Minggu, 29 Mei 2011

Untuk Pemuda: Tips Sembuh dari Onani (Ayo, Kamu Bisa!)

Oleh Farhan (Pimred Majalah Tashfiyah)

Onani dan masturbasi. Dua kata yang tabu disebutkan oleh orang yang masih memiliki fitrah di dalam dirinya.  Bagi kamu yang sudah ‘ketagihan’, dengan kemauan, usaha, dan kerja keras yang tinggi, kamu pasti bisa keluar dari masalah ini.


Kamu mau kan dipanggil sebagai seorang mukmin. Nah, di antara ciri seorang mukmin adalah yang Allah sebutkan dalam Surat Al-Mu`minun ayat 5-7:
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,(*) Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.(*). Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.”[Q.S. Al Mukminun 5-7].
Sebagian ulama menjadikan ayat di atas sebagai landasan diharamkannya onani dan masturbasi. Karena, orang yang melakukan onani dan masturbasi termasuk mencari selain yang Allah telah halalkan. Yang berarti telah melampaui batas sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Imam Asy-Syafi’i, Imam Malik, dan ulama lainnya berdalil dengan ayat ini tentang diharamkannya onani. Hal ini juga disebutkan oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya. (Adhwa`ul Bayan)
Nah, buat kamu yang sudah terlanjur ‘ketagihan’ melakukannya, kami sebutkan beberapa hal yang bisa kamu lakukan buat meredakan ‘dorongan jiwa’ ini. Terapi yang ditempuh untuk menghilangkan kebiasaan haram ini di antaranya adalah:
  1. Bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Merasa senantiasa diawasi oleh Allah di mana pun berada, di kamar tidur, kamar mandi, dan di semua tempat. Seluruh aktivitas kamu nggak ada yang tersembunyi bagi Allah. Semua yang kamu lakukan akan dicatat, lalu kamu akan dapati seluruh amalannya tercatat dalam catatan amal. Allah berfirman yang artinya, “Dan diletakkanlah catatan amal, lalu engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dosa takut terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka Kami, kenapa kitab ini tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan. dan Rabbmu tidak menzalimi seorang pun”.[Q.S. Al-Kahfi:49].
  2. Menikahlah. Onani dan masturbasi disebabkan dorongan syahwat yang kuat. Jadi, bagi yang mampu menikah, menikahlah. Lagipula, menikah itu banyak banget untungnya lho.
  3. Kalau belum mampu menikah, lemahkan syahwat kamu dengan puasa. Untuk poin dua dan tiga ini, Rasulullah bersabda dalam riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud z yang artinya, ”Wahai para pemuda, siapa yang mampu menikah, maka menikahlah. Adapun yang belum mampu berpuasalah, sesungguhnya puasa adalah tameng baginya.”
  4. Sibukkan diri kamu dengan kegiatan yang bermanfaat, amal shalih, bekerja, belajar, olah raga, dan yang lainnya. Jangan banyak melamun atau kosong dari amal shalih.
  5. Cari teman baik yang bisa mengingatkan dan menasehati.
  6. Hindari pemicu syahwat, seperti ikhtilat (campur baur lawan jenis), tidak menjaga pandangan dan yang lainnya.
  7. Berdoa kepada Allah, memohon kepada-Nya untuk mengilangkan kebiasaan buruk ini. Plus, berusaha sekuat tenaga agar tidak terjerumus ke dalam maksiat ini.
  8. Jangan pernah memandang remeh satu dosa pun. Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Ketika engkau meremehkan dosa, ketika itu pula akan besar di sisi Allah. Ketika engkau menganggap besarnya dosa, ketika itu pula akan menjadi kecil di sisi Allah.” Tumbuhkan rasa takut kepada Allah. Abdullah bin Masud radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Seorang mukmin melihat dosanya seolah-olah seperti melihat gunung yang khawatir akan runtuh menimpanya. Adapun seorang pendosa melihat dosanya seolah lalat yang hinggap pada hidungnya, ia kipaskan begitu saja dan terbang”. [Riwayat Al-Bukhari dan Muslim].
  9. Catat dan ingat-ingat ucapan Nabi ` ini, “Siapa saja yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya.” [H.R. Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dengan disandarkan kepada Imam Ahmad]. Pengen dong yang lebih daripada kesenangan ‘sekejap’ yang langsung lenyap.
  10. Jangan menyerah, selalu semangat dan minta pertolongan kepada Allah. Rasulullah ` bersabda, ”Bersemangatlah dalam setiap yang bermanfaat bagimu dan mintalah selalu pertolongan Allah, jangan lemah.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu].
  11. Coba kamu renungkan, Allah telah menciptakan kamu, memberikan segala fasilitas buat kamu, melimpahkan nikmat-Nya lahir dan batin. Allah ta’ala berfirman, “Tidakkah kalian perhatikan bahwasanya Allah telah menundukkan untuk kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” [Q.S. Luqman:20]. Kenapa justru kamu balas dengan maksiat?
  12. Poin terakhir, kami ingatkan, semakin besar dan berat usaha kamu, semakin besar pula pahalanya di sisi Allah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah ` bersabda yang artinya, ”Sesungguhnya balasanmu sesuai dengan kadar keletihanmu.”
Ayo berjuang, kamu bisa, insya Allah. Allahu a’lam. [Farhan]
Sumber: http://tashfiyah.net/?p=609

