dari kita.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Selanjutnya sebagai tanda syukur kita kepada Allah, kita berkewajiban untuk mendo’akan Sang Raja yang telah berpulang. Sebagaimana diperintahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-size: small;"><i>“Barangsiapa yang melakukan suatu kebaikan padamu, hendaklah kamu membalasnya, jika kamu tidak memiliki sesuatu untuk membalasnya maka do’akanlah orang tersebut, sampai kamu merasa sudah terbalas”. (HR. Abu Daud no: 1672). Dalam sabda yang lain beliau katakan: “Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah”. (HR. Tirmidzy no: 1954).</i></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Wallahu A’lam, sholawat dan salam untuk Nabi kita Muhammad shollallahu’alaihiwasallam, penutup segala nabi, serta untuk para sahabat dan keluarganya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">- Madinah 6 Agustus 2005</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ali Musri Semjan Putra Lc., MA.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Disunting dari <a href="http://www.muslim.or.id/" rel="nofollow" target="_blank">www.muslim.or.id</a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><a href="http://www.facebook.com/note.php?note_id=140677615977179" rel="nofollow" target="_blank">http://www.facebook.com/note.php?note_id=140</a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">http://rohisonline.com/?p=206</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-70022840201735806132011-04-12T01:30:00.005+08:002011-05-29T11:57:14.647+08:00Awas, Musuh Dalam Selimut!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Pembaca yang budiman, di masa Rosululloh <i>shollallohu ‘alaihi wa sallam</i> masih hidup ada dua golongan musuh Islam yaitu orang kafir dan orang munafiq. Di antara kedua golongan ini orang-orang munafiq adalah yang paling berbahaya bagi ummat Islam, karena mereka mengaku Islam namun pada hakekatnya menghancurkan Islam dari dalam. Dan hal ini senantiasa terjadi di sepanjang jaman, begitu pula di jaman kita sekarang ini bahkan di negeri yang kita tinggali ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div></div><div style="text-align: justify;"><span id="more-127"></span>Alloh Ta’ala memerintahkan kepada Nabi dan orang-orang yang beriman supaya berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq. Alloh berfirman, <i>“Wahai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersikap keraslah pada mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”</i> (At Taubah: 73)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>JIL Mengganyang Islam</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Salah satu musuh yang kini tengah dihadapi ummat Islam adalah ajaran sesat yang dibawa oleh Jaringan Islam Liberal/JIL. Sehingga kerancuan yang mereka tebarkan perlu dibantah, apalagi orang-orang yang membawa pemikiran sesat ini adalah tokoh-tokoh yang digelari cendekiawan, kyai dan intelektual. Sebenarnya pernyataan mereka terlalu menyakitkan untuk ditulis dan disebarluaskan, namun demi tegaknya kebenaran maka dalam kesempatan ini akan kami bawakan beberapa contoh kesesatan pemikiran mereka yang dengannya pembaca akan mengetahui betapa rusaknya akidah Islam Liberal ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Orang JIL Tidak Paham Tauhid</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Nurcholis Majid menafsirkan <i>Laa ilaaha illalloh</i> dengan arti “Tiada tuhan (<i>t</i> kecil) kecuali Tuhan (<i>T</i> besar)”. Padahal Rosululloh, para sahabat dan para ulama dari jaman ke zaman meyakini bahwa makna <i>Laa ilaaha ilalloh</i> adalah “Tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh”. Dalilnya adalah firman Alloh, <i>“Demikian itulah kuasa Alloh Dialah sesembahan yang haq adapun sesembahan-sesembahan yang mereka seru selain Alloh adalah (sesembahan) yang batil…”</i> (Al Hajj: 62). Nah, satu contoh ini sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa ajaran JIL adalah sesat karena menyimpang dari petunjuk Rosululloh dan para sahabat. Walaupun dalam mempromosikan kesesatannya mereka menggunakan label Islam, tapi sesungguhnya Islam cuci tangan dari apa yang mereka katakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Orang JIL Tidak Paham Kebenaran</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ulil Abshar (seorang tokoh JIL -ed) mengatakan bahwa semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran, jadi Islam bukan yang paling benar katanya. Padahal Al Qur’an dan As Sunnah menegaskan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang benar, yaitu Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Alloh Ta’ala berfirman, <i>“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Alloh hanyalah Islam.”</i> (Ali Imron: 19). Nabi juga bersabda, <i>“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidaklah ada seorang pun yang mendengar kenabianku, baik Yahudi maupun Nasrani kemudian mati dalam keadaan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa kecuali pastilah dia termasuk di antara para penghuni neraka.”</i> (HR. Muslim). Kalau Alloh dan Rosul-Nya sudah menyatakan demikian, maka anda pun bisa menjawab apakah yang dikatakan Ulil ini kebenaran ataukah bukan?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Orang JIL Tidak Paham Islam</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Para tokoh JIL menafsirkan Islam hanya sebagai sikap pasrah kepada Tuhan. Maksud mereka siapapun dia apapun agamanya selama dia pasrah kepada Tuhan maka dia adalah orang Islam. <i>Allohu Akbar!</i> Ini adalah <i>Jahil Murokkab</i> (bodoh kuadrat), sudah salah, merasa sok tahu lagi. Cobalah kita simak jawaban Nabi ketika Jibril bertanya tentang Islam. Beliau menjawab, <i>“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Romadhon dan berhaji ke baitulloh jika engkau sanggup mengadakan perjalanan ke sana.”</i> (HR. Muslim). Siapakah yang lebih tahu tentang Islam; Nabi ataukah orang-orang JIL?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Orang JIL Menghina Syari’at Islam</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ulil Abshor mengatakan bahwa larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam sudah tidak relevan lagi. Padahal Alloh Ta’ala telah berfirman, <i>“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian.”</i> (Al Ma’idah: 3). Kalau Alloh yang maha tahu sudah menyatakan bahwa Islam sudah sempurna sedangkan Ulil mengatakan bahwa ada aturan Islam yang tidak relevan -tidak cocok dengan perkembangan jaman- maka kita justeru bertanya kepadanya: Siapakah yang lebih tahu, JIL ataukah Alloh?!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Orang Bodoh Kok Diikuti?</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Demikianlah beberapa contoh kesesatan pemikiran JIL. Kita telah melihat bersama betapa bodohnya pemikiran semacam ini. Kalaulah makna tauhid, makna Islam adalah sebagaimana yang dikatakan oleh mereka (JIL) niscaya Abu Jahal, Abu Lahab dan orang-orang kafir Quraisy yang dimusuhi Nabi menjadi orang yang pertama-tama masuk Islam. Karena mereka meyakini bahwasanya Alloh-lah pencipta, pengatur, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang mampu menyelamatkan mereka ketika tertimpa bencana, sehingga ketika mereka diombang-ambingkan oleh ombak lautan mereka mengikhlashkan do’a hanya kepada Alloh, memasrahkan urusan mereka kepada-Nya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Namun dengan keyakinan semacam ini mereka tetap saja menolak ajakan Nabi untuk mengucapkan <i>Laa ilaaha illalloh</i>. Bahkan mereka memerangi Rosululloh, menyiksa para sahabat dan membunuh sebagian di antara mereka dengan cara yang amat keji. Inilah bukti bahwa orang-orang JIL benar-benar tidak paham Al Qur’an, tidak paham As Sunnah, bahkan tidak paham sejarah!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Himbauan</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Melalui tulisan ini kami menghimbau kepada segenap kaum muslimin agar menjauhi buletin, majalah, website, siaran TV atau radio yang digunakan oleh JIL dalam menyebarkan kesesatan mereka dan bagi yang memiliki kewenangan hendaklah memusnahkannya. Karena Alloh Ta’ala telah memerintahkan, <i>“Wahai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersikap keraslah pada mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”</i> (At Taubah: 73). Dan ketahuilah bahwasanya tidak ada yang bisa membentengi kaum muslimin dari kebinasaan kecuali dengan kembali berpegang dengan Al Qur’an dan As Sunnah serta pemahaman para salafush sholih (sahabat dan murid-murid mereka). Dan Rosululloh telah menegaskan bahwasanya ilmu itu hanya bisa diraih dengan cara belajar (lihat <i>Fathul Bari</i>). Semoga tulisan yang singkat ini bisa meruntuhkan kerancuan-kerancuan yang ditebarkan oleh musuh-musuh Alloh dan Rosul-Nya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Imam Al Auza’i berpesan, “Wajib atas kalian mengikuti jejak salaf (para sahabat) walaupun banyak manusia yang menentangmu. Dan waspadalah dari pemikiran-pemikiran manusia meskipun mereka menghiasinya dengan perkataan-perkataan yang indah di hadapanmu”. Hanya kepada Alloh-lah kita memohon perlindungan. <i>Wallohu a’lam.</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi<br />
Artikel www.muslim.or.id<br />
<br />
<br />
=============================================================<br />
--------------------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
ARTIKEL TERKAIT <br />
<h3 class="post-title entry-title"></h3></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/buatlah-hatiku-tenang-wahai-jarir.html">Buatlah Hatiku Tenang, Wahai Jarir! (Sebuah Nasehat untuk Ulil Abshar)</a></li>
<li><a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/menjawab-bualan-dengan-kalimat-yang.html">Menjawab Bualan Dengan Kalimat yang Baik</a></li>
</ul></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-58787083637228956382011-04-12T01:22:00.003+08:002011-05-29T11:55:41.669+08:00Menjawab Bualan Dengan Kalimat yang Baik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><i>Sebuah Tanggapan untuk Ulil Abshar Abdalla</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div></div><div style="text-align: justify;">Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah seorang manusia yang telah dipilih oleh Allah untuk menyampaikan dan menjelaskan ayat-ayat-Nya serta menunjukkan kepada jalan yang lurus. <i>Amma ba’du</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span id="more-609"></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Para pembaca yang budiman, semoga Allah menjaga kita dari godaan syaitan dan kerancuan-kerancuan yang ditebarkan oleh antek-anteknya. Sifat rendah hati/tawadhu’ adalah salah satu ciri khas hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih. Sebagaimana yang dijelaskan oleh-Nya dalam ayat-Nya yang mulia,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”</i> (QS. Al Furqaan [25]: 63)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara sapaan jahil yang baru-baru ini mengusik umat Islam Indonesia adalah tulisan ‘orang yang sedang bingung’ yang diberi judul dengan ‘Doktrin-Doktrin Yang Kurang Perlu dalam Islam’. Dalam suasana ‘kebingungan’ yang masih menyelimuti pikirannya si penulis ingin mengajak umat Islam untuk bersikap arogan dan tinggi hati. Sayangnya dia menamai seruannya ini dengan ‘corak keberagamaan yang rendah hati’.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Aduhai, seandainya orang ini mau menyadari keruwetan akalnya! Orang yang lugu akan mengatakan kelakuannya ini dengan ungkapan, “Bungkusnya bagus, tapi isinya busuk.” Maka orang yang masih menyayangi kesehatan dirinya tentu tidak akan mau memakan isi bungkusan itu. Sebetulnya meladeni bualan semacam ini bukanlah sesuatu yang sukar. Kalau kita cermati ucapan-ucapannya maka akan tampak kontradiksi yang sangat jelas. Lihatlah betapa jujurnya orang ini ketika dia mengatakan bahwa dia ingin membuang ajaran agama Islam!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Saksikanlah pengakuannya atas kejahatan yang dilakukannya sendiri, “Saya hanya ingin menganjurkan suatu corak keberagamaan yang rendah hati, yang tidak arogan dengan mengemukakan kleim-kleim yang berlebihan tentang agama. Jika Islam menganjurkan etika “tawadhu’”, atau rendah hati, maka etika itu pertama-tama harus diterapkan pada Islam sendiri. Mengaku bahwa agama yang paling benar adalah Islam jelas menyalahi etika tawadhu’ itu.” (lihat artikel Ulil Abshar Abdalla di situs JIL, 7 Januari 2008)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dia juga yang mengatakan, “Banyak hal dalam agama yang jika dibuang sebetulnya tidak mengganggu sedikitpun watak dasar agama itu. Oleh para pemeluk agama, banyak ditambahkan hal baru terhadap esensi agama itu, sekedar untuk menjaga aura agama itu agar tampak “angker” dan menakutkan di mata pemeluknya. Saya akan mengambil contoh Islam.” (lihat artikel Ulil Abshar Abdalla di situs JIL, 7 Januari 2008)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pembaca sekalian, semoga Allah menambahkan hidayah-Nya kepada kita. Orang ini dengan beraninya dan tidak tahu malu telah menyingkap hakekat dirinya yang sombong dan arogan. Maka cukuplah kiranya bagi kita pengakuannya sendiri yang ingin ‘membuang ajaran agama’ dengan menamainya dengan istilah ‘corak keberagamaan yang rendah hati’. Sungguh pengakuan yang tulus dan sudah selayaknya mengetuk hati si pemilik ucapan untuk berintrospeksi dan kembali menata diri. Bukankah muhasabah atau introspeksi adalah salah satu esensi ajaran Islam yang sudah jelas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi?!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Saudaraku sesama kaum muslimin, sesungguhnya sikap arogan atau sombong yang dalam bahasa Arabnya adalah kibr merupakan akhlak yang sangat-sangat tercela. Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”</i> (HR. Muslim no. 131 Maktabah Syamilah)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kiranya hadits ini sangat tepat dengan konteks permasalahan yang sedang kita bicarakan. Belum lagi Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> telah memberikan sebuah ancaman yang sangat keras bagi orang-orang yang menyombongkan diri. Beliau bersabda,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sekecil dzarrah (anak semut).”</i> (HR. Muslim no. 131. Maktabah Syamilah)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Imam An Nawawi <i>rahimahullah</i> mengatakan, </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">فَإِنَّ هَذَا الْحَدِيث وَرَدَ فِي سِيَاق النَّهْيِ عَنْ الْكِبْرِ الْمَعْرُوف وَهُوَ الِارْتِفَاع عَلَى النَّاس ، وَاحْتِقَارهمْ ، وَدَفْع الْحَقِّ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya hadits ini disebutkan dalam konteks larangan dari sikap menyombongkan diri yang sudah dimengerti (oleh orang-orang, pent) yaitu sikap merasa tinggi dan lebih hebat daripada manusia yang lain, melecehkan mereka, dan menolak kebenaran.” (<i>Syarh Muslim</i>, <i>Tahrimul Kibr wa Bayanuhu</i>. Maktabah Syamilah)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Apakah Membuang Ajaran Islam Adalah Kerendahan Hati?</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Itulah pertanyaan yang ingin kita ajukan kepada si pemilik ucapan tersebut. Seorang muslim yang masih sehat akalnya tentu akan mengatakan bahwa tindakan mengobok-obok dan membuang isi ajaran Islam adalah sikap menolak kebenaran dan ekspresi dari perasaan lebih hebat dan sikap arogan yang sangat keterlaluan. Semua umat Islam sudah sepakat bahwa hanya Islam agama yang benar dan diridai oleh Allah. Adakah orang yang lebih sombong dan lebih keras kepala daripada orang yang sengaja menyelisihi kesepakatan umat Islam?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.”</i> (QS. Ali ‘Imran [3]: 19)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnu Katsir <i>rahimahullah</i> menjelaskan bahwa makna Islam di dalam ayat ini adalah mengikuti ajaran rasul Allah yang diutus kepada mereka di setiap masa sampai ditutupnya risalah dengan pengutusan Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> yang menutup semua jalan menuju Allah kecuali satu jalan yang dibentangkan oleh Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Oleh sebab itu orang-orang sesudah diutusnya Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> yang menghadap Allah dalam keadaan menganut agama selain syari’at beliau maka tidak akan diterima (<i>Tafsir al-Qur’an Al ‘Azhim</i>, Maktabah Syamilah).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima dan di akherat dia pasti termasuk orang yang merugi.”</i> (QS. Ali ‘Imran [3]: 85)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Maka dimanakah letak ketawadhu’an orang yang mengatakan, “Mengaku bahwa agama yang paling benar adalah Islam jelas menyalahi etika tawadhu’ itu.” ?!!! Bahkan perkataannya ini adalah sikap arogan dan penentangan yang jelas terhadap kebenaran isi al-Qur’an. Dan itu artinya dia telah berani menyombongkan dirinya di hadapan Allah <i>ta’ala</i> yang menurunkan al-Qur’an! <i>Inna lillahi wa inna ilahi raji’un…</i> Tidakkah engkau menyadari musibah ini wahai Ulil?! Adakah manusia yang lebih tidak tahu diri dan lebih arogan daripada orang yang membusungkan dadanya dan merasa hebat di hadapan Rabb yang menciptakan dirinya serta seluruh jagad raya? Akal siapakah yang bisa menerima bualan seperti ini? Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang masih memiliki pikiran (ulil abshar)!!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bahkan akan kita katakan bahwa sesungguhnya apa yang dikemukakan orang tidak tahu malu ini sebagai hal-hal baru yang tidak pernah dikenal oleh umat Islam dan ditambah-tambahkan kepada esensi ajaran Islam yang justru akan mencoreng citra ajaran Islam yang rendah hati dan jauh dari sikap arogan. Bukankah kebenaran datang dari Allah? Allah <i>ta’ala</i> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Al Haq adalah dari Rabbmu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.”</i> (QS. Al Baqarah [2]: 147)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dan Allah sendiri yang menyatakan bahwa hanya Islam yang benar. Apakah anda merasa lebih tahu daripada Allah wahai Ulil?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Ucapan Siapa yang Tidak Relevan?</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kalau kita cermati lagi, memang perbuatan orang ini sudah sangat keterlaluan. Menentang ayat-ayat Allah baginya adalah sesuatu yang ringan dan bahkan perlu untuk dikembangkan. Lihatlah perkataannya yang menunjukkan sikap arogan yang sangat tercela. Dia mengatakan, “Sudah jelas Kitab Suci terkait dengan konteks sejarah tertentu, dan banyak hal yang dikatakan Kitab Suci sudah tak relevan lagi karena konteks-nya berbeda.” (lihat artikel Ulil Abshar Abdalla di situs JIL, 7 Januari 2008).