Metode Mengajarkan Orang Bisu dan Tuli

Dijawab oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Jika saudara lelaki saya bisu dan tuli, tidak bisa mendengar ataupun berbicara dan tentunya tidak mengetahui sedikitpun tentang shalat, puasa dan zakat. Hukum-hukum Islam maupun Al-Qur’an tidak dikenalnya sedikitpun. Bagaimana cara membimbingnya ?

Jawaban:
Orang ini harus diperlakukan sesuai dengan kadar daya tangkapnya, dengan isyarat contohnya, karena dia masih bisa melihat. Dia perlu diajari shalat dengan peragaan walinya atau orang lain shalat disampingnya dengan isyarat agar dia meniru gerakannya dan penjelasan waktu-waktu shalat dengan metode yang dia pahami, atau mengajarinya shalat setiap saat dengan peragaan ketika diketahui bahwa dia berakal.
Jika mampu menulis, maka dia diajari secara tertulis materi aqidah Islamiyah, rukun Islam dan disertai penjelasan makna kandungan dua kalimat syahadat. Demikian halnya dengan hukum-hukum Islam lainnya, dijelaskan lewat tulisan. Seperti hukum shalat, wudhu, mandi besar, penjelasan seputar waktu, rukun dan wajibnya shalat, hal-hal yang disyari’atkan dalam shalat, penjelasan shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, witir dan lain-lain yang dibutuhkan oleh seorang mukallaf dengan harapan dia bisa memahaminya lewat tulisan.
Intinya, ketika diketahui bawa dia berakal dengan cara apapun, maka dia termasuk kategori mukallaf jika sudah akil baligh dengan salah satu tandanya yang sudah diketahui, dan terikat dengan aturan-aturan yang mengikat orang mukallaf sesuai dengan kadar ilmu dan kemampuannya.

Tapi jika ternyata kondisinya menunjukkan bahwa akalnya tidak berfungsi, maka dia tidak memiliki tanggung jawab, karena dia bukan mukallaf, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih.
“Artinya : Catatan amalan ditiadakan atas tiga golongan : anak kecil sampai dia baligh, orang pingsan sampai siuman (sadar) dan orang tidur sampai dia terjaga”
[Majmu Fatawa wa Maqalitin Mutanawwi'ah, 5/281]

Mengkritisi Keabsahan Hadits-hadits Kitab Ihya’ Ulumiddin

 

Oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc., M.A. (Lulusan S2 Jurusan Hadits, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)

بسم الله الرحمن الرحيم
Kiranya tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin adalah termasuk kitab berbahasa Arab yang paling populer di kalangan kaum muslimin di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Kitab ini dianggap sebagai rujukan utama, sehingga seorang yang telah menamatkan pelajaran kitab ini dianggap telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam pemahaman agama Islam.

Padahal, kiranya juga tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa kitab ini termasuk kitab yang paling keras diperingatkan oleh para ulama untuk dijauhi, bahkan di antara mereka ada yang merekomendasikan agar kitab ini dimusnahkan! (Lihat kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/327 dan 19/495-496).

Betapa tidak, kitab ini berisi banyak penyimpangan dan kesesatan besar, sehingga orang yang membacanya apalagi mendalaminya tidak akan aman dari kemungkinan terpengaruh dengan kesesatan tersebut, terlebih lagi kesesatan-kesesatan tersebut dibungkus dengan label agama.

Di antara kesesatan besar yang dikandung buku ini adalah pembenaran ideologi (keyakinan) wihdatul wujud (bersatunya wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan wujud makhluk), yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/ penampakan Zat Ilahi (Allah Subhanahu wa Ta’ala) – Mahasuci Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala keyakinan rusak ini –.

Keyakinan sangat menyimpang bahkan kafir ini dibenarkan secara terang-terangan oleh penulis kitab ini di beberapa tempat dalam kitab ini, misalnya pada jilid ke-4 halaman 86 dan halaman 245-246 (cet. Darul Ma’rifah, Beirut).