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Maha suci Allah dari bualan semacam ini!! Wahai Ulil, seandainya engkau mau diam dan berhenti menulis untuk sejenak memikirkan kematian yang pasti akan menghampirimu. Apakah perbedaan ucapanmu ini dengan ucapan orang-orang kafir, <i>“Tidaklah (al-Qur’an) ini melainkan hanya sekedar dongeng orang-orang terdahulu.”</i> (lihat QS. Al An’aam [6]: 25). Lihatlah betapa mirip ucapannya dengan ucapan orang-orang kafir! Ada hubungan apa antara anda dengan mereka wahai Ulil?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kalau Ulil mengatakan bahwa doktrin yang menyatakan sumber hukum hanya terbatas pada al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas sudah tidak relevan, keyakinan bahwa Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> adalah Nabi akhir zaman juga tidak relevan, keyakinan bahwa Islam yang diajarkan Nabi Muhammad menghapus agama-agama yang lainnya juga tidak relevan, keyakinan bahwa orang yang tidak mengikuti jalan Islam adalah kafir juga tidak relevan, keyakinan bahwa hanya ada satu golongan umat Islam yang selamat (<i>al firqah an najiyah</i>) juga tidak relevan, keyakinan bahwa firman Allah tidak mungkin salah juga tidak relevan, keyakinan bahwa dalam perkara yang sudah terdapat dalil tegas dalam syari’at maka tidak boleh ada ijtihad adalah juga tidak relevan, keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak membuat syari’at juga tidak relevan, kebenaran al-Qur’an tidak terikat dengan ruang dan waktu (dalam artian al-Qur’an selalu benar kapan dan di manapun, pen) juga tidak relevan, keyakinan bahwa Islam bisa menjawab semua masalah juga tidak relevan bahkan dianggap sebagai bentuk arogansi [lihat semua bualan ini dalam artikel Ulil Abshar Abdalla di situs JIL, 7 Januari 2008], maka cukuplah kita katakan kepadanya bahwa: Semua yang anda lontarkan ini adalah arogansi dan kekufuran terhadap hakekat ajaran Islam!!! Islam sama sekali tidak turut campur tangan dengan apa yang anda lontarkan. Dan semua umat Islam sepakat untuk menyatakan bahwa dakwah yang anda serukan bukanlah dakwah Islam! Akan tetapi dakwahmu adalah propaganda sesat dan tidak beradab yang mengajak umat untuk bersikap arogan dan meninggalkan akhlak tawadhu’ yang sudah semestinya menghiasi perilaku seorang muslim yang taat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Inilah ayat-ayat yang akan menghanguskan angan-angan anda untuk bisa menarik simpati kaum muslimin terhadap ajaran Liberal. Inilah petir yang akan membakar semua syubhat dan kedangkalan berpikir yang anda agung-agungkan. Allah <i>ta’ala</i> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (As Sunah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik untuk kalian dan lebih bagus hasilnya.”</i> (QS. An Nisaa’ [4]: 59)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara kalian, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.”</i> (QS. Al Ahzab [33]: 40)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atasmu. Dan Aku pun ridha Islam sebagai agama bagimu.”</i> (QS. Al-Maa’idah [5]: 3)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Barang siapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, maka Kami akan membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatannya dan Kami pasti akan memasukkannya ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.”</i> (QS. An Nisaa’ [3]: 115)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Dan siapakah yang lebih benar pembicaraannya daripada Allah?”</i> (QS. An Nisaa’ [3]: 87)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Dan siapakah yang lebih benar ucapannya daripada Allah?”</i> (QS. An Nisaa’ [3]: 122)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Dan tidaklah pantas bagi seorang yang beriman laki-laki atau perempuan untuk memiliki pilihan lain apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara. Dan barang siapa yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang sangat nyata.”</i> (QS. Al Ahzab [33]: 36)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari, dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?”</i> (QS. Al Maa-idah [4]: 50)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Alif laam miim. Inilah Kitab yang tidak ada keraguan sedikitpun padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa…” (QS. Al Baqarah [2]: 1-2)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> juga berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu (selain Allah) yang membuat syari’at untuk mereka padahal itu tidak pernah diijinkan oleh Allah?” (QS. Asy Syuura [42]: 21)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atasmu. Dan Aku pun ridha Islam sebagai agama bagimu.”</i> (QS. Al-Maa’idah [5]: 3)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dan masih banyak ayat lain serta hadits-hadits shahih yang akan menghabisi dan membakar habis kedangkalan berpikir serta membongkar kerusakan akal para penganut ajaran Liberal!!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>PENUTUP</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Setelah kita membaca ini semua wahai pembaca yang budiman, marilah kita tanyakan kepada hati nurani kita masing-masing siapakah yang mengajak untuk bersikap arogan dan menyombongkan diri?!! Apakah Allah, para rasul-Nya, para sahabat dan para ulama sesudah mereka yang mengajak umat Islam untuk bersikap arogan ataukah orang-orang Liberal yang berpikiran sempit dan telah rusak akalnya semacam ini?! Jawablah wahai orang-orang yang masih memiliki pikiran (Ulil Abshar)…! Kembalilah ke jalan kebenaran dan sikap rendah hati yang sejati wahai Ulil. Kasihanilah kedua orang tuamu, kasihanilah anak dan istrimu, kasihanilah dirimu sendiri… Sukakah engkau disejajarkan dengan barisan orang-orang yang arogan semacam Fir’aun, Qarun, dan Abu Jahal? Padahal karena sikap arogan seperti itulah Iblis dan bala tentaranya layak untuk diseret ke dalam jurang neraka dan tersiksa secara kekal di dalamnya. Renungkanlah! Semoga Allah memberikan taufik kepadamu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Keterangan Tambahan</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Meskipun demikian, kami kaum muslimin semua maklum. Bukanlah sebuah keanehan apabila lontaran jahil seperti itu muncul dari seorang penganut ajaran Liberal tulen semacam Ulil! Itu semua justru semakin menambah keyakinan kita akan kebenaran al-Qur’an sebagai firman Allah dan As Sunnah sebagai sabda Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Dan hal itu juga semakin memperjelas bagi kita siapakah jati diri Ulil yang sebenarnya. Inilah bukti lainnya yang menyingkap jati dirinya…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Pertama</b>. Allah menyatakan dalam firman-Nya,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Barang siapa di antara kalian yang berloyalitas kepada mereka (orang-orang kafir), maka dia termasuk golongan mereka.”</i> (QS. Al Maa’idah [5]: 51)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> juga bersabda, <i>“Seseorang itu berada di atas agama kawan akrabnya.”</i> (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bukankah selama ini Ulil telah merelakan dirinya dengan sedemikian ‘enjoy’nya berada di tengah-tengah mereka (orang-orang kafir) baik secara fisik maupun pikirannya?! Dan bukankah dia telah menjadikan mereka (Yahudi, dkk) sebagai kawan dekatnya; baik dari segi fisik maupun pikirannya? Bahkan Ulil merasa risih apabila harus ikut bersama [dengan keyakinan] para ulama Islam dan justru merasa tenang bersama [dengan keyakinan] para ulama Yahudi Orientalis kafir tulen yang jelas-jelas anti terhadap al-Qur’an dan As Sunnah. [Maka hal ini semakin memperjelas bagi kita: Kepada siapakah sesungguhnya Ulil berpihak?!]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Kedua</b>. Allah telah menyatakan dalam firman-Nya,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Barang siapa berpaling dari peringatan Ar Rahman (Allah) maka Kami akan menjadikan syaitan sebagai kawan pendampingnya.”</i> (QS. Az Zukhruf [43]: 36)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Maka jadilah orang semacam itu (yang dengan sengaja mencampakkan peringatan Allah) sebagai wali syaitan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bukankah selama ini Ulil juga telah mengesampingkan dalil-dalil al-Qur’an dan As Sunnah bahkan bersikap antipati kepada keduanya [di antara buktinya adalah kebatilan artikel Ulil yang sedang kita bantah ini, pen]. Sehingga orang-orang yang tetap berpegang dengan kandungan dalil justru dia sebut sebagai kaum tekstualis, bahkan penyembah teks! Sedangkan dirinya sendiri justru lebih memilih untuk memeluk akidahnya kaum filsafat dan menelan mentah-mentah sabda-sabda Orientalis. [<i>La haula wa la quwwata illa billah!</i> Lelucon macam apakah ini wahai Ulil?!]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Ketiga</b>. Bukankah Allah telah menyifati orang yang membenci ajaran Islam (yaitu kaum munafikin, pen) sebagai orang yang di dalam hatinya tersimpan penyakit yang kian hari kian bertambah keganasannya. Allah <i>ta’ala</i> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Karena di dalam hati mereka sudah terdapat penyakit (keragu-raguan), maka Allah semakin menambahkan penyakit itu kepada mereka.”</i> (QS. Al Baqarah [2]: 10)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dan karena penyakit yang diderita itulah segala hal menjadi berubah bagi si sakit. Sate yang tadinya sangat mengundang selera dan terasa lezat oleh lidah berubah menjadi pahit dan membakar lidah. Cahaya yang tadinya terasa lembut di mata dan mempercerah pandangan berubah menjadi pancaran sinar yang terasa pedih di mata dan menyakitkan. Dan seperti itulah kurang lebih kondisi yang sedang dialami oleh Ulil pada hari-hari ini. Semoga Allah segera menyembuhkan penyakitmu, wahai Ulil…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Terakhir</b>, kami ingin menasihatkan kepada diri kami sendiri dan setiap orang yang menghendaki kebaikan bagi dirinya supaya:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Pertama</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Selalu berdoa meminta petunjuk dan keteguhan kepada Allah, seperti dengan memanjatkan doa, <i>‘Rabbana la tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana’</i> (Ya Allah janganlah Engkau sesatkan hati-hati kami setelah Engkau berikan hidayah kepada kami) atau doa <i>‘Ya muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘ala diinik’</i> (Wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah aku di atas agama-Mu).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Kedua</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Perhatikanlah siapa gurumu. Sebab ilmumu adalah agamamu, maka hendaknya kamu perhatikan dari manakah kamu mengambil agamamu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Ketiga</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kenalilah siapa kawan-kawanmu, karena mereka itulah yang akan ikut mewarnai bagaimana isi hatimu. [keterangan tambahan ini kami salin dengan sedikit perubahan redaksional dari tulisan tangan Ustadz Afifi Abdul Wadud] </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>Allahumma aarinal haqqa haqqa warzuqnat-tiba’ah, wa aarinal baathila baathila warzzuqnajtinaabah. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wa akhiru da’wana anil hamdu lillahi Rabbil ‘alamin.</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Yogyakarta, Rabu 14 Muharram 1429/23 Januari 2008</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">****</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi<br />
Muraja’ah: Ustadz Afifi Abdul Wadud<br />
Artikel <a href="http://muslim.or.id/manhaj-salaf/menjawab-bualan-dengan-kalimat-yang-baik.html" title="Menjawab bualan dengan kalimat yang baik">www.muslim.or.id</a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Semoga Allah mengampuninya,<br />
Kedua orang tuanya dan segenap kaum muslimin</i><br />
<br />
<br />
=============================================================<br />
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
ARTIKEL TERKAIT <br />
<div style="text-align: justify;"><ul><li><a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/buatlah-hatiku-tenang-wahai-jarir.html">Buatlah Hatiku Tenang, Wahai Jarir! (Sebuah Nasehat untuk Ulil Abshar)</a></li>
<li><a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/awas-musuh-dalam-selimut.html">Awas, Musuh Dalam Selimut!</a></li>
</ul></div></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-61147529964322527562011-04-12T01:11:00.004+08:002011-05-29T12:03:06.926+08:00Buatlah Hatiku Tenang, Wahai Jarir! (Sebuah Nasehat untuk Ulil Abshar)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Dari Qais bin Abi Hazim, dari Jarir bin Abdullah al-Bajali <i>radhiyallahu’anhu</i>, Jarir berkata: Suatu ketika Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> berkata kepadaku, <i>“Wahai Jarir, maukah engkau menenangkan hatiku dari memikirkan Dzul Khalashah?”</i> –itu adalah sebuah rumah di Khats’am (sebuah tempat di Yaman, pent) yang dijuluki sebagai <b>Ka’bahnya Yaman</b> (yang di dalamnya terdapat berhala yang dipuja-puja, pent)–. Jarir berkata: Akupun bergegas berangkat -ke sana, untuk berperang, pent- bersama dengan seratus lima puluh pasukan berkuda -dari suku Ahmas, pent-. Sebenarnya aku ini tidak begitu tangguh mengendarai kuda. Hal itu aku ceritakan kepada Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, maka beliau pun menepukkan telapak tangannya ke dadaku seraya berdoa, <i>“Ya Allah, teguhkanlah dia dan jadikan dia pemberi petunjuk dan senantiasa terbimbing.” </i>Qais berkata: Maka berangkatlah Jarir ke sana dan berhasil membakar hangus rumah itu dengan api. Kemudian Jarir mengutus seseorang di antara kami untuk menyampaikan berita gembira ini kepada Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Orang itu biasa dipanggil dengan sebutan Abu Arthah -nama aslinya Husain bin Rabi’ah, pent-. Sesampainya dia di hadapan Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, dia pun melapor, <i>“Tidaklah saya datang menghadap anda kecuali kami telah meninggalkannya dalam keadaan -hangus, pent- bagaikan seekor onta yang terkena kudis di sekujur tubuhnya.” </i>Maka Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> pun mendoakan keberkahan bagi kuda-kuda suku Ahmas beserta pasukannya sebanyak lima kali. (<b>HR. Bukhari dan Muslim</b>, lihat <i>Syarh Muslim</i> [8/98-100] dan <i>Shahih Bukhari</i> hal. 633,635,795,900,1253,1293)<br />
<br />
<b>Hadits yang agung ini menyimpan berbagai mutiara hikmah, di antaranya:</b><br />
<ol><li>Anjuran untuk mengirimkan utusan yang menyampaikan kabar gembira berupa keberhasilan penaklukan musuh dan yang semacamnya (lihat <i>Syarh Muslim</i> [8/99]). Hadits ini juga menunjukkan anjuran untuk memberikan kabar gembira kepada sesama muslim yang dapat membuat hatinya senang, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal yang populer itu.</li>
<li>Kesenangan dan kebahagiaan jiwa Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dan para sahabatnya adalah dengan berjayanya tauhid dan tumbangnya syirik. Maka perhatikanlah hal ini baik-baik <i>wahai saudaraku terutama para da’i</i>,… Hendaknya kita berupaya untuk meneladani mereka. Betapa besarnya perjuangan mereka -generasi salaf- dalam mendakwahkan tauhid ke berbagai penjuru dunia. Yang hal itu menunjukkan kepada kita bahwa yang menjadi <b>cita-cita tertinggi</b> perjuangan mereka adalah agar umat manusia menyembah kepada Allah saja dan mengingkari thaghut/sesembahan selain Allah. Bukankah Allah telah menegaskan tujuan agung ini dalam firman-Nya (yang artinya), <i>“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyeru; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”</i> (QS. an-Nahl: 36). Sehingga dakwah tauhid itulah yang menjadi ruh perjuangan mereka, bukan dakwah menuju kekuasaan ataupun kesejahteraan ekonomi, apalagi tendensi untuk meraih simpati duniawi semua umat beragama! <i>Camkan hal ini baik-baik, wahai para pemuda!</i></li>
<li>al-Hafizh Ibnu Hajar <i>rahimahullah</i> berkata, <i>“Tidak ada sesuatu pun yang lebih melelahkan bagi hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan keberadaan sosok pujaan selain Allah ta’ala yang dipersekutukan dengan-Nya -dalam hal ibadah-.”</i> (<i>Fath al-Bari</i> [7/671] pdf). Maka hal ini mencerminkan kebencian dan keresahan yang amat mendalam pada diri Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> karena bercokolnya kemusyrikan di atas muka bumi ini. Tentunya hal ini sangat bertolak belakang dengan sikap sebagian orang yang dijuluki sebagai cendekiawan Islam dan ‘kelompok pembaharu’ (baca: <a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/menjawab-bualan-dengan-kalimat-yang.html"><b>JIL dan antek-anteknya</b></a>) yang sangat tidak suka apabila rasa kebencian terhadap syirik dan pelakunya itu ditanamkan dalam hati umat Islam. Tidakkah kita ingat, wahai pembaca yang budiman.. indahnya firman Allah <i>ta’ala</i> (yang artinya), <i>“Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. Yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian dan </i><i><b>telah tampak jelas adanya permusuhan dan kebencian antara kami dengan kalian</b></i><i>, untuk selama-lamanya sampai kalian mau beriman (beribadah) kepada Allah semata…”</i> (QS. al-Mumtahanah: 4). Maka ambillah pelajaran, wahai <i>ulil abshar</i> (orang yang punya pikiran)…!</li>
<li>al-Hafizh Ibnu Hajar <i>rahimahullah</i> berkata, <i>“Di dalam hadits ini terkandung ajaran yaitu disyari’atkannya melenyapkan sesuatu yang memicu merajalelanya fitnah/keburukan bagi manusia, baik yang berujud bangunan atau selainnya; apakah dia tergolong jenis manusia, binatang, atau bahkan benda mati.” </i>(<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf). Di antara pemicu fitnah terbesar di negeri ini yang harus [segera] dilenyapkan adalah keberadaan Jaringan Islam Liberal beserta segala institusi yang mereka bangun untuk mempropagandakan kesesatan mereka. Mudah-mudahan pemerintah negeri ini -<i>semoga Allah membimbing mereka</i>- bisa segera mengambil tindakan demi keselamatan akidah kaum muslimin, <i>Allahumma amin</i>. Demikian juga tindakan ini mestinya diberlakukan kepada semua penebar fitnah kekafiran dan kemusyrikan di mana saja. Hal ini mengisyaratkan pentingnya pemerintah kaum muslimin untuk <b>memahami akidah yang benar dan berjuang mempertahankannya</b> dengan kekuasaan yang mereka miliki.</li>
<li>Ajaran untuk menjinakkan hati suatu masyarakat dengan mengangkat orang sebagai pemimpin bagi mereka yang dia itu adalah berasal dari masyarakat itu sendiri (putra daerah) (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf). <i> </i> <i> </i></li>
<li>Keutamaan pasukan penunggang kuda di dalam peperangan (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf). Hal ini merupakan bagian dari perwujudan firman Allah <i>ta’ala</i> (yang artinya), <i>“Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka -orang kafir- kekuatan apa saja yang mampu kalian siapkan, dan juga kuda-kuda yang ditambatkan -khusus untuk perang- dalam rangka menakut-nakuti musuh Allah dan musuh kalian serta musuh lain selain mereka…”</i> (QS. al-Anfal: 60)</li>