Cukuplah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berikut ini menggambarkan besarnya penyimpangan dan kesesatan yang terdapat dalam kitab ini, “Kitab ini berisi pembahasan-pembahasan yang tercela, (yaitu) pembahasan yang rusak (menyimpang dari Islam) dari para ahli filsafat yang berkaitan dengan tauhid (pengesaaan Allah Subhanahu wa Ta’ala), kenabian dan hari kebangkitan. Maka, ketika penulisnya menyebutkan pemahaman orang-orang ahli Tasawwuf (yang sesat) keadaannya seperti seorang yang mengundang seorang musuh bagi kaum muslimin tetapi (disamarkan dengan) memakaikan padanya pakaian kaum muslimin (untuk merusak agama mereka secara terselubung). Sungguh para imam (ulama besar) Islam telah mengingkari (kesesatan dan penyimpangan) yang ditulis oleh Abu Hamid al-Gazali dalam kitab-kitabnya” (Kitab Majmu’ul Fataawa, 10/551-552).

Oleh karena itu, Imam Adz-Dzahabi menukil ucapan Imam Muhammad bin al-Walid Ath-Thurthuusyi yang mengatakan bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin (artinya: menghidupkan ilmu-ilmu agama) lebih tepat jika dinamakan Imaatatu ‘uluumid diin (mematikan/merusak ilmu-ilmu agama).

Di samping itu, kitab ini juga memuat banyak hadits lemah bahkan palsu, yang tentu saja tidak boleh dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan banyak di antaranya yang sangat bertentangan dengan prinsip dasar agama Islam.

Hal ini tidaklah mengherankan, karena sang penulis adalah seorang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, khususnya dalam membedakan hadits yang shahih dan hadits yang lemah, sebagaimana pernyataan sang penulis sendiri, “Aku memiliki barang dagangan (pengetahuan) yang sedikit tentang hadits (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)” (Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, 12/174).

Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas semua kesesatan tersebut, tetapi saya akan membahas dan menilai keabsahan hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini, berdasarkan keterangan para ulama ahlus sunnah yang terlebih dahulu meneliti dan mengkritisi kitab ini.

Kritikan para ulama Ahlus Sunnah terhadap hadits-hadits dalam kitab ini

1- Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi berkata (dalam kitab beliau Minhaajul Qaashidiin, sebagaimana yang dinukil dalam Majalah Al-Bayaan, edisi 48 hal. 81), “Ketahuilah, bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin di dalamnya terdapat banyak kerusakan (penyimpangan) yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama. Penyimpangannya yang paling ringan (dibandingkan penyimpangan-penyimpangan besar lainnya) adalah hadits-hadits palsu dan batil (yang termaktub di dalamnya), juga hadits-hadits mauquf (ucapan shahabat atau tabi’in) yang dijadikan sebagai hadits marfu’ (ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Semua itu dinukil oleh penulisnya dari referensinya, meskipun bukan dia yang memalsukannya. Dan (sama sekali) tidak dibenarkan mendekatkan diri (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan hadits yang palsu, serta tidak boleh tertipu dengan ucapan yang didustakan (atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

2- Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthuusyi berkata, “…Kemudian al-Ghazali memenuhi kitab ini dengan kedustaan atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan aku tidak mengetahui sebuah kitab di atas permukaan hamparan bumi ini yang lebih banyak (berisi) kedustaan atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi kitab ini.” (Dinukil oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/495).

3- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam kitab ini terdapat hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang lemah bahkan banyak hadits yang palsu. Juga terdapat banyak kebatilan dan kebohongan orang-orang ahli Tasawwuf.” (Kitab Majmu’ul Fataawa, 10/552).

4- Imam Adz-Dzahabi berkata, “Adapun kitab Ihya’ Ulumiddin, maka di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu).” (Kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/339).

5- Imam Ibnu Katsir berkata, “…Akan tetapi di dalam kitab ini banyak terdapat hadits-hadits yang asing, mungkar dan palsu.” (Kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, 12/174).

6- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata, “Betapa banyak kitab Ihya’ Ulumiddin memuat hadits-hadits (palsu) yang oleh penulisnya dipastikan penisbatannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Imam Al-Iraqi dan para ulama lainnya menegaskan bahwa hadits-hadits tersebut tidak ada asalnya (hadist palsu).” (Kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Sha’iifah wal Maudhuu’ah, 1/60).

7- Bahkan, Imam As-Subki mengumpulkan hadits-hadits dalam kitab Ihya’ Ulumiddin yang tidak ada asalnya (palsu), dan setelah dihitung semuanya berjumlah 923 hadits (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287).

Beberapa contoh hadits palsu dan lemah yang dimuat dalam kitab ini

1. Hadits, “Percakapan dalam masjid akan memakan/ menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut).
Hadits ini dihukumi oleh Imam Al-‘Iraqi, As-Subki dan Syaikh al-Albani sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits (lihat kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, 1/60).

2. Hadits, “Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/31).
Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287 dan Difaa’un ‘anil Hadiitsin Nabawi, halaman 46).

3. Hadits, “Agama Islam dibangun di atas kebersihan.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/49).
Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Umar bin Shubh al-Khurasani, Ibnu Hajar berkata tentangnya (dalam kitab Taqriibut Tahdziib, halaman 414), “Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan (Imam Ishak) bin Rahuyah mendustakannya.” (Lihat kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, no. 3264).

4. Hadits, “Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk nereka.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/60).
Hadits ini dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287).

5. Hadits, “Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa/ pemerintah dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/68).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/288).

6. Hadits, “Barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah seorang mukmin’, maka dia kafir, dan barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah orang yang berilmu’, maka dia adalah orang yang jahil (bodoh).” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/125).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/289) dan dinyatakan lemah oleh Imam As-Sakhawi (lihat kitab Al-Maqaashidul Hasanah, halaman 663).

7. Hadits, “Seorang hamba tidak akan mendapatkan (keutamaan) dari shalatnya, kecuali apa yang dipahaminya dari shalatnya.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/159).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/289).

8. Hadits, “Sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan adalah akal…” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/83 dan 3/4).
Hadits ini dihukumi oleh Imam Adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani sebagai hadits yang batil dan palsu (lihat kitab Lisaanul Miizaan, 4/314 dan Takhriiju Ahaadiitsil Misykaah, no. 5064).

9. Hadits, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/71, 3/13 dan 3/23).
Hadits ini dihukumi oleh Syaikh Al-Albani sebagai hadits yang palsu (kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, no. 422).

10. Hadits, “Wahai manusia, pahamilah (dengan akal) dari Rabb-mu dan saling berwasiatlah dengan akal.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/202).
Hadits ini adalah hadits palsu, diriwayatkan oleh Dawud bin al-Muhabbar dalam kitab Al-Aql, yang dikatatakan oleh Ibnu Hajar, “Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah) dan kitab Al-Aql yang ditulisnya mayoritas berisi hadits-hadits yang palsu.” (Dalam kitab Taqriibut Tahdziib, halaman 200).

11. Hadits tentang shalat ar-Ragaaib di bulan Rajab (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/83).
Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam Al-‘Iraqi (lihat takhrij beliau di catatan kaki kitab tersebut, 2/366, cet. Dar Asy-Syi’ab, Kairo).

Penutup

Dengan uraian ringkas tentang kitab Ihya’ ‘Ulumiddin di atas, jelaslah bagi kita kandungan buruk dan penyimpangan yang terdapat di dalamnya. Maka, seorang muslim yang menginginkan kebaikan dan keselamatan dalam agama dan imannya, hendaknya menjauhkan diri dari membaca buku-buku yang mengajarkan kesesatan seperti ini.

Alhamdulillah, kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah yang bersih dan selamat dari penyimpangan sangat banyak dan mencukupi untuk diambil manfaatnya.

Apakah kita tidak khawatir akan ditimpa kerusakan dalam pemahaman agama kita dengan membaca kitab seperti ini, padahal kerusakan dan kerancuan dalam memahami agama ini merupakan malapetaka terbesar yang akan berakibat kebinasaan dunia dan akhirat?

Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kerusakan agama dan iman ini, sebagaimana dalam doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ولا تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا في دِيْنِنا
(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan malapetaka (kerusakan) yang menimpa kami dalam agama (keyakinan) kami.” (HR. At-Tirmidzi, no. 3502, dinyatakan hasan oleh Imam At-Tirmidzi dan Syaikh Al-Albani).

Ketahuilah, bahwa ilmu yang bermanfaat untuk memperbaiki keimanan dan meyempurnakan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hanyalah ilmu yang bersumber dari Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dipahami dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka.

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Ilmu yang bermanfaat dari semua ilmu adalah mempelajari dengan seksama dalil-dalil dari Alquran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta (berusaha) memahami kandungan maknanya, dengan mendasari pemahaman tersebut dari penjelasan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para Tabi’in (orang-orang yang mengikuti petunjuk para sahabat), dan orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dalam memahami kandungan Alquran dan hadits. (Begitu pula) dalam (memahami penjelasan) mereka dalam masalah halal dan haram, pengertian zuhud, amalan hati (penyucian jiwa), pengenalan (tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan pembahasan-pembahasan ilmu lainnya, dengan terlebih dahulu berusaha untuk memisahkan dan memilih (riwayat-riwayat) yang shahih (benar) dan (meninggalkan riwayat-riwayat) yang tidak benar, kemudian berupaya untuk memahami dan menghayati kandungan maknanya. Semua ini sangat cukup (untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat) bagi orang yang berakal dan merupakan kesibukkan (yang bermanfaat) bagi orang yang memberi perhatian dan berkeinginan besar (untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat).” (Kitab Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf, halaman 6).