<li>Wajibnya menerima <b>hadits ahad</b> (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf). Yaitu tatkala Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> menerima berita seorang utusan Jarir yang menyampaikan kabar gembira tersebut. Dan tentu saja di dalam berita itu terkandung konsekuensi aqidah; yaitu meyakini kebenarannya. Maka hadits yang mulia ini merupakan bantahan bagi sebagian gerakan dakwah yang menyerukan untuk kembali kepada syari’at Islam namun pada saat yang sama mereka sendiri justru tidak memahami syari’ah, bahkan tidak paham aqidah, <i>Sadarlah wahai Syabaab..</i></li>
<li>Bolehnya tindakan yang agak berlebihan dalam menghancurkan musuh (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf). Tentu saja hal ini dengan mempertimbangkan maslahat dan madharat yang ditimbulkan. Karena kita mengetahui bahwa salah satu kaidah baku dalam bab <i>amar ma’ruf dan nahi mungkar</i> adalah tidak boleh melakukan ingkarul mungkar tatkala dampaknya justru melahirkan kemungkaran lain yang lebih besar (lihat <i>al-Amru bil Ma’ruf wa an-Nahyu ‘anil Munkar</i> oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 33).</li>
<li>Keutamaan sahabat Jarir bin Abdullah al-Bajali <i>radhiyallahu’anhu</i> beserta kaumnya (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf). Yaitu berupa kepatuhan beliau terhadap Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dan perjuangannya dalam menumpas kesyirikan.</li>
<li>Barokah yang ada pada telapak tangan Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dan doa yang beliau panjatkan (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf).</li>
<li>Dianjurkan untuk mengulangi doa sebanyak jumlah bilangan ganjil. Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> terkadang mengulangi doanya lebih dari 3 kali. Maka hadits ini merupakan dalil pengkhusus/<i>takhshish</i> terhadap ucapan Anas, <i>“Beliau/Nabi kalau berdoa -mengulanginya- sebanyak tiga kali.”</i> Sehingga 3 kali itu ditafsirkan sebagai kebiasaan beliau secara umum. Kejadian ini menunjukkan bahwa kondisinya memang menuntut hal itu -yaitu mendoakan mereka lebih dari 3 kali- dikarenakan jasa mereka yang sangat besar dalam memberantas kekafiran dan membela Islam (<i>Fath al-Bari</i> [7/673] pdf).</li>
</ol>Penulis: <a href="http://abumushlih.com/">Abu Mushlih Ari Wahyudi</a><br />
Artikel <a href="http://muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a><br />
<br />
<br />
<br />
=============================================================<br />
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
ARTIKEL TERKAIT <br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><ul><li><a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/menjawab-bualan-dengan-kalimat-yang.html">Menjawab Bualan Dengan Kalimat yang Baik</a></li>
<li><a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/awas-musuh-dalam-selimut.html">Awas, Musuh Dalam Selimut!</a></li>
</ul></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-57373948036400277362011-04-12T01:02:00.003+08:002011-05-29T12:16:57.646+08:00Darul Arqam dan Wajah Barunya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Mendengar dua kata ini Darul-Arqam mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi setelah MUI Pusat mengeluarkan fatwa tentang kesesatan kelompok ini pada tanggal 13 Agustus 1994. Kelompok yang berpusat di Malaysia ini ternyata memiliki banyak cabang di Indonesia. Dakwah mereka tidak bisa dianggap sepele. Dengan pendekatan harta, bisnis dan duniawi mereka berhasil menarik dan menyesatkan sebagian kaum muslimin. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui siapakah sebenarnya kelompok ini? Di mana letak kesesatannya? Seperti apa wajah barunya di Indonesia?<br />
<br />
<span id="more-1187"></span><br />
<b>Sejarah Darul Arqam dan Pendirinya</b><br />
<br />
<b>Darul Arqam</b> didirikan oleh <b>Ashari Muhammad</b>, lelaki berkelahiran 30 Oktober 1937. Oleh pengikutnya, Ashaari Muhammad biasa dipanggil <b>Abuya</b> atau <b>Buya</b>. <b>Abuya A.M.</b> adalah alumi Ma’had Hishamuddin yang bertempat di Klang, Selangor, Malaysia.<br />
<br />
Pada tahun 1966 Abuya A.M. yang berakidah Asy’ariah dan beraliran tasawuf Al-Ghazali ini, sakit keras selama empat bulan. Dia mengaku, pada saat itu dia bertemu dengan para ulama dan mengaji kepada mereka.<br />
<br />
Abuya A.M. yang pernah bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan kemudian Jama’atu-Tabligh ini, pada tahun 1967 bersuluk selama dua tahun di sebuah rumah yang disebut “Rumah Putih”. Di rumah itulah dia mengaku bermimpi bertemu dengan Muhammad bin Abdillah As-Suhaimi (meninggal pada tahun 1925), yang diyakini sebagai Imam Mahdi olehnya.<br />
<br />
Pada tahun 1969, di “Rumah Putih” itu Abuya A.M. membentuk suatu jamaah yang diberi nama <b>Darul Arqam</b>.<br />
<br />
Sekitar tahun 1980-an perjuangan Abuya A.M. pun mulai membesar dan mulai mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak.<br />
<br />
Pada 6 Oktober 1986 ‘Muzakarah Jawatan kuasa Fatwa Majlis Kebangsaan’ mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Darul-Arqam.<br />
<br />
Setelah Abuya A.M. dipenjara oleh Pemerintahan Malaysia selama beberapa tahun. Pada tahun 1997 dia mengembangkan kembali usaha dakwahnya dengan “<b>wajah baru</b>” yang diberi nama <b>Rufaqa’</b>. Di Indonesia, namanya berbeda, yakni <b>Hawariyun</b>.<br />
<br />
Pada Tahun 2000, Hawariyun di Indonesia dan Rufaqa’ Malaysia bergabung menjadi <b>Zumala Group Internasional</b>. Dua tahun kemudian berubah nama lagi menjadi <b>Rufaqa’ Internasional/Rufaqa Corporation Sdn. Bhd.</b><br />
<br />
Sampai saat penulis menuliskan makalah ini, Abuya A.M. masih terbaring sakit keras dan sangat sering dikunjungi oleh pengikut-pengikutnya. (Diringkas dan dikumpulkan dari berbagai sumber: (www.kawansejati.ee.itb.ac.id), (http://www.gatra.com/2004-05-21/versi_cetak.php?id=37396), ‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’, dll.)<br />
<br />
<b>Kesesatan-Kesesatan Darul-Arqam</b><br />
<br />
Kesesatan-kesesatan Darul-Arqam sangat banyak sekali, di antaranya adalah sebagai berikut:<br />
<ol><li>Muhammad bin Abdillah As-Suhaimi mengaku bahwa dia mendapatkan Aurad Muhammadiah (panduan dzikir-dzikir ala Darul-Arqam) langsung dari Nabi <i>shallallahu ‘alahi wa sallam</i> dalam keadaan jaga dan tidak tidur. Hal yang sama dinyatakan oleh Abuya A.M., dia menyatakan bahwa dia pernah bertemu dengan Nabi <i>shallallahu ‘alahi wa sallam</i> dan Imam Mahdi. (Lihat <i>‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’</i> oleh Mohd. Nizamuddin & Laila Ahmad. Giliran Timur Books: Malaysia. hal. 62-63, dan <i>Aliran dan Paham Sesat di Indonesia</i> oleh Hartono A. J. hal. 41-42) </li>
<li>Abuya A.M. menyatakan bahwa dirinya adalah Putera Bani Tamim yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi. (Lihat <i>‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’</i> hal. 71-78)</li>
</ol><b>Keyakinan mereka yang salah tentang Imam Mahdi sebagai berikut:</b><br />
<ol><li>Imam Mahdi adalah seorang lelaki yang masih hidup dan digaibkan oleh Allah.</li>
<li>Imam Mahdi yang mereka maksudkan adalah Muhammad bin Abdillah As-Suhaimi (meninggal tahun 1925).</li>
<li>Mereka memastikan bahwa Imam Mahdi akan muncul tidak lama lagi, yaitu setelah terbentuknya daulah islamiah di Malaysia setelah tiga atau empat tahun ke depannya.</li>
<li>Imam Mahdi akan menerima serah terima kekuasaan dari Putera Bani Tamim setelah enam bulan dia menampakkan dirinya di Mekkah. (Lihat ‘Kesesatan RUFAQA’ DI DALAM AURAD, AL-MAHDI DAN BANI TAMIM’ http://www.islam.gov.my/ (JAKIM)), dan <i>‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’</i> hal. 76-77)</li>
</ol><b>Kesesatan-Kesesatan Darul Arqam yang Lainnya</b><br />
<ol><li>Sebagaimana kaum sufi lainnya, pengikut-pengikut <a href="http://ibnuislam.blogspot.com/2011/04/darul-arqam-dan-wajah-barunya.html">Abuya A.M.</a> sangat mengkultuskan Abuya A.M.. Sampai-sampai di antara mereka ada yang meminta langsung kepadanya. Penulis pernah mendengar sendiri rekaman doa yang dipanjatkan oleh salah seorang pengikutnya yang meminta kepada Abuya A. M. agar ditegakkan daulah islamiah untuk kaum muslimin.</li>
<li>Abuya A.M. diyakini memiliki ilmu laduni (ilmu yang didapatkan langsung dari Allah). Dan mereka menyakini bahwa Abuya A.M. adalah tafsir Al-Qur’an dan As-Sunnah yang bergerak. (Lihat <i>‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’</i> hal. 28 dan <i>‘Taqwa Menurut Ustadz Hj Asaari Mohamad’</i> oleh Mejar (B) Abu Dzar. Penerbitan Minda Ikhwan: Malaysia. hal. 82)</li>
<li>Mereka menambahkan dua kalimat syahadat. Selain kalimat syahadat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka menambahkan dengan kalimat syahadat kepada Abu Bakr, ‘Umar, Utsman, ‘Ali dan kepada Mu<span style="text-decoration: underline;">h</span>ammad bin Abdillah As-Suhaimi dan menyatakan bahwa dia adalah Imam Mahdi. Bunyi syahadat mereka yang terakhir adalah: “<i>Muhammad al-Mahdi, khalifatu Rasulillah.</i>” (Lihat <i>‘Kesesatan Rufaqa’ Di Dalam Aurad, Al-Mahdi Dan Bani Tamim’</i> (http://www.islam.gov.my/ (JAKIM)))</li>
<li>Mereka mensyaratkan untuk menjadi orang yang bertakwa harus dibimbing oleh seorang mursyid (pembimbing). Dalam hal ini yang mereka maksud dengan mursyid adalah Abuya A.M.. Orang yang paling berilmu dan beramal saleh sekalipun, harus di bawah bimbingannya jika ingin menjadi orang yang bertakwa. (Lihat <i>‘Taqwa Menurut Ustadz Hj Asaari Mohamad’</i> hal. 78-83)</li>
<li>Aurad Mu<span style="text-decoration: underline;">h</span>ammadiah menjadi pegangan wajib mereka. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam mengamalkannya. Sampai-sampai Abuya A.M. mengatakan: “Hanya pengamal Aurad Muhammadiah yang berjuang saja yang dapat lakukan kerja-kerja perjuangan akhir zaman ini. Pengamal-pengamal tarekat lain yang diwarisi dari zaman sebelum, sebenarnya tidak cukup kuat untuk melakukan perjuangan Islam akhir zaman ini. Sebab masanya sudah berlalu.” (Lihat (www.kawansejati.ee.itb.ac.id))</li>
<li><i>Tajdid</i> (pembaharuan) menurut mereka adalah pembaharuan yang dibawa oleh Abuya A.M.. Dan mereka meyakini bahwa Abuya A.M. adalah <i>Sayyidul-Mujaddidin</i> (pemimpin para mujaddid). (Lihat <i>‘Kesesatan Rufaqa’ Di Dalam Aurad, Al-Mahdi Dan Bani Tamim’</i> (http://www.islam.gov.my/ (JAKIM)), dan ‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’ hal. 53-70)</li>
<li>Abuya A.M. membuat ramalan-ramalan, jadwal Tuhan dan lain sebagainya. Tidak heran kalau sebagian pengikut-pengikutnya sangat sering bertanya kepadanya tentang apa yang akan terjadi di masa depan. (Lihat <i>‘Abuya H. Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim’</i> hal. 9-22)</li>
<li>Sebagaimana dilakukan oleh Syi’ah, sebagian pengikut-pengikutnya banyak yang menggunakan <i>taqiyah</i> (pura-pura/berbohong) dalam berdakwah. Untuk poin yang ini, hendaknya kaum muslimin tidak tertipu dengan mereka, karena mereka sering menyembunyikan akidah mereka dan berpura-pura menyatu dengan kaum muslimin yang lainnya. (Lihat <i>‘Kesesatan Rufaqa’ Di Dalam Aurad, Al-Mahdi Dan Bani Tamim’</i> (http://www.islam.gov.my/ (JAKIM)). Begitu pula penulis mendapatkan salah seorang bapak yang tertipu dengan kebohongan mereka.)</li>
<li>Dan sebenarnya masih banyak lagi kesesatan-kesesatan mereka yang penulis tidak bisa uraikan pada tulisan ini. Walaupun demikian, <i>insya Allah</i> tulisan yang singkat ini sudah cukup untuk menjelaskan kesesatan-kesesatan mereka.</li>
</ol>Demikian. Mudah-mudahan bermanfaat.<br />
<i>Nas’alullah as-Salamah wa Al-’Afiyah</i>. Amin.<br />
Palembang, 16 Ramadhan 1429 H.<br />
***<br />
<br />
Penulis: Said Yai Al-Balimbani<br />
Artikel <a href="http://muslim.or.id/manhaj/darul-arqam-dan-wajah-barunya.html" target="_blank" title="Darul Arqam">www.muslim.or.id</a></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-59094990812892086382011-04-12T00:56:00.002+08:002011-05-29T12:09:44.304+08:00Wahai Bunda, Aku Akan Kembali ke Pangkuanmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div><div>Syaikh Abdurrozzaq <i> hafizohullah </i>sepekan yang lalu bercerita tentang seorang yang sudah tua yang ditemuinya di pantai jompo, orang tua tersebut mengeluh tentang anaknya yang sudah bertahun-tahun tidak menjenguknya….<br />
Tentunya ini adalah bentuk durhaka kepada orang tua.<br />
berikut ini adalah sebuah syair yang semoga menggugahkan hati kita untuk sering-sering menjenguk atau minilah jika kita jauh dari mereka agara sering menelpon mereka.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><span style="color: red;"><b>AKU AKAN KEMBALI KEPANGKUANMU WAHAI IBUNDA</b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">لَسِوْفَ أَعُوْدُ يَا أُمِّي … أُقَبِّلُ رَأْسَكِ الزَّاكِي</div><div style="text-align: center;">Aku akan kembali wahai ibunda … untuk mencium keningmu yang suci</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">أَبُثُّكِ كُلَّ أَشْوَاقِي… وَأَرْشُفُ عِطْرَ يُمْنَاكِ</div><div style="text-align: center;">Aku akan menumpahkan seluruh kerinduanku dan aku akan menghirup wanginya tangan kananmu</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">أُمَرِّغُ فِي ثَرَى قَدَمَيْكِ… خَدِّي حِيْنَ أَلْقَاكِ</div><div style="text-align: center;">Aku akan menghamparkan pipiku di pasir yang ada di kedua kakimu jika bertemu denganmu ibunda</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">أُرَوِّي التُّرْبَةْ مِنْ دَمْعِي… سُرُوْرًا فِي مُحَيَّاكِ</div><div style="text-align: center;">Aku akan membasahi tanah dengan air mataku… karena gembira bertemu denganmu ibunda</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">فَكَمْ أَسْهَرْتِ مِنْ لَيْلٍ… لِأَرْقُدَ مِلْءَ أَجْفَانِي</div><div style="text-align: center;">Betapa sering engkau terhalang dari tidur malam agar aku tidur dengan pulas menutup pelupuk mataku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَكَمْ أَظْمَئْتِ مِنْ جَوْفٍ… لِتُرْوِيْنِي بِتَحْنَانِي</div><div style="text-align: center;">Betapa sering lehermu kering kehausan untuk bisa menghilangkan dahagaku dengan kelembutan dan kasih sayangmu</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَيَوْمَ مَرِضْتُ لاَ أَنْسَى … دُمُوْعًا مِنْكِ كَالْمَطَرِ</div><div style="text-align: center;">Dan pada hari tatkala aku sakit.. tidak akan aku lupakan air matamu yang mengalir seperti derasnya hujan</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَعَيْنًا مِنْكَ سَاهِرَةً … تَخَافُ عَلَيَّ مِنْ خَطْرٍ</div><div style="text-align: center;">Dan tidak akan aku lupakan matamu yang bergadang menahan ngantuk karena mengkhawatirkan aku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَيَوْمَ وَدَاعِنَا فَجْرًا … وَمَا أَقْسَاهُ مِنْ فَجْرِي</div><div style="text-align: center;">Hari itu dimana kita berpisah di pagi hari… sungguh itu adalah pagi yang sangat menyedihkan bagiku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">يَحَارُ الْقَوْلُ فِي وَصْفِ … الَّذِي لاَقَيْتِي مِنْ هَجْرِي</div><div style="text-align: center;">Kata-kata tidak mampu mengungkapkan kesedihanmu akibat kepergianku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَقُلْتِ مَقَالَةً لاَ زِلْتُ … مُدَّكِرًا بِهَا دَهْرِي</div><div style="text-align: center;">Dan engkau mengutarakan suatu perkataan kepadaku yang selalu ingat sepanjang kehidupanku :</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">مُحَالٌ أَنْ تَرَى صَدْرًا … أَحَنَّ عَلَيْكَ مِنْ صَدْرِي</div><div style="text-align: center;">Tidak mungkin engkau akan mendapatkan dada yang lebih lembut dan sayang kepadamu daripada dadaku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">بِبِرِّكِ يَا مُنَى عُمْرِي … إِلَهُ الْكَوْنِ أَوْصَانِي</div><div style="text-align: center;">Allah pemilik alam semesta ini telah berwasiat kepadaku untuk berbakti kepadamu hingga akhir hayatku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">رِضَاؤُكِ سِرُّ تَوْفِيْقِي … وَحُبُّكِ وَمْضُ إِيْمَانِي</div><div style="text-align: center;">Keridhoanmu merupakan kuci kesuksesanku… dan mencintaimu adalah cahaya keimananku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَصِدْقُ دُعَائِكِ انْفَرَجَتْ … بِهِ كُرَبِي وَ أَحْزَانِي</div><div style="text-align: center;">Dengan ketulusan doamu maka sirnalah kesulitan dan kesedihanku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وِدَادُكِ لاَ يُشَاطِرُنِي … بِهِ أَحَدٌ مِنَ الْبَشَرِ</div><div style="text-align: center;">Kecintaanku tulus kepadamu tidak akan terbagi kepada seorangpun</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">فَأَنْتِ النَّبْضُ فِي قَلْبِي … وَأَنْتِ النُّوْرُ فِي بَصْرِي</div><div style="text-align: center;">Ibunda engkau menyertai gerakan hatiku… dan engkau adalah cahaya pandanganku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَأَنْتِ اللَّحْنُ فِي شَفَتِي … بِوَجْهِكِ يَنْجَلِي كَدَرِي</div><div style="text-align: center;">Ibunda engkau adalah senandung yang menyertai lisanku… dengan memandangku maka hilanglah kegelisahanku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">إِلَيْكِ أَعُوْدُ يَا أُمِّي … غَدًا أَرْتَاحُ مِنْ سَفَرِي</div><div style="text-align: center;">Aku akan kembali kepadamu wahai ibunda esok… dan aku akan beristirahat dari perjalanan jauhku</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">وَيَبْدَأُ عَهْدِيَ الثَّانِي … وَيَزْهُو الْغُصْنُ بِالزَّهْرِي</div><div style="text-align: center;">Maka aku akan memulai lembaran baru bersamamu ibunda… dan ranting-ranting pun akan terhias dengan bunga</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Penulis: <a href="http://www.firanda.com/">Ustadz Firanda, Lc, MA</a><br />