Sebagai penutup, renungkanlah nasihat emas dari Imam Adz-Dzahabi ketika beliau mengkritik kitab Ihya’ ‘Ulumiddin dan kitab-kitab lain semisalnya yang memuat kesesatan dan penyimpangan, karena tidak mencukupkan diri dengan petunjuk Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman yang benar.

Imam Adz-Dzahabi berkata, “Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu) dan banyak kebaikannya kalau saja kitab itu tidak memuat adab, ritual dan kezuhudan (model) orang-orang (yang mengaku) ahli hikmah dan ahli Tasawwuf yang menyimpang, kita memohon kepada Allah (dianugerahkan) ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apakah ilmu yang bermanfaat itu? Yaitu ilmu bersumber dari Alquran dan dijabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan dan perbuatan (beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam), serta tidak ada larangan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang tidak menyukai sunnah/ petunjukku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (1401).

Maka, wajib bagimu wahai saudaraku untuk men-tadabbur-i (mempelajari dan merenungkan) Alquran, serta membaca dengan seksama (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dalam Ash-Shahiihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim), Sunan An-Nasa’i, Riyadhus Shalihin dan Al-Azkar tulisan Imam An-Nawawi, (maka dengan itu) kamu akan beruntung dan sukses (meraih ilmu yang bermanfaat). Dan jauhilah pemikiran orang-orang Tasawwuf dan filsafat, ritual-ritual ahli riyadhah (ibadah-ibadah khusus ahli Tasawwuf), dan kelaparan (yang dipaksakan) oleh para pendeta, serta igauan tokoh-tokoh ahli khalwat (menyepi/ bersemedi yang mereka anggap sebagai ibadah). Maka, semua kebaikan adalah dengan mengikuti agama (Islam) yang hanif (lurus/ cenderung kepada tauhid) dan mudah (agama yang dibawa dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Maka, kepada Allah-lah kita memohon pertolongan, ya Allah, tunjukkanlah kepada kami jalan-Mu yang lurus.” (Kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/339-340).
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
 
Kota Kendari, 13 Rabi’ul akhir 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A. (Pengasuh website www.manisnyaiman.com)

Kiat Selamat dari Fitnah Internet

Disusun oleh Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah hafizhahullah
 
Pesatnya perkembangan media komunikasi yang memudahkan interaksi di antara manusia di segala penjuru dunia, termasuk salah satu nikmat Allah yang wajib disyukuri. Di antara media komunikasi yang berkembang dengan pesat sekali adalah media internet yang merupakan media “wajib” yang manusia di zaman ini tidak bisa lepas darinya. Perkembangan ini tentu memiliki efek-efek yang positif dan negatif sesuai dengan acara-acara yang disebarkan oleh media ini. Maka internet sebagai salah satu produk kemajuan peradaban adalah ibarat sebuah pisau yang bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat dan bisa digunakan untuk hal yang membuat mudharat bagi manusia.

Realita yang ada menunjukkan bahwa banyak sekali faedah yang bisa diambil dari internet. Ia adalah media dakwah yang efektif dan menjangkau ke seluruh dunia. Begitu banyak perbendaharaan-perbendaharaan ilmu yang terekam dengan baik di internet baik dari para ulama mutaqoddimin (zaman dahulu) dan muta’akhkhirin (sekarang). Internet juga merupakan media yang sangat efektif di dalam mencari penghidupan dengan berbagai metode yang ditawarkan.
Akan tetapi, hal yang tidak boleh kita lupakan ialah bahwa para setan dari kalangan jin dan manusia juga memanfaatkan media internet  ini untuk kepentingan-kepentingan mereka. Berapa banyak kejahatan-kejahatan yang berawal dari internet dan berapa banyak kemaksiatan-kemaksiatan yang berawal dari internet dan menyebar menyebar secepat kilat ke segala penjuru dunia tanpa bisa dibendung.
Lalu bagaimanakah seorang muslim menyikapinya? Insya Allah dalam pembahasan kali ini akan kami paparkan secara ringkas sikap-sikao yang selayaknya dilakukan oleh setiap muslim terhadap media internet ini dengan banyak mengambil faedah dari risalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd yang berjudul al-Internet Imtihanul Iman wal Akhlaq wal ‘Uqul.