Artikel <a href="http://www.muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a></div></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-31456166249250716312011-04-12T00:42:00.002+08:002011-05-29T11:54:01.050+08:00Di Mana Air Matamu?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Nabi<i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, “<i>Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya</i>.” (HR. Tirmidzi [1633]).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> juga bersabda, “<i>Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis)</i>.” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>juga bersabda, “<i>Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.</i>” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, “<i>Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allah</i>.” (HR. Tirmidzi [1669] disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah [68]).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Saya [penyusun artikel] berkata: Kalau al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? <i>Laa haula wa laa quwwata illa billah!</i> Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “<i>Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.</i>” (lihat QS. al-Maa’idah : 74).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Aina nahnu min haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati!</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Disarikan dari al-Buka’ min Khas-yatillah, asbabuhu wa mawani’uhu wa thuruq tahshilihi, hal. 4-13 karya Abu Thariq Ihsan bin Muhammad bin ‘Ayish al-’Utaibi, tanpa penerbit, berupa file word.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Artikel www.muslim.or.id</div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-51140938487943913152011-04-12T00:31:00.002+08:002011-05-29T11:52:00.203+08:00Ketika Wanita Menggoda<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Allah <i>ta’ala</i> telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syariat yang suci ini tidak memperkenankan keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko. Tapi kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi laki-laki. Di jalan-jalan, di acara TV atau di VCD para wanita mengumbar aurat seenaknya bak kontes kecantikan yang melombakan keindahan tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada siksa dan tidak kenal apa itu dosa. Benarlah sabda Rasulullah yang mulia dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana beliau bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih besar bagi kaum lelaki daripada wanita.” </i>(HR. Bukhari Muslim)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div></div><div style="text-align: justify;"><span id="more-212"></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ya, begitulah realitasnya, wanita menjadi sumber godaan yang telah banyak membuat lelaki bertekuk lutut dan terbenam dalam lumpur yang dibuat oleh syaitan untuk menenggelamkannya. Usaha-usaha untuk menggoda bisa secara halus, baik disadari maupun tidak, secara terang-terangan maupun berkedok seni. Tengoklah kisah Nabi Allah Yusuf <i>‘alaihis salam </i>tatkala istri pembesar Mesir secara terang-terangan menggoda Beliau untuk diajak melakukan tindakan tidak pantas. Nabi Yusuf pun menolak dan berkata,<i> “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik.”</i> (QS. Yusuf: 23)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Muhammad bin Ishaq menceritakan, As-Sirri pernah lewat di sebuah jalan di kota Mesir. Karena tahu dirinya menarik, wanita ini berkata, “Aku akan menggoda lelaki ini.” Maka wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau lantas bertanya, “Ada apa denganmu?” Wanita itu berkata, “Maukah anda merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat?” Beliau malah kemudian melantunkan syair,”Berapa banyak pencandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu, namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata. Mereka menikmati kemaksiatan yang hanya sesaat, untuk merasakan bekas-bekasnya yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hamba-Nya, dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua.” (<i>Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin</i>, karya Ibnul Qayyim)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Perhatikanlah bagaimana Rasulullah telah mewanti-wanti kepada kita sekalian lewat sabda beliau, <i>“Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatilah pada wanita karena fitnah pertama bagi Bani Isroil adalah karena wanita.”</i> (HR. Muslim) Kini, di era globalisasi, ketika arus informasi begitu deras mengalir, godaan begitu gampang masuk ke rumah-rumah kita. Cukup dengan membuka surat kabar dan majalah, atau dengan mengklik tombol <i>remote control</i>, godaan pun hadir di tengah-tengah kita tanpa permisi, menampilkan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok memamerkan aurat yang semestinya dijaga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Lalu, sebagian muslimah ikut-ikutan terbawa oleh propaganda gaya hidup seperti ini. Pakaian kehormatan dilepas, diganti dengan pakaian-pakaian ketat yang membentuk lekuk tubuh, tanpa merasa risih. Godaan pun semakin kencang menerpa, dan pergaulan bebas menjadi hal biasa. Maka, kita perlu merenungkan dua bait syair yang diucapkan oleh Sufyan Ats-Tsauri: “Kelezatan-kelezatan yang didapati seseorang dari yang haram, toh akan hilang juga, yang tinggal hanyalah aib dan kehinaan, segala kejahatan akan meninggalkan bekas-bekas buruk, sungguh tak ada kebaikan dalam kelezatan yang berakhir dengan siksaan dalam neraka.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seorang ulama yang masyhur, Ibnul Qayyim pun memberikan nasihat yang sangat berharga: “Allah <i>Subhanahu wa ta’ala</i> telah menjadikan mata itu sebagai cerminan hati. Apabila seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga akan liar mengumbar syahwat…”</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Wallahul Musta’an</i>.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penulis: Abu Harun Aminuddin<br />
Artikel www.muslim.or.id</div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-13713627922733425072011-04-09T21:59:00.003+08:002011-05-29T11:59:45.898+08:00PERNIAGAAN YANG TIDAK AKAN MERUGI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><b></b>Semua manusia sepakat, meskipun secara tidak tertulis, bahwa target mereka dalam setiap usaha yang mereka lakukan adalah meraih kesuksesan, mendapat untung dan terhindar dari kerugiaan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ironisnya, kebanyakan manusia hanya menerapkan hal ini dalam usaha dan urusan yang bersifat duniawi belaka, sedangkan untuk urusan akhirat mereka hanya merasa cukup dengan 'hasil' yang pas-pasan dan seadanya. Ini merupakan refleksi dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan kecintaan terhadapa dunia dalam diri mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>mengisyaratkan keadaan mayoritas manusia ini dalam firman-Nya,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> “<i>Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai</i>.” (QS. ar-Ruum: 7).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnu Katsir berkata, "Arti (ayat ini): mayoritas manusia tidak memiliki ilmu pengetahuan kecuali dalam (perkara-perkara yang berkaitan dengan) dunia, keuntungan-keuntungannya, urusan-urusan dan semua hal yang berhubungan dengannya. Mereka sangat mahir dan pandai dalam usaha meraih (keberhasilan) dan cara-cara mengusahakan keuntungan duniawi, sedangkan untuk kemanfaatan (keberuntungan) di negeri akhirat mereka lalai (dan tidak paham sama sekali), seolah-seolah mereka seperti orang bodoh yang tidak punya akal dan pikiran (sama sekali)." (Kitab <i>Tafsir Ibnu Katsir</i>, 3/560)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Perniagaan Akhirat</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>menamakan amalan-amalan shalih, lahir dan batin, yang disyariatkan-Nya untuk mencapai keridhaan-Nya dan meraih balasan kebaikan yang kekal di akhirat nanti sebagai "<i>tijaarah</i>" (perniagaan) dalam banyak ayat al-Qur'an.</div><div style="text-align: justify;">Ini menunjukkan bahwa orang yang menyibukkan diri dengan hal tersebut berarti dia telah melakukan 'perniagaan' bersama Allah <i>Ta’ala</i>, sebagaimana orang yang mengambil bagian terbesar dari perniagaan tersebut maka dialah yang paling berpeluang mendapatkan keuntungan yang besar.</div><div style="text-align: justify;">Allah <i>‘Azza wa Jalla </i>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"<i>Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar</i>." (QS. ash-Shaff: 10-12).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam asy-Syaukani berkata, "Allah menjadikan amalan-amalan (shalih) tersebut kedudukannya seperti 'perniagaan', karena orang-orang yang melakukannya akan meraih keuntungan (besar) sebagaimana mereka meraih keuntungan dalam perniagaan (duniawi), keuntungan (besar) itu adalah masuknya mereka ke dalam surga dan selamat dari (siksa) neraka." (Kitab <i>Fathul Qadiir</i>, 5/311).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Inilah 'perniagaan' yang paling agung, karena menghasilkan keuntungan yang paling besar dan kekal abadi selamanya, inilah 'perniagaan' yang dengannya akan diraih semua harapan kebaikan dan terhindar dari semua keburukan yang ditakutkan, inilah perniagaan yang jelas lebih mulia dan lebih besar keuntungannya daripada perdagangan duniawi yang dikejar oleh mayoritas manusia. (Lihat kitab <i>Tafsir Ibnu Katsir</i>, 4/463).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, Allah <i>Ta’ala </i>menyifati 'perniagaan' mulia ini sebagai perniagaan yang pasti beruntung dan tidak akan merugi. Allah <i>‘Azza wa Jalla </i>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"<i>Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-Qur'an), mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.</i>" (QS. Faathir: 30).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syaikh 'Abdur Rahman as-Sa'di berkata, "(Inilah) perniagaan yang tidak akan merugi dan binasa, bahkan (inilah) perniagaan yang paling agung, paling tinggi dan paling utama, (yaitu) perniagaan (untuk mencari) ridha Allah, meraih balasan pahala-Nya yang besar, serta keselamatan dari kemurkaan dan sisaan-Nya. Ini mereka (raih) dengan mengikhlaskan (niat mereka) dalam mengerjakan amal-amal (shalih) serta tidak mengharapkan tujuan-tujuan yang buruk dan rusak sedikitpun.” (Kitab <i>Taisiirul Kariimir Rahmaan</i>, hal. 689).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Barang Dagangan/ Perniagaan Allah </b><b><i>Subhanahu wa Ta’ala </i></b><b>Adalah Surga</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa s</i><i>allam </i>bersabda, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah sangat mahal, dan ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah surga." (HR. at-Tirmidzi (no. 2450) dan al-Hakim (4/343), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam <i>Ash-Shahiihah</i>, no. 954 dan 2335).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Barang dagangan Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>yang mahal dan mulia ini harganya adalah amalan shalih dan berkorban di jalan-Nya, sebagaimana yang Allah <i>Subhan</i><i>ahu wa Ta’ala </i>isyaratkan dalam firman-Nya,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"<i>Dan amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan</i>." (QS. al-Kahfi: 46).</div><div style="text-align: justify;">Juga dalam firman-Nya,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"<i>Sesungguhnya, Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga (sebagai balasan) untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar</i>." (QS. at-Taubah: 111) (Lihat kitab <i>Tauhfatul Ahwadzi</i>, 7/124 dan <i>Fathul Qadiir</i>, 6/123).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah <i>Subhanahu wa Ta’al</i>a mengabarkan (dalam ayat ini), bahwa Dia telah mengganti (membeli) dari hamba-hamba-Nya yang beriman jiwa dan harta mereka yang mereka curahkan di jalan-Nya dengan Surga (sebagai harganya). Ini merupakan (bagian) dari karunia, kebaikan dan kedermawanan-Nya, karena Dia menerima (untuk memberikan) ganti (harga) dari apa yang merupakan milik-Nya, dengan (ganti yang berupa) anugerah yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang (selalu) taat kepada-Nya. Oleh karena itu, (Imam) Hasan al-Bashri dan Qatadah berkata (tetntang ayat ini), „Demi Allah, Dia telah berjual-beli dengan mereka, lalu Dia menjadikan sangat mahal harga (yang mereka terima, yaitu surga).‟” (Kitab <i>Tafsir Ibnu Katsir</i>, 2/515).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Barang Dagangan yang Mahal Hanya untuk Pedagang dan Pembeli Kelas Tinggi</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Barang dagangan Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>yang sangat mulia dan mahal ini, yaitu Surga, hanya pantas „diperdagangkan‟ dan „dibeli‟ oleh para pedagang dan pembeli „kelas tinggi‟, yaitu mereka yang siap mencurahkan segenap kesungguhan dan perjuangan mereka, dengan jiwa, raga dan harta, untuk meraih kesempurnaan iman dan keridhaan Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Merekalah orang-orang „kelas tinggi‟ dalam arti yang sebenarnya, karena mereka siap berjuang dan mengorbankan segala yang mereka miliki untuk memenuhi „selera mereka yang tinggi‟, yaitu selera untuk mendapatkan balasan yang tinggi, yaitu Surga.</div><div style="text-align: justify;">Bukankah Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>menyifati Surga dalam al-Qur‟an dengan firman-Nya,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> “<i>Di dalam Surga yang sangat tinggi.</i>” (QS. al-Ghaasyiah: 10).</div><div style="text-align: justify;">Demikian juga Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>menyifati Surga Firdaus dalam sabda beliau, “Jika kalian memohon (Surga) kepada Allah, maka mintalah (Surga Firdaus), itulah Surga yang paling di tengah dan paling tinggi, dan atapnya adalah <i>Arsy </i>(Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i>) Yang Maha Pemurah.” (Hadits shahih riwayat al-Bukhari, no. 2637 dan 6987).</div><div style="text-align: justify;">Bukankah dengan ini mereka pantas disebut sebagai orang-orang yang memiliki „selera tinggi‟?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana orang-orang yang menjadikan dunia sebagai target utama dalam hidup mereka, pantas disebut sebagai orang-orang yang memiliki „selera rendah‟ sesuai dengan kerendahan dan kehinaan dunia itu sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam „Abdur Rauf al-Munawi berkata, “Dunia itu dinamakan „dunia‟ (secara bahasa berarti yang rendah/ dekat), karena kedekatannya (cepat berakhirnya) dan kerendahannya (kehinaannya).” (Kitab <i>Faidhul Qadiir</i>, 3/544).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>menyebutkan sifat utama yang ada pada penghuni Neraka yaitu selalu memprioritaskan kehidupan dunia yang rendah. Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"<i>Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)</i>." (QS. An-Naazi'aat: 37-41).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>berlindung kepada Allah <i>Subhanahu </i><i>wa Ta’ala </i>dari „selera yang rendah‟ ini, sebagaimana dalam doa beliau <i>shallallahu </i><i>‘alaihi wa sallam</i>,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>"(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan dunia (harta dan kedudukan </i>[lihat kitab <i>Tuhfatul Ahwadzi</i>, 9/334]<i>) sebagai target utama kami dan puncak dari pengetahuan kami</i>." (HR. at-Tirmidzi (no. 3502), dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani).</div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnul Qayyim berkata, "Barangsiapa yang bercita-cita untuk (meraih) perkara-perkara yang tinggi, maka wajib baginya untuk menekan kuat kecintaan kepada perkara-perkara yang rendah (dunia)." (Kitab <i>Miftaahu Daaris Sa'aadah, </i>1/108).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sikap inilah yang ditunjukkan oleh shahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan <i>radhiallahu ‘anhu</i>, ketika beliau berhijrah dari Mekkah ke Madinah, yang untuk itu beliau harus menyerahkan harta dan emas berlimpah yang beliau miliki kepada orang-orang kafir Quraisy, agar mereka tidak menghalangi hijrah beliau ke Madinah. Sehingga ketika beliau telah sampai kepada Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>yang telah mengetahui kejadian tersebut berdasarkan berita dari Malaikat Jibril<i>’alaihis salam</i>, waktu itu Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>menyampaikan kabar gembira kepadanya dengan bersabda, "<i>Wahai Abu Yahya, (sungguh) telah beruntung perniagaanmu</i>", beliau <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>mengucapkannya sebanyak tiga kali." (HR.al-Hakim (8/31) dan ath-Thabrani dalam <i>Al-Mu'jamul Kabir, </i>no. 7296, dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Kemuliaan dan Keutamaan dari Allah </b><b><i>Subhanahu wa Ta’al</i></b><b>a Sesuai dengan Kesungguhan Manusia</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"<i>Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada mereka (dalam menempuh) jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik</i>." (QS. al- 'Ankabuut: 69).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnu Qayyim ketika mengomentari ayat di atas, beliau berkata, "(Dalam ayat ini), Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia), maka orang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari Allah <i>Ta’ala</i>) adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya." (Kitab <i>Al-Fawa-id</i>, hal. 59).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak terkecuali dalam hal ini, untuk meraih keuntungan besar dalam perdagangan akhirat tentu sangat dibutuhkan perjuangan dan kesungguhan. Kesungguhan dalam memahami petunjuk Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>dan mengamalkannya untuk mencapai ridha-Nya. Inilah jalan untuk mencapai keuntungan yang tinggi dan mulia dalam perdagangan akhirat, yaitu surga yang penuh dengan berbagai macam kenikmatan besar yang "belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam benak manusia." (Sebagaimana dalam hadits <i>qudsi </i>riwayat Imam al-Bukhari, no. 4501 dan Muslim, no. 2824).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seorang penyair mengungkapkan hal ini dalam bait syairnya,</div><div style="text-align: justify;"><i>Maka katakanlah kepada mereka yang mengharapkan perkara-perkara (balasan) yang tinggi</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Tanpa kesungguhan/perjuangan (berarti) kamu mengharapkan sesuatu yang mustahil (kamu dapatkan)</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Inilah makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>dalam sabda beliau <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam, </i>"<i>Orang yang berjihad/ berjuang dengan sungguh-sungguh (yang sebenarnya) </i><i>–</i><i>dalam riwayat lain: jihad/ perjuangan yang paling utama</i><i>– </i><i>adalah orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah </i>U <i>–</i><i>dalam riwayat lain: dalam ketaatan kepada Allah </i><i>–</i>" (HR. at-Tirmidzi (no. 1621), Ahmad (6/21,22), Ibnu Hibban (no. 4862), dinyatakan shahih oleh Imam At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Nasehat dan Penutup</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Inilah perniagaan akhirat dan perniagaan dunia, dan inilah perbandingan antara keduanya, manakah yang akan anda pilih?</div><div style="text-align: justify;">Allah <i>Ta’ala </i>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> “<i>Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (dengan ketakwaan), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan kefasikan)</i>.” (QS. asy-Syams: 7-10).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kehidupan dunia yang kita jalani, hakekatnya adalah pertaruhan diri kita untuk membawanya kepada jalan kebaikan atau kebinasaan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>bersabda, "Setiap manusia menjalankan (kehidupannya) dan menjual (mempertaruhkan) dirinya, maka (ada orang) yang membebaskan (menyelamatkan) dirinya dan (ada pula) yang membinasakannya." (Hadits shahih riwayat Muslim, no. 223).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam an-Nawawi berkata, "Makna hadits ini adalah setiap manusia mengusahakan (mempertaruhkan) dirinya, di antara mereka ada yang menjualnya untuk Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>dengan (menetapi) ketaatan kepada-Nya, maka dialah yang membebaskan (menyelamatkan) dirinya dari siksa (neraka yang sangat pedih), dan di antara mereka ada yang menjualnya untuk syaitan dan hawa nafsunya dengan menuruti (ajakan) keduanya, maka dialah yang membinasakan dirinya." (Kitab <i>Syarhu Shahiihi Muslim</i>, 3/102).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semoga Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala </i>menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk memotivasi kita agar semangat dan bersungguh-sungguh mengejar keuntungan mulia dalam perdagangan akhirat yang tidak akan merugi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan semoga Dia senantiasa memudahkan taufik-Nya bagi kita untuk meraih keridhaan-Nya dan semua kedudukan yang mulia dalam agama-Nya, sesungguhnya Dia Maha Dekat, Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.</div><div style="text-align: justify;">Artikel www.manisnyaiman.com<br />