FITNAH INTERNET
Internet merupakan sebuah revolusi besar  di dunia iptek dan media massa, sebagaimana ia juga sekaligus merupakan medan yang luas untuk menguji keimanan, akhlaq, dan akal manusia. Di dunia internet  kebaikan terbuka lebar pintu-pintunya, sebagaimana pintu-pintu kejelekan juga terpapar dengan berbagai pose. Di dunia internet seseorang bisa menyuarakan apa saja yang dia mau, dia bisa memuaskan matanya dengan apa saja yang ingin dia lihat, dia bisa menulis dengan tangannya apa saja yang dia kehendaki, tanpa ada yang menghisabnya, tanpa ada yang mengontrolnya, dan tanpa ada yang bisa menghentikannya.
Jika seseorang mampu mengendalikan dirinya, menjaga keluhuran jiwanya, melihat akibat setiap perbuatannya, dan selalu merasakan bahwa dia selalu diawasi dan terlihat oleh Rabb Sang Maha Pencipta yang Maha Mendengar dan Maha Melihat –maka dia akan selamat.
Adapun jika dia melepaskan kekang jiwanya, dan mengikuti segala yang diinginkan hawa nafsunya, tanpa ada kontrol keimanan dan ketakwaan –maka hampir-hampir dia telah membenamkan dirinya di dalam jurang kehinaan dan melemparkan dirinya di dalam kubangan kenistaan; maka tidak ada setelah itu kecuali penghinaan jiwa, terenggutnya kehormatan, dan kebobrokan moral.

KIAT-KIAT MENGHADAPI FITNAH INTERNET

Ada beberapa hal yang bisa membantu seorang muslim di dalam menyelamatkan diri dari fitnah internet dan bahaya-bahayanya, di antaranya adalah:

1. Berhati-hati di dalam bergaul dengan internet
Hendaknya seorang yang berakal tidak terlalu percaya diri dengan dirinya sehingga menjerumuskan dirinya ke dalam fitnah yang kemudian sulit melepaskan diri darinya.
Sepantasnya baginya jika hendaknya mengirim postingan atau komentar agar mempertimbangkan sejauh mana akibatnya, hendaknya menjaga diri dari menyakit orang-orang yang beriman dan menyebarkan perbuatan keji di antara mereka. Hendaknya menjauhkan diri dari pembicaraan yang tidak berguna, mempermainkan perasaan, menyebarkan tuduhan-tuduhan, dan mengadu domba di antara manusia.
Jika ingin memberikan komentar atau membantah maka hendaknya dengan ilmu, keadilan, rahmat,adab, dan ungkapan yang sopan.
Jika ingin berpartisipasi maka hendaknya memakai namanya yang asli, adapun jika mengkhawatirkan dirinya jika menyebut dengan namanya yang asli atau ingin menjaga keikhlasannya, maka hendaknya menghindari dari tulisan-tulisan yang tidak boleh dan tidak layak, dan hendaknya selalu mengingat bahwa nanti akan berdiri di hadapan Allah Ta’ala untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hari yang ditampakkan semua rahasia.

2. Berhati-hati dari lanngkah-langkah setan
Hendaknya seorang muslim mewaspadai langkah-langkah setan karena setan adalah musuh, selalu mengintai seorang manusia dan mencarei-cari segala jalan untuk menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Allah telah memperingatkan ini dengan berfirman:

ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين

Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-Baqarah [2]: 168)
Seorang yang berakal tidak akan pernah percaya dengan musuhnya selama-lamanya, tidak melemparkan dirinya ke dalam kubangan-kubangan fitnah, dan tidak terlalu percaya dengan dirinya betapapun tinggi kecerdasannya, betapapun dalam agama dan ilmunya. Maka seorang yang berakal akan menjauh dari fitnah, dan tidak menampakkan diri kepadanya.
Lihatlah bagaimana Nabi Yusuf  ‘Alaihis Salaam tidak membawa dirinya ke dalam fitnah, tetapi fitnahlah yang datang kepadanya. Meskipun demikian, beliau tidak perceya diri dengan keimanannya, ilmunya, dan keutamaannya, bahkan beliau lari dari fitnah, berlindung kepada Allah dari kejelekannya, dan mengakui kelemahan dirinya dengan mengatakan:

قال رب السجن أحب إلي مما يدعونني إليه وإلا تصرف عني كيدهن أصب إليهن وأكن من الجاهلين

[Qala rabbi assijnu ahabbuilayya mimma yadAAoonanee ilayhi wa-illa tasrifAAannee kaydahunna asbu ilayhinna waakun mina aljahileen]
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh“. (QS. Yusuf [12]: 33)

3. Membatasi waktu dan tujuan ketika masuk internet
Di antara perkara yang bisa menghindarkan seseorang dari fitnah internet adalah hendaknya membatasi waktu di dunia internet dan memiliki tujuan yang jelas ketika masuk ke dalamnya.
Jika dia tidak membatasi waktu dan terus tergiring di dalam membuka-buka file, dan berpindah-pindah dari satu situs ke situs yang lain tanpa tujuan yang jelas, maka akan sia-sialah waktunya dan tidak mendapatkan faedah kecuali sedikit.