<br />
Silahkan Download Ebook-nya <a href="http://www.ziddu.com/download/14719393/perniagaan-yg-tdk-rugi.pdf.html"><span style="font-size: large;"><b>di sini</b></span></a></div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-91487003258122534302011-04-09T21:51:00.002+08:002011-05-29T12:01:24.420+08:00Ilmu adalah Obat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Oleh : Syaikh Ali Hasan al-Halabi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebagian besar manusia menjalani kehidupan mereka dalam keadaan sakit, bingung dan tersesat. Mereka mencari obat untuk menyembuhkan penyakit mereka namun tidak mereka dapati, mereka melihat kejalan yang mereka lalui, namun mereka tidak dapat membedakan! Padahal obat ada didepan mereka, ada di antara dua tangan mereka, obat tersebut adalah ilmu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam adz-Dzahabi (wafat tahun 748 H) berkata :</div><blockquote>“Barangsiapa sakit hatinya tertimpa keraguan dan was-was semua itu tidak akan hilang kecuali dengan bertanya kepada ahli ilmu. Hendaklah ia mempelajari kebenaran yang dapat menyingkirkan penyakit yang dideritanya.”</blockquote><div style="text-align: justify;">Dan do’a yang paling mujarab adalah dengan merendahkan diri dihadapan Allah -subhanahu wa ta’ala-, meminta pertolongan kepada-Nya, hendaknya ia mengulang-ulangi dan memperbanyak do’a ini : </div><blockquote>“Ya Allah Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, yang menurunkan Taurat dan Injil, tunjukilah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan dengan izin-Mu, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus”.<br />
(HR. Muslim 770)</blockquote><div style="text-align: justify;">Hendaknya ia memperbarui taubatnya, memohon ampunan kepada-Nya, dan meminta kepada Allah keyakinan dan kesejahteraan. Insya Allah dengan hal itu tidak akan berlalu hari melainkan ia akan sehat dan sembuh dari penyakitnya, ketauhidannya akan selamat, dan ia tidak akan terjerumus kedalam ilmu kalam/filsafat yang barangsiapa mempelajarinya untuk mengobati penyakitnya maka akan melahirkan penyakit-penyakit lainnya yang bisa jadi akan membunuhnya !! Bahkan banyaknya keraguan dan kesamaran tidak akan menimpa melainkan kepada seseorang yang berkecimpung dalam ilmu kalam dan filsafat !</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Obat dari hal ini adalah membuang jauh-jauh hal yang membinasakan itu (ilmu kalam), berpaling dari hal-hal itu secara menyeluruh, dan banyak membaca al-Qur’an, shalat, berdoa dan takut.</div><div style="text-align: justify;">Dan saya menjamin bahwa ketauhidannya akan murni dan Allah akan menyehatkannya.</div><div style="text-align: justify;">Jika ia tidak mempergunakan obat ini, maka ia telah berobat dengan penyakit, dan tenggelam dalam pendapat dan akal, bisa jadi ia akan selamat, dan bisa jadi binasa ! dan bisa jadi ia akan menderita sakit hingga wafat.</div><div style="text-align: justify;">Dari Abu Darda -radhiallohu anhu-, ia berkata :</div><blockquote>Rasulullah -shollallahu alaihi wa sallam- bersabda : “Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar tidak pula dirham tapi mereka mewariskan ilmu, barangsiapa mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.”</blockquote><div style="text-align: justify;">Al-Imam Ibnu Hibban (wafat th 354 H) berkata :</div><blockquote>“Dalam hadits ini terdapat penjelasan yang jelas, bahwasanya para ulamalah yang mempunyai keutamaan, mereka mengajarkan ilmu nabi -shollallahu alahi wa sallam- , bukan ilmu-ilmu lainnya (seperti ilmu filsafat).”</blockquote><div style="text-align: justify;">Tidakkah anda melihat beliau -shollallahu alahi wa sallam- bersabda : “Ulama adalah pewaris nabi” dan para nabi tidak mewariskan apa-apa melainkan ilmu, dan ilmu nabi kita adalah sunnah-sunnahnya, barangsiapa tidak mengetahuinya bukan termasuk pewaris nabi.”</div><div style="text-align: justify;">Dan diantara ucapan yang indah adalah :</div><blockquote>“Ilmu adalah warisan nabi, demikianlah nash menyebutkannya sedangkan para ulama adalah pewarisnya.”</blockquote><div style="text-align: justify;">“Nabi -shollallahu alahi wa sallam- tidaklah meninggalkan kepada kita melainkan hadits-haditsnya, itulah harta dan perabot rumah tangga nabi.”</div><div style="text-align: justify;">Wallahu Ta’ala a’lam</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber : Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 14, hal.4</div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-36328808891029724952011-04-09T21:46:00.002+08:002011-05-29T11:48:43.552+08:00Berobat Tanpa Mengorbankan Aqidah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Penulis: Ummu Nabiilah</div><div style="text-align: justify;">Muroja’ah: Ustadz Jamaluddin, Lc</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, Nusantara dikejutkan dengan kemunculan seorang ‘dukun cilik Ponari’ dari Jombang, Jawa Timur. Bocah kelas tiga SD itu mengaku bahwa dirinya mampu mengobati berbagai macam penyakit dengan batu ajaibnya. Konon, batu tersebut ia peroleh seusai tersambar petir di halaman rumahnya. Sejak itulah, masyarakat datang berbondong-bondong demi mendapatkan air yang telah dicelup oleh batu si Dukun Cilik. Air celupan itu nantinya akan diminum atau diusapkan pada tubuh orang yang sakit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semakin hari bermacam penyakit bermunculan. Penyakit degeneratif yang dulunya jarang, bahkan tidak pernah ditemui di masa lampau, kini semakin banyak diderita oleh masyarakat. Berbagai macam cara ditempuh agar orang yang sakit dapat sembuh kembali seperti sedia kala. Mulai dari terapi medis hingga pengobatan alternatif yang tidak sesuai dengan syari’at dan tidak masuk akal seperti terapi batu Ponari di atas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Faktor ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pemerintah dituding sebagai akar permasalahan mengapa banyak orang datang ke praktek pengobatan alternatif. Nenek moyang bangsa Indonesia dahulu mempercayai bahwa alam seperti batu, pohon, laut, dan sebagainya memiliki ruh yang dapat mempengaruhi nasib manusia. Kepercayaan tersebut tidak serta merta hilang dari hati masyarakat masa sekarang, meski mereka tidak lagi menyatakan diri sebagai penyembah pohon atau batu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana dalam kasus di atas, sebagian masyarakat masih mempercayai bahwa batu Ponari memiliki kekuatan yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit meski mereka menyatakan bahwa batu tersebut hanya digunakan sebagai perantara untuk mencapai kesembuhan. Adapun kesembuhan yang mereka harapkan datangnya dari Allah semata.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Tinjauan Syari’at</b></div><div style="text-align: justify;">Seorang yang sakit diperbolehkan untuk berobat agar sembuh dari penyakitnya. Setiap muslim seharusnya meyakini bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya. Rasulullah <i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">مَا اَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً</div><div style="text-align: justify;"><i>“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.”</i> (HR.t Al-Bukhari dari Abu Hurairah <i>radhiyallahu ‘anhu</i>)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hadits yang lain beliau bersabda,</div><div style="text-align: justify;">لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاء ٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ</div><div style="text-align: justify;">“Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim dari Jabir <i>radhiyallahu ‘anhu</i>)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam usaha untuk mencari sarana kesembuhan, seorang muslim seharusnya memperhatikan hal-hal berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Bahwa obat dan dokter hanya sebagai sarana penyembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” </i>(Qs. Asy Syu’araa’: 80)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”</i> (Qs. Yunus: 107)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”</i> (Qs. Al An’aam: 17)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Ikhtiar (usaha) dalam mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik.</div><div style="text-align: justify;">Yang haram ini seperti berobat dengan menggunakan obat yang terlarang atau barang-barang yang haram karena Allah tidak menjadikan penyembuhan dari barang yang haram.</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">إِنَّ اللهَ خَلَقَ الدَّاءَ وَ الدَّوَاءَ، فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang haram.” </i>(HR. Ad-Daulabi dalam Al Kuna, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Ahaadits Ash Shahiihah no. 1633)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</div><div style="text-align: justify;">إنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِيْ حَرَامٍ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari penyakit) kalian pada hal-hal yang haram.” </i>(hadits riwayat Abu Ya’la VI/104 no..6930, Majma’uz Zawaa-id V/86 dan Ibnu Hibban (no. 1397-Mawaarid), lihat Shahiih Mawaaridizh Zham-aan no. 1172, dari Ummu Salamah <i>radhiyallahu ‘anha</i>, hasan lighairihi)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan<b> tidak boleh </b>juga berobat dengan hal-hal yang syirik dan haram, seperti; pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, “orang pintar”, menggunakan jin, pengobatan dengan jarak jauh, atau sebagainya yang tidak sesuai dengan syariat, sehingga dapat mengakibatkan jatuh dalam syirik dan dosa besar yang paling besar. Orang yang mendatangi dukun atau orang pintar tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.</div><div style="text-align: justify;">Rasullulah <i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لمَ ْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً.</div><div style="text-align: justify;"><i>“Barangsiapa yang datang kepada dukun/orang pintar/tukang ramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 malam.”</i> (HR. Muslim no.2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari seorang istri Nabi <i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">أَوْكَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ. مَنْ أَتَى عَرَّافًا</div><div style="text-align: justify;"><i>“Barangsiapa yang mendatangi orang pintar/tukang ramal atau dukun lalu ia membenarkan apa yang diucapkanny, maka sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad </i><i> shallallahu ‘alaihi wa sallam.”</i> (HR. Ahmad II/408, 429,476, al Hakim I/8 Shahiih al-Jaami’ish SShaghiir no.5939 dari Abu Huraira<i>h radhiyallahu ‘anhu,</i> shahih).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apabila seseorang terkena sihir, guna-guna, santet, kesurupan jin dan lainnya atau penyakit menahun yang tak kunjung sembuh, maka tidak boleh sekali-kali bagi seorang muslim atau muslimah mendatangi dukun, tukang sihir atau paranormal, karena datang kepada mereka adalah dosa besar. Dan tidak boleh pula bertanya kepada mereka tentang penyakit maupun hal-hal yang ghaib karena tidak ada yang tahu perkara yang ghaib melainkan hanya Allah saja, bahkan Rasulullah <i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> pun tidak tahu perkara yang ghaib.</div><div style="text-align: justify;">Allah Ta’ala berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Katakanlah, ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” </i>(Qs. Al An’aam: 50).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah Ta’ala berfirman,</div><div style="text-align: justify;">قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاءَ اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ</div><div style="text-align: justify;"><i>“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. </i>(Qs.Al A’raaf: 188)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam pengambilan sebab atau cara untuk mendapatkan kesembuhan haruslah memenuhi tiga syarat berikut agar tidak terjatuh dalam kesyirikan:</div><ol style="text-align: justify;"><li>Sebab yang diambil harus terbukti secara syar’i maupun qodari.<br />
Secara syar’i maksudnya terdapat dalil dalam Al Qur’an dan hadits yang menyebutkan bahwa sebab tersebut dapat digunakan sebagai sarana penyembuhan. Misalnya : membacakan ayat-ayat Al Qur’an sebagai terapi penyembuhan orang yang kerasukan jin, madu sebagai sarana pengobatan sakit demam, dan lain sebagainya.</li>
<li>Adapun secara qodari adalah sudah menjadi sunnatullah, atau pengalaman, atau terbukti melalui penelitian ilmiah bahwa sebab tersebut dapat digunakan sebagai terapi penyembuhan. Contohnya adalah penggunaan obat-obatan kimiawi untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Pengambilan sebab secara qodari ini dapat dibagi menjadi dua jenis hukum: halal dan haram. Yang pertama adalah sebab yang halal misalnya parasetamol dan kompres air hangat untuk meredakan demam. Adapun sebab yang haram misalnya penggunaan enzim pankreas babi dan cangkok organ babi untuk pengobatan pada manusia.<br />
Seseorang yang menetapkan sesuatu sebagai sebab, sementara Allah Ta’ala tidak menetapkannya sebagai sebab, baik syar’i maupun qodari, berarti dia telah menjadikan dirinya sekutu bagi Allah dalam hukum terhadap sesuatu (Syaikh Muhamad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Kitab Tauhid Jilid I).</li>
<li>Hati tetap bersandar pada Allah Ta’ala, bukan pada sebab.</li>
<li> Maksudnya, ketika mengambil sebab, hatinya senantiasa bertawakkal dan memohon pertolongan pada Allah Ta’ala demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak condong kepada sebab tersebut sampai-sampai merasa tenang kepada sebab, bukan kepada Allah. Apabila seseorang merasa pasti akan berhasil tatkala telah memperhitungkan segala sesuatunya, maka ada padanya indikasi bahwa hatinya telah bersandar kepada sebab, bukan kepada Allah Ta’ala. Hal tersebut juga dapat diindikasikan ada pada diri orang yang sangat kecewa berat atas sebuah kegagalan padahal orang itu merasa telah mengambil atau mengerjakan sebab dengan sebaik-baiknya.</li>
<li>Harus tetap memiliki keyakinan bahwa berpengaruh atau tidaknya sebuah sebab hanya Allah Ta’ala yang mentakdirkannya, betapapun keampuhan sebab tersebut.<br />
Artinya, jika Allah Ta’ala menghendaki untuk berpengaruh, maka akan dapat memberikan pengaruh sejalan dengan sunnatullah. Akan tetapi, jika Allah Ta’ala menghendakinya untuk tidak berpengaruh, maka tidak akan memberikan pengaruh apapun. Contohnya : api besar sunnatullahnya akan mampu membakar siapa saja. Namun tatkala Allah Ta’ala menghendaki lain, maka api tersebut menjadi dingin sebagaimana dalam kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Demikian sedikit pembahasan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan seorang muslim ketika harus melakukan pengobatan. Akidah yang benar dan bersih dari kesyirikan lebih utama daripada kesembuhan karena akidah yang lurus itulah sumber kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang muslim hendaknya juga harus berhati-hati terhadap praktek-praktek pengobatan alternatif di masyarakat karena beberapa diantaranya mengandung unsur-unsur kesyirikan.</div><div style="text-align: justify;"><i>Wallahu Al Muwaffiq</i> (Dan Allah-lah Yang Maha Pemberi Taufik).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber :</div><div style="text-align: justify;"><i>Doa dan Wirid Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut Al Qur’an dan As Sunnah</i> (cet. VII), Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas</div><div style="text-align: justify;"><i>Mutiara Faidah Kitab Tauhid,</i> Abu ‘Isa ‘Abdullah bin Salam</div><div style="text-align: justify;"><i>Syarah Kitab Tauhid: Al Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid Jilid 1</i> [Terj.], (Syaikh Muhamad bin Shalih Al Utsaimin), Darul Falah</div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;">Artikel muslimah.or.id</div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-811818945456469792011-04-09T21:41:00.002+08:002011-05-29T12:07:53.138+08:00Dia Mencium Bau Surga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah rhodiyallaahu ‘anhu, Rasululllah shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “ Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya… diantaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan di dalam sebuah hadits shohih yang berasal dari Anas bin an-Nadhr rhodiyallaahu ‘anhu, ketika perang Uhud ia berkata,”Wah …. angin surga, sunguh aku telah mencium wangi surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seorang Doktor bercerita kepadaku, “ Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal – semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya –semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka,</div><div style="text-align: justify;">‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal … tenanglah … sesungguhnya aku mencium wangi surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium wangi surga.’</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah’ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta’ala.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allahu Akbar … apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari…Semua kalimat tidak mampu terucap … dan pena telah kering di tangan… Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta’ala, “ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat.” (Ibrahim : 27)</div><div style="text-align: justify;">Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia melanjutkan kisahnya,</div><div style="text-align: justify;">“Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><ol style="text-align: justify;"><li>Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat”. Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.</li>
<li>Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.</li>