4. Memikirkan akibat-akibat dari setiap perbuatannya
Di antara perkara yang bisa menyelamatkan diri dari fitnah internet adalah dengan memikirkan akibat-akibat dari setiap perbuatannya, dan hendaknya mengekang jiwanya dengan kekang ketakwaan dan muroqobah.
Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:

بالله عليك يا مرفوع القدربالتقوى لاتبع عزها بذل المعاصبي, وصابر عطش الهوى في هجير المشتهى وان أمض وأرمض

“Demi Allah, wajib atasmu –wahai seorang yang telah dimuliakan dengan ketakwaan- janganlah engkau menjual kemuliaan takwa dengan kehinaan maksiat-maksiat, dan bersabarlah dari dahaga hawa nafsu di dalam panasnya sesuatu yang diinginkan walaupun merasakan sakit dan terbakar.” (Shaoidul khothir: 1/45)

5. Menjauhi hal-hal yang merangsang nafsu
Seorang yang masuk ke dalam internet hendaknya menjauhi hal-hal yang merangsang, menjauhi situs-situs porno, dan forum-forum yang banyak menyuarakan perkataan-perkataan yang jorok, dan menjauhi pembicaraan-pembicaraan yang merangsang nafsu dan syahwat.
Hendaknya dia menjauhi gambar-gambar seronok (cabul, porno, Red.) dan tampilan-tampilan yang merangsanng, karena jiwa manusia –dengan tabiat yang Allah berikan kepadanya dari kecenderungan mengikuti hawa nafsu- permisalannya seperti mesiu dan segala zat yang mudah terbakar. Zat-zat ini jika jauh dari hal-hal yang memicu terbakarnya, maka dia akan tenang dan tidak membahayakan. Adapun jika dipicu dengan hal-hal yang menyalakannya maka akan terbakar dengan cepat.
Demikianlah juga jiwa-jiwa manusia, maka ia akan tenang jika jauh dari yang memicunya. Jika ia mendekati hal-hal yang memicunya semisal pemandangan-pemandangan yang merangsang, maka ia akan menggelora hingga muncul kejelekan-kejelekannya dan memuncak hawa nafsunya.
Al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata:

لاتتبع النفس الهوى, ودع التعرض للمحن

ابليس حي لم يمت, والعين باب للفتن

Janganlah engkau ikutkan jiwa terhadap hawa nafsunya
Dan janganlah engkau paparkan kepada fitnah-fitnah
Iblis adalah hidup dan tidak mati
Sedangkan mata adalah pintu terhadap fitnah-fitnah. (Rosail Ibnu Hazm: 1/274)

6. Menundukkan pandangan
Di antara perkara yang menyelamatkan dari fitnah internet adalah menundukkan pandangan, karena gambar yang jorok (cabul) kadang muncul di hadapan manusia tanpa disengaja. Jika dia menundukkan pandangannya maka dia akan membuat ridhio Robbnya, dan melapangkan hatinya. Sebab, sesungguhnya mata adalah cermin hati. Membebaskan pandangan akan membawa kepada kebinasaan, sedangkan menundukkan pandangan akan membawa kepada kelapangan. Jika seorang hamba menundukkan pandangannya maka hatinya akan menundukkan nafsu dan syahwatnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون

[Qul lilmu/mineena yaghuddoo min absarihumwayahfathoo furoojahum thalika azkalahum inna Allaha khabeerun bima yasnaAAoon]
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur [24]: 30)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

فجعل سبحانه غض البصر, وحفظ الفرج هو ازكى للنفس, وبين ان ترك الفواحش من زكا ة نفوس, وزكاةالنفوس تتضمن زوال جميع الشرور من الفواحش, والظلم, والشرك, والكذب, وغيرذالك

“Allah Subhaanahu menjadikan menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan adalah lebih menyucikan jiwa. Dan Dia menjelaskan bahwa meninggalkan perbuatan-perbuatan yang keji adalah termasuk kesucian jiwa, dan kesucian jiwa mengandung hilangnya segala kejelekan dari perbuatan-perbuatan keji, kezaliman, kesyirikan, kedustaan, dan yang selainnya.” (Iqomatud Dalil ‘Ala Ibtholit Tahlil: 3/430)