<li>Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Subhanalllah … Sungguh indah kematian seperti itu. Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta’ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.</div><div style="text-align: justify;">Saudara-saudara tercinta … kisah belum selesai…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabnya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya?</div><div style="text-align: justify;">Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah –red) yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-ngidamkann ya; meninggal dengan mencium wangi surga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ayahnya berkata, “Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku katakan, “Maha benar Allah” yang berfirman (yang artinya-red)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fhushilat:30- 32)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diambil dari : Serial Kisah Teladan Karya Muhammad bin Shalih Al-Qahthani, sebagaimana yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">— </div><div style="text-align: justify;">Sumber : Majalah elfata hal 65-67 edisi 06 volume 07 tahun 2007 dengan sedikit perubahan redaksi.</div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-49598375670927665542011-04-09T21:25:00.002+08:002011-05-29T12:08:11.023+08:00Sufyan Bin ‘Uyainah Rahimahullah(Kunikahi dia karena Agamanya)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Orang alim ini dilahirkan pada tahun 107 H pada pertengahan bulan Syawwal, dan ajal menjemputnya pada hari Sabtu, 1 Rajab 198 H. Nasab lengkapnya, Sufyan bin ‘Uyainah bin Abi ‘Imran al Kufi. Dia dikenal dengan panggilan Abu Muhammad.<br />
<br />
Ayahnya seorang pegawai pada masa Khalid bin Abdillah Al Qasri. Tatkala Khalid diberhentikan dari jabatan Gubernur Iraq dan digantikan oleh Yusuf bin Umar ats Tsaqafi, pejabat baru ini mencari-cari para staff pada masa pemerintahan Khalid, sehingga mereka berlarian untuk menyembunguikan diri. ‘Uyainah, Ayah Sufyan kecil, melarikan diri sampai ke kota Mekkah dan akhirnya memutuskan berdomisili disana.<br />
<br />
Ketika ia menapak usia lima belas tahun, ayahku memanggil, seraya berpesan : “<i>Wahai Sufyan! Masa kanak-kanak sudah lepas darimu, maka kejarlah kebaikan, supaya engkau termasuk orang-orang yang mengejarnya. Jangan tertipu dengan pujian orang-orang yang menyanjungmu dengan pujian yang Allah mengetahui, bahwa keadaanmu berlawanan dengan itu. Sebab, tidak ada orang yang berkata baik kepada orang lain tatkala ia sedang senang, kecuali ia akan berkata kejelekan kepadanya serupa ketika ia sedang dilanda amarah. Nikmati kesendirian daripada bergaul dengan kawan-kawan yang buruk. Jangan engkau alihkan prsangka baikku kepadamu kepada prasangka lain. Dan tidak akan ada orang yang berbahagia bersama dengan ulama, kecuali orang-orang yang mentaati mereka</i>”.<br />
<br />
Mendengar nasihat ayahnya ini Sufyan berkata dalam hati : ”Sejak itu, aku menjadikan pesan Ayah sebagai arah kompasku, berjalan bersamanya, tidak menyimpang darinya”.<br />
<br />
Begitulah yang ia jalani. Sejak usia dini, ulama besar ini telah menyibukkan diri pada pendalaman ilmu din. Tepatnya pada tahun 119 H.<br />
<br />
Ibnu ’Uyainah mengisahkan tentang dirinya : ”Aku keluar menuju masjid, dan aku melihat-lihat halaqah-halaqah (majlis ilmu) yang ada. Bila aku lihat ada kumpulan ulama dan orang-orang tua, maka aku menghampirinya”.<br />
Dia menceritakan: ”Aku duduk di majlis ilmu Ibnu Syihab dalam usia enam belas tahun tiga bulan”.<br />
<br />
Salah satu yang menunjukkan keberuntungannya, sebanyak delapan puluh ulama besar dari kalangan tabi’in sempat ia jumpai. Misalnya, ’Amr bin Dinas, az Zuhri, Muhammad bin al Munkadir, al A’masy, Sulaiman at Taimi, Humaid ath Thawil.<br />
<br />
Tentang kekuatan hafalannya, ia berkata, ”Aku tidak pernah menulis sesuatu, kecuali sudah aku hafal sebelum aku menuliskannya.”<br />
<br />
Tak pelak, berkat pergaulannya dengan ulama-ulama besar, telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang teguh, luas ilmunya dan mendalam. Ia menjadi nara sumber dalam berbagai permasalahan dan tempat curahan isi hati.<br />
Yahya bin Yahya an Naisaburi menceritakan: ”Suatu hari, ada seorang lelaki mendatangi Sufyan dengan berkata : ’Wahai , Aba Muhammad (yang dimaksud adalah Sufyan). Aku ingin mengadukan kepadamu tentang keadaan istriku. Aku menjadi lelaki yang paling hina dan rendah dimatanya”.<br />
Maka Sufyan menggeleng-gelengkan kepala heran, dan kemudian berujar : ”Mungkin, keadaan itu muncul karena engkau menikahainya untuk meraih kehormatan?”<br />
Lelaki itu pun mengakuinya: ”Ya, betul wahai Aba Muhammad”.<br />
Sufyan lalu berpesan: ”Barang siapa pergi karena mencari kehormatan, niscaya akan diuji dengan kehinaan. Barangsiapa mengerjakan sesuatu lantaran dorongan harta, niscaya akan diuji dengan kefakiran. Barang siapa bergerak karena dorongan din, niscaya Allah akan menghimpun kehormatan dan harta bersama dinnya”.<br />
<br />
Berikutnya, Sufyan mulai berkisah :<br />
”Kami adalah empat bersaudara, Muhammad, Imran, Ibrahim, dan aku sendiri. Muhammad adalah kakak sulung., Imran anak bungsu. Sedangkan aku berada di tengah-tengah. Tatkala Muhammad ingin menikah, ia menginginkan kemuliaan nasab. Maka ia menikahi wanita yang lebih tinggi status sosialnya. Kemudian Allah mengujinya dengan kehinaan.<br />
<br />
<br />
Sedangkan Imran, (saat menikah) ingin mendapatkan harta. Maka ia menikahi wanita yang lebih kaya dari dirinya. Allah kemudian mengujinya dengan kemiskinan. Keluarga wanita mengambil seluruh yang dimilikinya, tidak menyisakan sedikitpun.<br />
<br />
Aku pun merenungkan nasib keduanya. Sampai akhirnya Ma’mar bin Rasyid datang menghampiriku. Aku pun berdiskusi dengannya. Aku ceritakan kepadanya peristiwa yang menimpa para saudaraku. Ia mengingatkanku dengan hadits Yahya bin Ja’daj dan hadits ’Aisyah.<br />
<br />
Hadits Yahya bin Ja’dah yang dimaksud, yaitu sabda Nabi Shollallahu ’alayhi wa sallam:<br />
<blockquote>”Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, status sosialnya, kecantikannya dan dinnya. Carilah waniya yang beragama, niscaya tanganmu akan beruntung”.</blockquote>Sedangkan hadits ’Aisyah, Nabi Shollallahu ’alayhi wa Sallam bersabda :<br />
<blockquote>Wanita yang paling besar berkahnya adalah waniya yang paling ringan beban pembiayaannya”</blockquote>Maka, aku memutuskan untuk memilih bagi diriku (wanita yang) memiliki din dan beban yang ringan untuk mengikuti Sunnah Rasulullah Shollallahu ’alayhi wa sallam. Allah menghimpunkan bagiku kehormatan dan limpahan harta dengan sebab agamanya”.<br />
<br />
Itulah salah satu hikmah yang muncul dari lisannya. Tidak sedikit untaian hikmah dari Sufyan yang mencerminkan kedekatannya dengan Al Khaliq, Allah Subhaanahu wa Ta’Ala.<br />
<br />
Sufyan bin ’Uyainah pernah ditanya tentang hakikat wara’, Dia pun menjelaskan, wara’ adalah keinginan untuk mendalami ilmu din yang menjadi sarana untuk mengenal seluk-beluk wara’. Sebagian orang menganggap sikap wara’ tercermin pada sikap diam dalam waktu yang lama dan sedikit bicara, padahal tidak demikian. Menurut kami, sesungguhnya orang yang berbicara lagi alim, itu lebih afdhal dan lebih wara’ dibandingkan lelaki yang jahil lagi diam.<br />
<br />
Sufyan bin ’Uyainah juga memiliki hikmah yang menunjukkan kedalaman ilmunya. Dia menyatakan, permisalan ilmu adalah bagaikan negeri kufur atas negeri Islam. Apabila penganut Islam meninggalkan jihad, niscaya orang-orang kafir akan datang dan mengambil Islam. Jika orang-orang meninggalkan ilmu, maka mereka menjadi manusia-manusia bodoh.<br />
<br />
Tentang pentingnya menyampaikan ilmu yang sudah diketahui, dia berkata : ”Tidaklah disebut (sebagai) alim orang yang mengetahui kebenaran dan kejelekan. Tetapi, orang alim sejati ialah orang yang mengetahui kebaikan dan mengikutinya, serta mengetahui kejelekan dan menjauhinya”.<br />
<br />
<br />
Semoga Allah menganugerahinya dengan rahmat yang luas dan menempatkannya di surga-Nya yang tertinggi.<br />
<br />
================================================================== <br />
<i>Diketik kembali oleh Ummu ’Umar dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/IX/1426H/2005M</i> Yang mana tulisan dari Majalah As Sunnah tersebut bersumber dari <b>Tahdzibul Kamal fi Asma-i ar Rijal (3/223-228) karya Aal Hafizh Jamaluddin Abul Hajjaj Yusuf al Mizzi, tahqiq Basyyar Awwad Ma’ruf, Muassasah ar Risalah, Cetakan 1 Tahun 1418 H – 1998 M</b></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-67345423651980206172011-04-09T21:21:00.002+08:002011-05-29T12:02:23.219+08:00Pesan dari… Maqomatul Hariri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Bismillah… walhamdulillah… was sholatu wassalamu ala rosulillah… wa ala alihi wa man tabi’a hudah…<br />
Berikut ini adalah syair dari seorang pujangga terkemuka… Abu Muhammad Alqosim bin Ali al-Hariri namanya… Penulis kitab Al-Maqomat yg sangat tinggi keindahan bahasanya… Sehingga Nabi Gadungan Mirza Ghulam Ahmad sering mencomot kata-katanya…<br />
Tahun 446 adalah tahun kelahirannya… dan tahun 517 H beliau meninggalkan dunia… banyak sekali hikmah yg terkandung di dalam syairnya… berikut adalah sebagian untaian hikmahnya…<br />
<br />
<b>أيا مَن يدّعي الفَـهْـمْ *** إلى كمْ يا أخا الوَهْـمْ</b><br />
<b>تُعبّي الـذّنْـبَ والـذمّ *** وتُخْطي الخَطأ الجَـمّ</b><br />
Wahai orang yg mengaku memiliki pemahaman<br />
wahai orang (yg secara tabiat) bersaudara dg kesalahan<br />
Sampai kapan engkau terus melakukan dosa & tercelanya perbuatan!<br />
Sampai kapan kau terus melakukan banyak kesalahan!<br />
<br />
<b>أمَا بانَ لـكَ الـعـيْبْ *** أمَا أنْـذرَكَ الـشّـيبْ</b><br />
<b>وما في نُصحِـهِ ريْبْ *** ولا سمْعُكَ قـدْ صـمّ</b><br />
Bukankah sudah jelas keburukan yg ada padamu?!<br />
Bukankah ubanmu telah memperingatkanmu?!<br />
Tidaklah ada keraguan dalam nasihat & peringatannya itu<br />
dan tidak pula tuli telingamu<br />
<br />
<b>أمَا نادَى بكَ الـمـوتْ *** أمَا أسْمَعَك الصّـوْتْ</b><br />
<b>أما تخشَى من الفَـوْتْ *** فتَحْـتـاطَ وتـهـتـمْ</b><br />
Bukankah kematian telah memanggilmu?!<br />
Bukankah suara (tangisan terhadap mayit) telah banyak menyerumu?!<br />
Tidakkah kau takut akan hilangnya kesempatan?!<br />
Sehingga membuatmu lebih hati-hati dan menaruh perhatian<br />
<br />
<b>فكمْ تسدَرُ في السهْـوْ *** وتختالُ من الـزهْـوْ</b><br />
<b>وتنْصَبُّ إلى الـلّـهـوْ *** كأنّ الموتَ مـا عَـمّ</b><br />
Sudah berapa kali engkau acuh dalam kelalain…?!<br />
Sombong karena baiknya keadaan…?!<br />
Tenggelam dalam perkara yg melalaikan…?!<br />
Seakan kematian tidak untuk semua insan<br />
<br />
<b>وحَـتّـام تَـجـافـيكْ *** وإبْـطـاءُ تـلافـيكْ</b><br />
<b>طِباعاً جمْعـتْ فـيكْ *** عُيوباً شمْلُها انْـضَـمّ</b><br />
Sampai kapan engkau jauh dari amal kebaikan…?!<br />
Sampai kapan engkau terus dalam penundaan…?!<br />
Tabiat-tabiat buruk telah mengumpulkan untukmu…<br />
Aib-aib yg terus menumpuk dan menyatu<br />
<br />
<b>إذا أسخَطْـتَ مـوْلاكْ *** فَما تقْلَـقُ مـنْ ذاكْ</b><br />
<b>وإنْ أخفَقَ مسـعـاكْ *** تلظّيتَ مـنَ الـهـمّ</b><br />
Bila engkau membuat murka Bagindamu… engkau tidak gelisah dengan hal itu<br />
Tapi bila gagal usaha duniamu… engkau menjadi tersiksa dg kegundahanmu<br />
<br />
<b>وإنْ لاحَ لكَ النّـقـشْ *** منَ الأصفَرِ تهـتَـشّ</b><br />
<b>وإن مرّ بك النّـعـشْ *** تغامَـمْـتَ ولا غـمّ</b><br />
Bila tampak ukiran dinar dg warna kuningnya<br />
Engkau menari tanda bahagia<br />
Tapi jika lewat peti mayat di depan mata<br />
kau tampak sedih, padahal sebenarnya kesedihan itu tiada<br />
<br />
<b>تُعاصي النّاصِحَ البَـرّ *** وتعْـتـاصُ وتَـزْوَرّ</b><br />
<b>وتنْقـادُ لـمَـنْ غَـرّ *** ومنْ مانَ ومـنْ نَـمّ</b><br />
Terus-menerus tidak engkau patuhi setiap orang baik yg menasehatimu<br />
Bahkan engkau benci dan lari dari nasehat itu<br />
Sebaliknya engkau mengikuti orang yg menipu dan membohongimu<br />
Serta menyebar namimah yg merugikanmu<br />
<br />
<b>وتسعى في هَوى النّفسْ *** وتحْتالُ على الفَـلْـسْ</b><br />
<b>وتنسَى ظُلمةَ الرّمـسْ *** ولا تَـذكُـرُ مـا ثَـمّ</b><br />
Engkau terus berjalan dalam godaan hawa nafsu…!<br />
Terus memburu fulus dg berbagai tipu…!<br />
Terus melalaikan gelapnya liang lahat…!<br />
apa yg ada di sana, tidaklah kau ingat…<br />
<br />
<b>ولوْ لاحظَـكَ الـحـظّ *** لما طاحَ بكَ اللّـحْـظْ</b><br />
<b>ولا كُنتَ إذا الـوَعـظْ *** جَلا الأحزانَ تغْـتَـمّ </b><br />
Kalau saja engkau mendapatkan bagian taufiqNya<br />
Niscaya engkau takkan melirik dunia<br />
Dan tidak akan tampak kesedihan dan kegelisahan<br />
Saat engkau mendapatkan pesan kebaikan<br />
<br />
<b>ستُذْري الدّمَ لا الدّمْـعْ *** إذا عايَنْتَ لا جـمْـعْ</b><br />
<b>يَقي في عَرصَةِ الجمعْ *** ولا خـالَ ولا عــمّ</b><br />
Di padang makhsyar nanti<br />
Engkau akan menangis darah dan bukan air mata lagi!<br />
Saat kau lihat tidak ada keluarga yg melindungimu<br />
Tidak pula saudara bapak maupun ibumu<br />
<br />
<b>كأني بـكَ تـنـحـطّ *** إلى اللحْدِ وتـنْـغـطّ</b><br />
<b>وقد أسلمَك الـرّهـطْ *** إلى أضيَقَ مـنْ سـمّ</b><br />
Seakan aku melihat engkau tenggelam<br />
Masuk ke liang lahat dan tertutup dalam<br />
Sekelompok orang telah melepaskanmu terpencil<br />
Ke tempat yg lebih sempit dari lubang yg kecil<br />
<br />
<b>هُناك الجسمُ مـمـدودْ *** ليستـأكِـلَـهُ الـدّودْ</b><br />
<b>إلى أن ينخَرَ الـعـودْ *** ويُمسي العظمُ قـد رمّ</b><br />
Di sanalah jasad tergeletak lemah<br />
Untuk kemudian dimakan cacing tanah<br />
Hingga rapuh batang tubuhnya<br />
Dan tulang belulang pun rusak pada akhirnya<br />
<br />
<b>ومنْ بـعْـدُ فـلا بُـدّ *** منَ العرْضِ إذا اعتُـدّ</b><br />
<b>صِراطٌ جَـسْـرُهُ مُـدّ *** على النارِ لـمَـنْ أمّ</b><br />
Dan selanjutnya<br />
Ia harus mempertanggung-jawabkan amalannya<br />
Bila telah disiapkan siroth yg jembatannya<br />
dibentangkan di atas neraka bagi mereka yg menujunya<br />
<br />
<b>فكمْ من مُرشـدٍ ضـلّ *** ومـنْ ذي عِـزةٍ ذَلّ</b><br />
<b>وكم مـن عـالِـمٍ زلّ *** وقال الخطْبُ قد طـمّ</b><br />
Betapa banyak orang dulunya juru dakwah, menjadi sesat jalan<br />
Banyak pula orang yg dulunya berpangkat, menjadi hina kedudukan<br />
Betapa banyak orang alim yg dulunya alim, ternyata disandung kesalahan<br />
Ia mengatakan: sekarang, telah menjadi besar semua permasalahan<br />
<br />
<b>فبادِرْ أيّها الـغُـمْـرْ *** لِما يحْلو بـهِ الـمُـرّ</b><br />
<b>فقد كادَ يهي العُـمـرْ *** وما أقلعْـتَ عـن ذمّ</b><br />
Maka cepatlah wahai orang yg belum tahu,<br />
Untuk melakukan kebaikan yg dapat memaniskan pahitnya sesuatu,<br />
Karena hampir saja lemah usiamu,<br />
Sedang engkau belum juga meninggalkan amalan tercelamu<br />
<br />
<b>ولا ترْكَنْ إلى الدهـرْ *** وإنْ لانَ وإن ســرّ</b><br />
<b>فتُلْفى كمـنْ اغـتَـرّ *** بأفعى تنفُـثُ الـسـمّ</b><br />
Janganlah engkau terus bersandar kepada masa<br />
Meski hidupmu menyenangkan dan berada<br />
Hingga engkau seperti orang yg terperdaya<br />
Oleh ular yg bisa menyemburkan bisanya (dg tiba-tiba)<br />
<br />
<b>وخفّضْ منْ تـراقـيكْ *** فإنّ المـوتَ لاقِـيكْ</b><br />
<b>وسارٍ فـي تـراقـيكْ *** وما ينـكُـلُ إنْ هـمّ</b><br />
Janganlah angkuh dan turunkan pundakmu<br />
Karena kematian pasti akan menjumpaimu dan menjalari pundakmu<br />
Dan ia takkan melemah<br />
Jika telah menentukan arah<br />
<br />
<b>وجانِبْ صعَرَ الـخـدّ *** إذا ساعـدَكَ الـجـدّ</b><br />
<b>وزُمّ اللـفْـظَ إنْ نـدّ *** فَما أسـعَـدَ مَـنْ زمّ</b><br />
Jauhilah sikap memalingkan wajahmu<br />
Bila engkau terbantukan oleh kebaikan nasibmu<br />
Dan jagalah ucapan, agar tidak kelepasan<br />
Sungguh suatu kebahagiaan, untuk orang yg bisa menjaga lisan<br />
<br />
<b>ونفِّسْ عن أخي البـثّ *** وصـدّقْـهُ إذا نــثّ</b><br />
<b>ورُمّ العـمَـلَ الـرثّ *** فقد أفـلـحَ مَـنْ رمّ</b><br />
Bantulah saudaramu yg sedang kesusahan<br />
Dan percayalah kepadanya saat ia mengadukan<br />
Sempurnakanlah kurangnya amalan<br />
Sungguh beruntung orang menyempurnakan amalan<br />
<br />
<b>ورِشْ مَن ريشُهُ انحصّ *** بما عمّ ومـا خـصّ</b><br />
<b>ولا تأسَ على النّقـصْ *** ولا تحرِصْ على اللَّمّ </b><br />
Sandangilah mereka yg kekurangan hidupnya<br />
Baik dg sesuatu yg banyak maupun yg sekedarnya<br />
Jangan sedih dg kurangnya harta (karena sedekah dan amal kebaikan)<br />
Jangan pula berambisi mengumpulkan dunia (hingga menghalangimu bersedekah kepada yg membutuhkan)<br />
<br />
<b>وعادِ الخُلُـقَ الـرّذْلْ *** وعوّدْ كفّـكَ الـبـذْلْ</b><br />
<b>ولا تستمِـعِ الـعـذلْ *** ونزّهْها عنِ الـضـمّ</b><br />
Jadilah engkau musuh akhlak tercela<br />
Biasakan tanganmu untuk memberi harta<br />
Jangan dengarkan celaan<br />
Dan jauhkan tanganmu dari belenggu kebakhilan<br />
<br />
<b>وزوّدْ نفسَكَ الـخـيرْ *** ودعْ ما يُعقِبُ الضّـيرْ</b><br />
<b>وهيّئ مركبَ الـسّـيرْ *** وخَفْ منْ لُـجّةِ الـيمّ</b><br />
Bekalilah dirimu dg kebaikan<br />
Tinggalkan apapun yg menyebabkan keburukan<br />
Siapkan tunggangan bahtera untuk perjalanan<br />
Dan takutlah dg banyaknya ombak di lautan<br />
<br />
<b>بِذا أُوصـيتُ يا صـاحْ *** وقد بُحتُ كمَـن بـاحْ</b><br />
<b>فطوبى لـفـتًـى راحْ *** بآدابـــيَ يأتَـــمّ</b><br />
Wahai saudaraku, dg ini aku mewasiatkan<br />
Telah ku jelaskan (kebaikan) padamu, sebagaimana orang lain melakukan<br />
Maka beruntunglah pemuda yg pergi<br />
Dg adab-adabku ini dan menerapkannya dalam diri<br />
<br />
(Sumber: Kitab Syarah Maqomat Hariri, jilid 2, hal 16)</div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-70802457488775752942011-04-09T21:14:00.002+08:002011-05-29T12:10:48.327+08:00Ibuku sayang…<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="photo photo_left"><div class="photo_img"></div></div><a href="http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/189241_142359885830412_100001692039429_267984_3926467_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" class="img" src="http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/189241_142359885830412_100001692039429_267984_3926467_a.jpg" /></a><b>Kepada yg tercinta, bundaku yg kusayang</b><br />
<br />
Segala puji bagi Allah… yg telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga.<br />
Shalawat serta salam hamba -yg lemah ini- panjatkan keharibaan Nabi yg mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…<br />
<br />
<b> Ibu…</b><br />
Aku terima suratmu yg engkau tulis dg tetesan air mata dan duka… aku telah membaca semuanya… tidak ada satu huruf pun yg aku sisakan.<br />
Tapi tahukah engkau, wahai Ibu… bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’… Semenjak sholat isya’… aku duduk di pintu kamar, aku buka surat yg engkau tuliskan untukku… dan aku baru selesaikan membacanya setelah ayam berkokok… setelah fajar terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan…<br />
Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut, jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah… Jika engkau letakkan di atas daun yg hijau, tentu dia akan kering…<br />
Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut tidak akan tertelan oleh ayam… Sebenarnya, wahai ibu, suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan, yg jika dipecutkan ke pohon yg besar, dia akan rebah dan terbakar…<br />
Suratmu wahai ibu, bagaikan awan Kaum Tsamud, yg datang berarak dan telah siap dimuntahkan kepadaku…<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Aku telah baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak… Jika surat itu ditulis oleh seorang yg bukan ibu dan bukan ditujukan pula kepadaku, layaklah orang yg paling bebal, untuk menangis sejadi-jadinya… Bagaimana kiranya, jika yg menulis itu adalah ibuku sendiri… dan surat itu ditujukan untukku sendiri…<br />
Sungguh aku sering membaca kisah sedih, tidak terasa bantal yg dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata… Bagaimana pula dg surat yg ibu tulis itu!? bukan cerita yg ibu karang, atau sebuah drama yg ibu perankan, akan tetapi dia adalah kenyataan hidup yg ibu rasakan.<br />
<br />
<b>Ibuku yg kusayangi…</b><br />
Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yg engkau telah sebutkan benar adanya…<br />
Aku masih ingat ketika engkau ditinggalkan ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yg dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan.<br />
Dg jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yg engkau ambil tersebut adalah hutang… hutang… yg engkau sendiri tidak tahu, kapan engkau akan dapat melunasinya…<br />
<br />
<b>Ibu… </b><br />
Aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yg telah lama engkau jemur dan keringkan…<br />
Tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dg segera.<br />
Aku masih ingat… engkau sengaja ambilkan air didih dari nasi yg sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
maafkanlah anakmu ini… aku tahu bahwa semenjak engkau gadis, sebagaimana yg diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua seperti sekarang ini, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan.<br />
Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dg anak-anakmu… Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia, kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu, tidak ada kebahagiaan… Semua hidupmu adalah perjuangan. Semua hari-harimu adalah pengorbanan<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Maafkan anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yg telah engkau puji sifat dan akhlaknya… yg engkau telah sanjung pula suku dan negerinya! Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa deganmu…<br />
<br />
<b>Wahai ibu…</b><br />
Keberadaan dia sebagai istriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku… senyuman dan sapaannya telah melupakanku dg himbauanmu.<br />
Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena kewajibannya untuk menunaikan tanggung-jawabnya sebagai istri… Aku berharap pada permasalahan ini, engkau tidak membawa-bawa namanya, dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya… Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yg baik, istri yg telah berupaya berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya… Istri yg selalu menyuruh untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Ketika seorang laki-laki menikah dg seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Maafkan aku ibu…<br />
Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku, anakmu ini… Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yg aku alami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah, tidak satu atap lagi…<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Perkawinanku membuatku masuk ke alam dunia baru… dunia yg selama ini tidak pernah aku kenal… dunia yg hanya ada aku, istri dan anak-anakku… Bagaimana tidak, istri yg baik, anak-anak yg lucu-lucu! Maafkan aku Ibu… Maafkan aku anakmu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dg keadaan orang yg penting bagiku… yg penting bagiku adalah keadaan mereka: anak-anak dan istriku…<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Maafkan aku, anakmu… Ampunkan aku, anakmu… Aku telah lalai… aku telah alpa… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu…<br />
Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, akan tetapi anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya… Oleh sebab itu, dilarang mencintai anak secara berlebihan, sebagaimana anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya… Itulah yg terjadi pada diriku, wahai Ibu!!<br />
Aku pasti akan gila ketika melihat anakku sakit… Aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare… Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu wahai ibu… Itu sulit aku rasakan, jika seandainya hal itu terjadi pada ibu, dan pada ayah…<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Sulit aku merasakan perasaanmu…<br />
Kalaulah bukan karena bimbingan agama yg telah engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yg durhaka kepada orang tuanya!!<br />
Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayahmu, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.<br />
Setelah suratmu datang, baru aku mengerti… Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat, yg engkau hadapi selama ini.<br />
Sekarang baru aku mengerti, wahai ibu… bahwa hari yg sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anak laki-lakinya telah menikah dg seorang wanita… wanita yg telah mendapat keberuntungan…<br />
Bagaimana tidak… Dia dapatkan seorang laki-laki yg telah matang pribadinya dan matang ekonominya, dari seorang ibu yg telah letih membesarkannya… Dari hidup ibu itulah ia dapatkan kematangan jiwa, dan dari uang ibu itu pulalah ia dapatkan kematangan ekonomi… Sekarang, -dg ikhlas- ia berikan kepada seorang wanita yg tidak ada hubungan denganya, kecuali hubungan dua wanita yg saling berebut perhatian seorang laik-laki… Dia sebagai anak dari ibunya dan dia sebagai suami dari istrinya.<br />
<br />
<b>Ibuku sayang…</b><br />
Maafkan aku… Ampunkan diriku… Satu tetesan air matamu adalah lautan api neraka bagiku… Janganlah engkau menangis lagi, janganlah engkau berduka lagi!… Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu…<br />
Kalau itu pula yg akan kuperoleh… kalau neraka pula yg akan aku dapatkan… ijinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, hanya demi untuk dapat menyeka air matamu…<br />
Kalau engkau masih akan murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yg aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau… terserah engkau, mau engkau buat apa…<br />
Sungguh ibu, dari hati aku katakan, aku tidak mau masuk neraka, sekalipun aku memiliki kekuasaan Firaun… kekayaan Karun… dan keahlian Haman… Niscaya aku tidak akan tukar dg kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat… Siapa pula yg tahan dg azab neraka, wahai Bunda… maafkan aku anakmu, wahai ibu!!<br />
Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit… bahwa engkau belum mau berdoa kepada Alloh akan kedurhakaanku… Maka, ampun, wahai Ibu!!<br />
Kalaulah itu yg terjadi… dan do’a itu tersampaikan ke langit! Salah pula ucapan lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku… Apalah jadinya nanti diriku… Tentu aku akan menjadi tunggul yg tumbang disambar petir… apalah gunanya kemegahan, sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yg tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula…<br />
Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai bunda… maka, tidak ada lagi gunanya hidup… tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan…<br />
Ibu dalam sepanjang sejarah anak manusia yg kubaca, tidak ada yg bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasibnya di akherat, tentu ia lebih sengsara…<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku.<br />
Ibu… Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku… setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali… tiap kali aku lengah darimu akan kutalqinkan diriku dengannya… Akan kusimpan dalam lubuk hatiku, sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku… Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku, bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai di dalam berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran… ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yg seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.<br />
<br />
<b>Bunda…</b><br />
Tua… engkau berbicara tentang tua, wahai bunda…?! siapa yg tidak mengalami ketuaan, wahai ibu!!<br />
Burung elang yg terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yg tinggi… suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar, dan diperebutkan oleh burung-burung kecil.<br />
Singa, si raja hutan yg selalu memangsa, jika telah tiba tua, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan… Tidak ada kekuasaan yg kekal, tidak ada kekayaan yg abadi, yg tersisa hanya amal baik atau amal buruk yg akan dipertanggungjawabkan.<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
Do’akan anakmu ini, agar menjadi anak yg berbakti kepadamu, di masa banyak anak yg durhaka kepada orang tuanya… Angkatlah ke langit munajatmu untukku, agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.<br />
<br />
<b>Ibu…</b><br />
sesampainya suratku ini, insya Allah tidak akan ada lagi air mata yg jatuh karena ulah anakmu… setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu…<br />
bahagiamu adalah bahagiaku… kesedihanmu adalah kesedihanku… senyumanmu adalah senyumanku… tangismu adalah tangisku…<br />
Aku berjanji, untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya, dan aku berharap agar aku dapat membahagiakanmu selagi mataku masih bisa berkedip… maka bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum… Ini kami… aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.<br />
Salam hangat dari anakmu yg durhaka…<br />
<br />
(Disadur dari kajian Ustadz Armen -<i>rohimahulloh</i>-)</div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-34335851317404929282009-02-04T02:16:00.003+08:002011-05-29T12:15:27.116+08:00Multi Level Marketing<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Oleh : Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Ditengah kelesuan dan keterpurukan ekonomi nasional, datanglah sebuah sistem bisnis yang banyak menjanjikan dan keberhasilan serta menawarkan kekayaan dalam waktu singkat.</div><div style="text-align: justify;">Sistem ini kemudian dikenal dengan istilah Multi Level Marketing (MLM) atau Networking Marketing. Banyak orang yang bergabung kedalamnya, baik dari kalangan orang-orang awam ataupun dari kalangan penuntut ilmu, bahkan dari berita yang sampai kepada kami ada sebagian pondok pesantren yang mengembangkan sistem ini untuk pengembangan usaha pesantren.</div><div style="text-align: justify;">Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah bisnis dengan model semacam ini diperbolehkan secara syar’i ataukah tidak ? Sebuah permasalahan yang tidak mudah untuk menjawabnya, karena ini adalah masalah aktual yang belum pernah disebutkan secara langsung dalam litelatur para ulama’ kita. Namun alhadulillah Allah telah menyempurnakan syari’at islam ini untuk bisa menjawab semua permasalahan yang akan terjadi sampai besok hari kiamat dengan berbagai nash dan kaedah-kaedah umum tentang masalah bisnis dan ekonomi. Oleh karena itu dengan memohon petunjuk pada Allah, semoga tatkala tangan ini menulis dan akal berfikir, semoga Allah mencurahkan cahaya kebenaran-Nya dan menjauhkan dari segala tipu daya syaithan.<br />
<br />
Wallahul Muwaffiq Kaedah Penting Bagi Pelaku Bisnis Ada dua kaedah yang sangat penting untuk bisa memahami hampir seluruh permasalahan yang berhubungan dengan hukum islam, sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim Rahimahullah “Pad<span style="font-style: italic;">a dasarnya semua ibadah hukumnya haram kecuali kalau ada dalil yang memerintahkannya, sedangkan asal dari hukum transaksi dan mu’amalah adalah halal kecuali kalau ada dalil yang melarangnya”</span>. (Lihat I’lamul Muwaqi’in 1/344).<br />
<br />
Dalil ibadah adalah sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam : “Dari ‘Aisyah radhiallahu anha berkata : <span style="font-style: italic;">“Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: “ Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu yang tidak ada contohnya dari kami, maka akan tertolak “</span>(HR. Muslim)<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Adapun dalil masalam mu’amalah adalah firman Allah Ta’ala: <span style="font-style: italic;">Dia-lah Allah yang telah menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu”</span> (QS. Al-Baqarah: 29) (Lihat Ilmu Suhul Al-Bida’ oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, Al-Qawa’id al-Fiqhiyah oleh Syaikh As-Sa’di hal:58)</div></div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu apapun nama dan model bisnis tersebut pada dasarnya dihukumi halal selagi dilakukan atas dasar sukarela dan tidak mengandung salah satu unsur keharaman, sebagaimana firman Allah Ta’ala: <span style="font-style: italic;">“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" </span>(QS. Al-Baqarah: 275) Juga firman-Nya: <span style="font-style: italic;">“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu”</span>. (QS. An-Nisaa: 29)<br />
<br />
Adapun hal-hal yang bisa membuat sebuah transaksi bisnis menjadi haram adalah :<br />
<br />
1. Riba Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata : <span style="font-style: italic;">“Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu yang paling ringan adalah semacam dosa seseorang yang berzina dengan ibunya sendiri” </span>(HR. Ahmad 15/69/230, lihat Shahihul Jami 3375)<br />
<br />
2. Ghoror (Adanya Spekulasi yang tinggi) dan jahalah (adanya sesuatu yang tidak jelas). “Dari Abu Hurairah radhiallhu anhu berkata : <span style="font-style: italic;">“Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam melarang jual beli ghoror”</span>. (HR. Muslim 1513)<br />
<br />
3. Penipuan Dari Abu Hurairah radhiallhu anhu berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam melewati seseorang yang menjual makanan, maka beliau memasukkan tangannya pada makanan tersebut, ternyata beliau tertipu. Maka beliau bersabda: <span style="font-style: italic;">“Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu”</span>. (HR. Muslim 1/99/102, Abu Dawud 3435, Ibnu Majah 2224)<br />
<br />
4. Perjudian atau adu nasib Firman Allah Ta’ala: <span style="font-style: italic;">“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib, adalah perbuatan syaithan maka jauhilah.”</span> (QS. Al-Maaidah: 90)<br />
<br />
5. Kedhaliman Sebagaimana firman Allah: <span style="font-style: italic;">“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil…”</span> (QS. An-Nisaa:29)<br />
<br />
6. Yang dijual adalah barang haram Dari Ibnu ‘Abbas radhiallhu anhuma berkata :”Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: <span style="font-style: italic;">“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia pasti mengharamkan harganya”</span>. (HR. Abu dawud 3477, Baihaqi 6/12 dengan sanad shahih) (Lihat Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Zadul Ma’ad Imam Ibnul Qayyim 5/746, Taudlihul Ahkam Syaikh Abdullah Al-Bassam 2/233, Ar-Roudloh An-Nadiyah 2/345, Al-Wajiz Syaikh Abdul Adlim al-Badawi hal:332). <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Sekilas Tentang MLM</span><br />
<br />
Pengertian MLM Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline (tingakt bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya. (Lihat All About MLM oleh Benny Santoso hal: 28, Hukum Syara MLM oleh hafidl Abdur Rohman, MA)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Kilas Balik Sejarah MLM</span><br />
<br />
Akar dari MLM tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Amway Corporation dan produknya nutrilite yang berupa makanan suplemen bagi diet agar tetap sehat. Konsep ini dimulai pada tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Setelah 7 tahun melakukan eksperimen akhirnya dia berhasil menemukan makanan suplemen tersebut dan memberikan hasil temuannya kepda teman-temannya. Tatkala mereka ingin agar dia menjualnya pada mereka, Rehnborg berkata “Kamu yang menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan memberikan komisi padamu”. Inilah praktek awal MLM yang singkat cerita selanjutnya perusahaan Rehnborg ini yang sudah bisa merekrut 15.000 tenaga penjualan dari rumah kerumah dilaramg beroperasi oleh pengadilan pada tahun 1951, karena mereka melebih-lebihkan peran dari makanan tersebut. Yang mana hal ini membuat Rich DeVos dan Jay Van Andel Distributor utama produk nutrilite tersebut yang sudah mengorganisasi lebih dari 2000 distributor mendirikan American Way Association yang akhirnya berganti nama menjadi Amway. (Lihat All About MLM hal:23) <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Sistem Kerja MLM</span><br />
<br />
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai berikut :<br />
<br />
1. Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu.<br />
<br />
2. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.<br />
<br />
3. Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari member-member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.<br />
<br />
4. Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.<br />
<br />
5. Jika member mampu menjaring member-member yang banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus mennjadi konsumen paket produk perusahaan.<br />
<br />
6. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen paker produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya member-member baru tersebut. Diantara perusahaan MLM, ada yang melakukan kegiatan menjaring dana masyarakat untuk menanamkan modal diperusahaan tersebut, dengan janji akan memberikan keuntungan sebesar hampir 100% dalam setiap bulannya. (Lihat Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa MUI DKI Jakarta hal: 285-287) Ada beberapa perusahaan MLM lainnya yang mana seseorang bisa menjadi membernya tidak harus dengan menjual produk perusahaan, namun cukup dengan mendaftarkan diri dengan membayar uang pendaftaran, selanjutnya dia bertugas mencari anggota lainnya dengan cara yang sama, semakin banyak anggota maka akan semakin banyak bonus yang diperoleh dari perusahaan tersebut.<br />
<br />
Kesimpulannya, memang ada sedikit perbedaan pada sistem setiap perusahaan MLM, namun semuanya berinti pada mencari anggota lainnya, semakin banyak anggotanya semakin banyak bonus yang diperolehnya. Hukum Syar’i Bisnis MLM Beragamnya bentuk bisnis MLM membuat sulit untuk menghukumi secara umum, namun ada beberapa sistem MLM yang jelas keharamannya, yaitu menggunakan sistem sebagai berikut :<br />
<br />
1. Menjual barang-barang yang diperjualbelikan dalam sistem MLM dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga wajar, maka hukumnya haram karena secara tidak langsung pihak perusahaan teah menambahkan harga yang dibebankan kepada pihak pembeli sebagi sharing modal dalam akad syirkah mengingat pembeli sekaligus akan menjadi member perusahaan yang apabila ia ikut memasarkan akan mendapat keuntungan estafet. Dengan demikian praktek perdagangan MLM mengandung unsur kesamaran atau penipuan karena terjadi kekaburan antara akad jual beli, syirkah dan mudlarabah, karena pihak pembeli sesudah menjadi member juga berfungsi sebagai pekerja yang akan memasarkan produk perusahaan kepada calon pembeli atau member baru. (Lihat Fiqh Indonesia hal: 288)<br />
<br />
2. Calon anggota mendaftar keperusahaan MLM dengan membayar uang tertentu, dengan ketentuan dia harus membeli produk perusahaan baik untuk dijual lagi atau tidak dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk bisa mendapatkan point atau bonus. Dan apabila tidak bis a mencapai target tersebut maka keanggotaannya akan dicabut dan uangnya pun hangus. Ini diharamkan karena unsur ghoror (spekulasi) nya sangat jelas dan ada unsur kedhaliman terhadap anggota.<br />
<br />
3. Calon anggota mendaftar dengan membayar uang tertentu, tapi tidak ada keharusan untuk membeli atau menjual produk perusahaan, dia hanya berkewajiban mencari anggota baru dengan cara seperti diatas, yakni membayar uang pendaftaran. Semakin banyak anggota maka akan semakin banyak bonusnya. Ini adalah bentuk riba karena menaruh uang diperusahaan tersebut kemudian mendapatkan hasil yan lebih banyak.<br />
<br />
4. Mirip dengan yang sebelumnya yaitu perusahaan MLM yang melakukan kegiatan menjaring dana dari masyarakat untuk menanamkan modal disitu dengan janji akan diberikan bunga dan bonus dari modalnya. Ini adalah haram karena ada unsur riba.<br />
<br />
5. Perusahaan MLM yang melakukan manipulasi dalam memperdagangkan produknya, atau memaksa pembeli untuk mengkonsumsi produknya atau yang dijual adalah barang haram. Maka MLM tersebut jelas keharamannya. Namun ini tidak cuma ada pada sebagian MLM tapi bisa juga pada bisnis model lainnya. Kalau ada yang bertanya “Okelah , kita sepakat bahwa MLM dengan beberapa model diatas telah jelas keharamannya, namun bagaimana sebenarnya hukum MLM secara umum ?. Saya paparkan disini keterangan dari Syaikh Salim Al-Hilali Hafidzahullah1 . Beliau berkata : “ Banyak pertanyaan seputar bisnis yang banyak diminati oleh khalayak ramai. Yang secara umum gambarannya adalah mengikuti pola piramida dalam sistem pemasaran, dengan cara setiap anggota harus mencari anggota- anggota baru dan demikian seterus selanjutnya. Setiap anggota membayar uang pada perusahaan dengan jumlah tertentu dengan iming-iming dapat bonus, semakin banyak anggota dan memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan. Sebenarnya kebanyakan anggota MLM ikut bergabung dalam perusahaan tersebut adalah karena adanya iming-iming bonus tersebut dengan harapan agar cepat kaya dalam waktu yang sesingkat mungkin dan bukan karena dia membutuhkan produknya. Bisnis model ini adalah perjudian murni, karena beberapa sebab berikut, yaitu: <br />
<ol><li>Sebenarnya anggota MLM ini tidak menginginkan produknya, akan tetapi tujuan utama mereka adalah penghasilan dan kekayaan yang banyak lagi cepat yang akan diperoleh setiap anggota hanya dengan membayar sedikit uang.</li>
<li>Harga produk yang dibeli sebenarnya tidka sampai 30% dari uang yang dibayarkan pada perusahaan MLM.</li>
<li>Bahwa produk ini bisa dipindahkan oleh semua orang dengan biaya yang sangat ringan, dengan cara mengakses dari situs perusahaan MLM ini di jaringan internet.</li>
<li>Bahwa perusahaan meminta para anggotanya untuk memperbaharui keanggotaannya setiap tahun dengan di iming-imingi berbagai program baru yang akan diberikan pada mereka.</li>
<li>Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan personil secara estafet dan berkesinambungan. Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada pada level atas (Upline) sedangkan level bawah (downline) selalu memberikan nilai point pada yang berada dilevel atas mereka 2 </li>
</ol>Berdasarkan ini semua, maka sistem bisnis semacam ini tidak diragukan lagi keharamannya karena beberapa sebab yaitu :<br />
<br />
1. Ini adalah penipuan dan manipulasi terhadap anggota. Produk MLM ini bukanlah tujuan yang sebenarnya. Produk in hanya bertujuan untuk mendapat izin dalam undang-undang dan hukum syar’i<br />
<br />
2. Banyak dari kalangan pakar ekonom dunia sampai pun orang-orang non muslim meyakini bahwa jaringan piramida ini adalah sebuah permainan dan penipuan, oleh karena itu mereka melarangnya karena bisa membahayakan perekonomian nasional baik bagi kalangan individu maupun bagi masyarakat umum. Berdasarkan ini semua, tatkala kita mengetahui bahwa hukum syar’I didasarkan pada maksud dan hakekatnya serta bukan sekedar polesan luarnya, maka perubahan nama sesuatu yang haram akan semakin menambah bahayanya karena ini berarti terjadi penipuan terhadap Allah dan Rasul-Nya3 , oleh karena itu sistem bisnis semacam ini adalah haram dalam pandangan syar’I. Kalau ada yang bertanya : “Bahwasanya bisnis ini bermanfaat bagi sebagian orang” Jawabannya : “Adanya manfaat pada sebagian orang tidak bisa menghilangkan keharamannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah : Pada keduanya itu terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya” (QS Al-Baqarah:219) Tatkala bahaya dari khamr dan perjudian itu lebih banyakdaripada manfaatnya, maka keduanya dengan sangat tegas diharamkan. Kesimpulannya, bisnis ini adalah memakan harta manusia dengan cara yang bathil, juga merupakan bentuk spekulasi dan spekulasi adalah bentuk perjudian” (http://www.alhelaly.com , bagian soal jawab) <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fatwa Tentang MLM</span><br />
<br />
Berikut ini adalah teks fatwa Markaz Imam Al-albani bertanggal 26 Sya’ban 1424H yang ditanda tangani oleh para masyaikh Yordania murid-murid Imam Al-Albani, yaitu Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr, Salim bin ‘Id Al-Hilali, Ali bin Hasan Al-Halabi, Masyhur bin Hasan Alu Salman. Berikut teks fatwa mereka. Banyak pertanyaan yang datang kepada kami dari berbagai penjuru tentang hukum bergabung dengan PT. Bisnis dan perusahaan modern semisalnya yang menggunakan sistem piramida. Yang mana bisnis ini secara umum dijalankan dengan cara menjual produk tertentu serta membayar uang dalam jumlah tertentu tiap tahun untuk bisa tetap menjadi anggotanya. Yang mana karena dia telah mempromosikan sistem bisnis ini maka kemudian pihak perusahaan akan memberikan uang dalam jumlah tertentu yang terus bertambah sesuai denga hasil penjualan produk dan perekrutan anggota baru.<br />
<br />
Jawab: Bergabung menjadi anggota PT. Semacam ini untuk mempromosikannya yang selalu terkait dengan pembayaran uang dengan menunggu bisa merekrut anggota baru serta masuk dalam sistem bisnis piramida ini hukumnya HARAM, karena seorang anggota jelas-jelas telah membayar uang tertentu demi memperoleh uang yang masih belum jelas dalam jumlah yang lebih besar. Dan ini tidak bisa diperoleh melainkan secara kebetulan ia sedang bernasib baik, yang mana sebenarnya tidak mampu diusahakan oleh sianggota tersebut. Ini adalah murni sebuah bentuk perjudian berdasarkan kaedah para ulama’. Wallahu Al-Muwaffiq Amman al-Balqo’ Yordania 26 Sya’ban 1424H <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Penutup</span><br />
<br />
Inilah analisis fiqih tentang fenomena bisnis MLM. Namun tetap kami katakan bahwa jika ada salah satu perusahaan MLM yang selamat dari pelanggaran syar’I yang kami sebutkan diatas, maka hukumnya kembali pada kehalalannya karena memang pad dasarnya semua mu’amalah hukumnya halal kecuali kalau ada sisi yang mengharamkannya. Akan tetapi ada sebuah tanda tanya besar: “Adakah MLM yang seperti itu?” kami tunggu jawabannya dari para pelaku bisnis MLM. Akhirnya semoga Allah Ta’ala menjauhkan diri kita dan keluarga kita serta segenap ummat Islam dari melakukan sesuatu yang haram serta semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan rizqi yang halalan thayyiban. Wallahu A’alam Bishowab Fotenote:<br />
<br />
1. Jangan ada yan berkata bahwa bisa saja hukum ini adalah kesimpulan Syaikh Salim Al-Hilali dari MLM yang ada di Yordania yang berarti tidak mencakup MLM yang ada di Indonesia, karena dua hal : Ini adalah jawaban beliau atas pertanyaan seputar bisnis MLM yang datang dari seantero penjuru dunia. Bahwa MLM semuanya dan dimana saja berawal dari Amway yang pada intinya adalah pemasaran produk perusahaan dengan sistem berantai yang membentuk piramida. Dengan dalil bahwa gambaran syaikh tentang MLM sama dengan yan ada di Indonesia. Jika penduduk kota Surabaya berjumlah empat juta orang dan semua penduduk tergabung dalam satu saja perusahaan MLM, maka pada level sebelas seorang anggota tidak mungkin lagi mencari anggota baru di kota Surabaya. Dan ini sepertinya sesuatu yang jauh sekali , karena tidak semua orang ingin mengikuti program MLM, dan anggaplah semuanya tergabung dalam MLM pastilah dalam banyak PT. MLM dan bukan pad asalah satu saja. Yang ini semua mengharuskan orang pada level delapan atau sembilan tidak bisa lagi mencari anggota baru.<br />
<br />
2. Bukti bahwa yang diuntungkan dengan sistem MLM adalah Upline, sedangkan Downline akan selalu dirugikan adalah bahwa bentuk piramida ini akan berhenti pada level tertentu yang mana mereka tidak mungkin bisa mencari anggota baru lagi, ang dengannya semua bonus dan point yang dijanjikan adalah impian belaka. Dan perlu dicermati bahwa dimanapun Downline akan selalu lebih banyak daripada Upline.<br />
<br />
<span style="font-size: 100%;">3. Beliau mengisyaratkan pada sebuah hadits : Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiallhu anhu berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<span style="font-style: italic;">”Sesungguhnya sebagian dari ummatku akan minum khamr dan mereka menamakannya dengan nama yang lain serta dimainkan musik dan biduanita pada mereka, Sungguh Allah akan membuat mereka tertelan bumi serta menjadikan mereka sebagai kera dan babi”</span> (HR. Abu Dawud 3688, Ibnu Majah 4020 dengan sanad Shahih, lihat As-Shahihah I/138) </span> <span style="font-size: 78%;"> </span><br />
<br />
<span style="font-size: 78%;">Ditulis ulang tanpa menyertakan tulisan/teks arabnya dari majalah Al-Furqon, Edisi 11 th III/ Jumadi tsani 1425 hal: 30-35</span> </div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8738553412676907082.post-38604535622711851972009-02-01T00:05:00.003+08:002011-05-29T12:13:03.613+08:00Ingkarus Sunnah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">CUKUPKAH HANYA AL-QUR’AN SEMATA ???( MEMBEDAH FAHAM QUR’ANIYYIN)</span><br />
<br />
Hendaknya seseorang segera memohon ampun kepada Allah jika ia memiliki keyakinan sebagaimana yang didengungkan oleh Abdullah Chakrawaali dalam majalah Isyaatul Qur’an III \ h. 49, ia berkata :<br />
<br />
”Sesungguhnya Al-Majid (Al-Qur’an ) telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam agama ini dengan terperinci dan terjelaskan dari semua aspeknya . Maka apa butuhnya kita terhadap wahyu yang khafi (tidak tertulis) dan kepada As-Sunnah ?? ” Ucapan seperti ini adalah racun yang disuntikkan oleh kaum salibis untuk meruntuhkan islam . Anehnya, orang-orang yang berpikiran seperti ini menamakan diri mereka Qur’aniyyin (ahlul qur’an) .<br />
<br />
Sidang pembaca yang budiman, saatnya antum melihat bagaimana sikap Al-Qur’an sendiri terhadap mereka. Ikutilah untaian wacana berikut ini, untuk mengetahui kedudukan As-Sunnah , dan mengetahui pula penyimpangan pola pikir yang berusaha menggeser As-sunnah sebagai sumber hukum. <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Kedudukan As-Sunnah Dalam Islam</span><br />
<br />
Allah berfirman :” Maka demi tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap apa putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [Qs.An-nisa 65].<br />
<br />
Ketahuilah bahwa sesung-guhnya menjadikan Rasulullah sebagai hakim dalam keadaan beliau tidak ada ditengah kita saat ini, berarti mewajibkan kita menjadikan peninggalan beliau yakni As-Sunnah sebagai hakim. Dalam ayat lain Allah berfirman :”……jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia pada Allah dan rasulnya,…….”[Qs. An-nisaa 59] Telah sepakat ahli tafsir, bahwa yang dimaksud dengan kembali kepada Allah dan rasulnya ialah kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Ini juga menunjukkan bahwa As-Sunnah juga memiliki kedudukan sebagai penentu hukum dalam islam bersama-sama dengan Al-Qur’an, dan kedudukan ini tidak dapat dipisahkan.<br />
<br />
Maka berdasarkan dua ayat diatas, tidak halal seorang muslim berkata cukuplah Al-Qur’an saja bagiku, dan aku tidak butuh kepada buku-buku hadit <span style="font-weight: bold;">As-Sunnah sebagai penafsir Al-Qur’an</span> Terdapat banyak contoh yang nyata dalam masalah ini. Beliau [syaikh Al-Albani] berkata : Al-bayan adalah penjelasan lafadz , kalimat atau ayat yang membutuhan penjelasan, yang demikian ini dikarenakan banyak terdapat ayat-ayat yang mujmal (masih global), ammah (umum), atau mutlak. Maka As-sunnah menjelaskan yang global, mengkhususkan yang umum, dan membatasi yang mutlak. Penjelasan tersebut terjadi dengan As-Sunnah yaitu perkataan, perbuatan beliau atau persetujuan Rasulullah terhadap perbuatan para sahabatnya. Beberapa contoh nyata 1. Firman Allah :”pencuri laki-laki dan perempuan, potonglah tangan mereka…………..” [Qs : Al-maidah : 38]. Kata pencuri dalam ayat tersebut bersifat mutlak, demikian juga kata tangan. Maka As-Sunnah datang membatasi kata yang pertama pencuri yaitu mereka yang mencuri lebih dari atau sama dengan ¼ dinar. Ini berarti pencuri tidak dipotong tangannya jika nilai curiannya kurang dari ¼ dinar . hal ini berdasarkan hadist Rasulullah :”<span style="font-style: italic;">tidak dipotong tangan kecuali dalam curian yang mencapai ¼ dinar atau lebih ……..” </span>[ HR. Bukhari-Muslim]<br />
<br />
As-Sunnah menerangkan maksud tangan dalam ayat tersebut dengan perbuatan Rasulullah perbuatan sahabatnya, dan kesepakatan mereka bahwa mereka dahulu memotong tangan pencuri sebatas pergelangan tangan mereka sebagaimana telah diketahui dalam kitab-kitab hadits.<br />
<br />
1. Demikian pula ketika As-Sunnah menerangkan kata tayammum ”<span style="font-style: italic;"> usaplah pada wajah-wajah dan tangan mereka …….”</span> [Qs. al-maidah :6]. Maksud tangan dalam ayat disini adalah telapak tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah : <span style="font-style: italic;">tayammum itu mengusap wajah dan kedua telapak tangan</span> [HR : bukhari-muslim]<br />
<br />
2. Demikian pula firman Allah : “katakanlah : <span style="font-style: italic;">‘siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik ?’ </span>katakanlah :<span style="font-style: italic;">’semua itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) dihari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui”.</span> [Qs. Al-A’raff : 32]. Disini As-Sunnah menerangkan bahwa ada perhiasan yang haram. Rasulullah bersabda : <span style="font-style: italic;">“kedua benda ini (sutera dan Emas) haram bagi para lelaki ummatku dan halal bagi para wanitanya”</span> [HR. hakim dan dia menshahihkannya]. <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">PENYIMPANGAN QUR’ANIYYIN [INGKAR SUNNAH]</span><br />
<br />
Dewasa ini telah muncul suatu kelompok yang menamakan dirinya Qur’aniyyin (pengikut Qur’an) namun pada hakekatynya mereka bukan pengikut Qur’an bahkan sekaligus mereka menafsirkan Al-Qur’an dengan nafsu dan akal-akalan mereka tampa mencari keterangan tafsirnya dari sunnah yang shahih. Mereka menganggap as-sunnah bukanlah wahyu yang turun dari Allah. Padahal Allah berfirman :<span style="font-style: italic;">” dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat kuat”</span> [Qs : An-Najm : 3-5]. Lihatlah bagaimana Al-Qur’an membantah mereka. Mereka juga menganggap al-Qur’an telah cukup sehingga tidak butuh kepada As-Sunnah padahal dalam surat An-nahl :44 Allah menjelaskan bahwa Rasulullah diperintahkan menjelaskan Al-Qur’an, tentu saja penjelasan Rasulullah terhadap Al-Qur’an adalah As-sunnah itu sendiri. Sungguh benar apa yang diungkapkan pepatah : <span style="font-style: italic;">“setiap orang menngaku menjadi kekasih Laila, hanya saja Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasih”.</span> Mereka Qur’aniyyin mengaku menjadi pengikut Al-Qur’an, akan tetapi Al-Qur’an tidak mengakui mereka sebagai pengikut. <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Berita Dari Rasulullah Tentang Mereka</span><br />
<br />
Rasulullah bersabda tentang mereka, para pengingkar sunnah, yang mengaku pengikut Al-Qur’an): ” sungguh sebentar lagi kalian akan melihat seseorang yang duduk di singgasananya, kemudian datang kepadanya urusanku (sunnahku) baik yang berisi larangan atau perintah, maka dia berkata : <span style="font-style: italic;">“aku tidak tahu ! semua yang kami dapatkan dalam kitab Allah itulah yang kami ikuti</span> [ HR. At-Tirmidzi, lihat maanzilatus sunnah oleh syaikh Al-Albani]. Dalam riwayat lain dia berkata : <span style="font-style: italic;">apa yang kami dapatkan dalam kitabullah pengharaamannya, akan kami haramkan.”</span> Maka Rasululah bersabda : <span style="font-style: italic;">” ketahuilah bahwasanya aku diberi Al-Qur’an dan yang semisalnya bersamanya (yakni As-sunnah)</span> [ HR. Ahmad 4/131 dan Abu Daaud 5/11) Dalaam riwayat lain Rasulullah bersabda : <span style="font-style: italic;">“Ketahuilah bahwa apa yang dilarang oleh Rasul maka itulah yang dilarang oleh Allah.”</span> <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Tidak cukup hanya dengan Al-Qur’an semata.</span><br />
<br />
Berkata syaikh Al-Albani setelah membawakan riwayat-riwayat hadits diatas : ” hadits shahih diatas menjelaskan dengan tegas bahwa syari’at islam bukannya Al-Qur’an saja, melainkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Barang siapa hanya berpegang paa salah satunya, berarti sama dengan tidak berpegang dengan keduanya, karena Al-Qur’an memerintahkan untuk berpegang dengan As-Sunnah demikian pula sebaliknya [manzilatus sunnah fil Islam, cet. Darus Salafiyyah 1404 H. ] <span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Belajar dari sahabat dalam menyikapi pola fikir Qur’aniyyin</span><br />
<br />
Dalam satu riwayat yang shahih dari Ibnu mas’ud, datang seorang wanita kepadanya kemudian berkata : “kamukan orangnya yang berkata bahwa Allah melaknat namishat (wanita yang mencabut rambut alis) dan Mutamishat (wanita yang minta dicabutkan) dan Wasyimat (wanita yag mentato), Ibnu Mas’ud berkata : ya, benar. Aku telah membaca Al-Qur’an dari awal sampai akhir tetapi aku tidak menemukan apa yang kamu katakan. Maka ibnu mas’ud berkata : ‘jika kamu betul-betul membacanya maka kamu akan menemukannya. Tidakkah engkau membaca : “apa yang disampaikan oleh rasul ambillah dan apa yang dilarang oleh rasul maka tinggalkanlah ” [QS. Al-Hasyr :7], aku telah mendengar rasulullah bersabda : “allah melaknat namishat ” [ HR. Bukhari-Muslim] Betapa indahnya kaidah-kaidah ilmiah yang dijabarkan melalui dialog yang lembut tersebut Wallahu a’lam </div></div>Hariyandi Saputra/ Andi_PijarKomputerhttp://www.blogger.com/profile/08271674670868644387noreply@blogger.com0