7. Tatsabbut (memeriksa dengan teliti)
Di antara hal yang diwajibkan atas sesseorang ketika masuk ke dunia internet adalah hendaknya tatsabbut (memeriksa dengan teliti) dari semua yang dia ucapkan, yang dia dengarkan, yang dia baca, dan yang dia nukil. Dengan ini maka diketahui keteguhan akal dan keimanan seseorang.
Bagaimana tidak, dunia internet penuh dengan hal-hal yang bercampur-baur antara yang baik dan yang buruk. Telah menulis di dalamnya siapa saja dengan nama-nama samaran yang tidak dikenal!
Maka wajib atas seorang yang berakal agar memperhatikan perkara ini. Jika dia mengetahui suatu berita atau suatu perkara maka hendaknya tatsabbut tentangnya. Kalau sudah diketahui tentang kebenarannya maka hendaknya melihat perlu tidaknya dia sebarkan. Jika hal itu akan membawa kepada kebaikan maka hendaknya dikumpulkan dan disebarkan, dan jika tidak membawa kebaikan maka hendaknya dia lipat dan berpaling darinya.
Berapa banyak terjadi kejelekan dan fitnah dengan sebab kesembronoan di dalam hal ini. Berapa banyak dari manusia yang mengabaikan akalnya, dan memperlakukan segala sesuatu yang disebarkan di internet sebagaimana sebuah wahyu yang tidak ada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Sungguh telah datang larangan yang jelas dari menyampaikan segala sesuatu yang didengar. Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كفى بالمرء كذبا ان يحدث بكل ما سمع

Cukup seseorang berdusta jika menyampaikan semua yang ia dengar.” (Shahih Muslim: 1/8)
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

وإذا جاءهم أمر من الأمن أو الخوف أذاعوا به ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم لعلمه الذين يستنبطونه منهم ولولا فضل الله عليكم ورحمته لاتبعتم الشيطان إلا قليلا


[Wa-itha jaahum amrun minaal-amni awi alkhawfi athaAAoo bihi walaw raddoohu ilaarrasooli wa-ila olee al-amri minhum laAAalimahuallatheena yastanbitoonahu minhum walawla fadluAllahi AAalaykum warahmatuhu lattabaAAtumuashshaytana illa qaleela]
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
(QS.an-Nisa [4]: 83)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini:
“Ini adalah pengajaran dari Allah kepada para hamba-Nya tentang perbuatan mereka yang tidak pantas ini, dan bahwa selayaknya bagi mereka jika datang kepada mereka suatu perkara dari perkara-perkara yang penting dan maslahat (kepentingan) –maslahat umum dari hal-hal yang berhubungan dengan keamanan, dan kegembiraan seorang mukmin atau berhubungan dengan ketakutan yang di dalamnya terdapat musibah atas mereka- agar mereka bertatsabbut (memeriksa dengan teliti), dan tidak tergesa-gesa menyebarkan berita itu, bahkan hendaknya mengembalikannya kepada Rosul dan ulil amri di antara mereka, yaitu para pemikir, ahli ilmu, ahli nasehat, orang-orang yang berakal dan memiliki ketenangan, mereka yang mengetahui perkara-perkara dan mengetahui maslahat-maslahat dan mudarat-mudarat. Jika mereka melihat di dalam penyebaran berita tersebut terdapat maslahat dan menggiatkan kaum mukminin, merupakan kegembiraan bagi mereka dan menjaga dari musuh-musuh mereka –maka mereka menyebarkannya. Dan jika mereka memandang apa yang tidak ada maslahat di dalamnya, atau di dalamnya terdapat maslahat, tetapi mudaratnya melebihi maslahatnya maka mereka tidak menyebarkannya.
Karena itulah Allah berfirman: “Tentulah orang-orang dari mereka yang ingin mengambil istinbath darinya (akan dapat) mengetahuinya”, yaitu mengambil darinya dengan pikiran mereka dan pendapat-pendapat mereka yang tepat dan ilmu-ilmu mereka yang benar.
 
Di dalamnya terdapat larangan dari tergesa-gesa dan bersegera menyebarkan perkara-perkara di saat mendengarnya,dan perintah untuk merenungi sebelum berbicara, dan melihat di dalamnya apakah dia merupakan maslahat sehingga seseorang maju kepadanya atau tidak sehingga dia mundur darinya.” (Taisir al-Karimir Rahman hlm. 190)

8. Berhati-hati di dalam mengemukakan pendapat
Di antara hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang berakal adalah hendaknya tidak terlalu bersemangat ketika mengemukakan pendapatnya di dalam sebuah perkara, dan tidak mengucapkan semua yang dia ketahui. Bahkan seyogyanya ia memperhatikan maslahat-maslahat. Tidaklah baik baginya mengemukakan pendapatnya di dalam semua perkara kecil dan besar, dan tidak wajib atasnya berbicara pada setiap peristiwa karena kadang dia belum memiliki gambaran perkara sebagaimana mestinya, kadang salah perkiraan dan menyelisihi kebenaran. Dan orang-orang Arab mengatakan di dalam hal seperti ini:

الخطأ زاد العجول

Kekeliruan adalah bekal orang yang tergesa-gesa” (Lihat Bahjatul Majalis wa Unsul Majalis: 1/55)
Adapun jika berhati-hati dan pelan-pelan maka akan lebih bisa membuat jernih tabiat, akan lebih menetapkan pendapat, dan akan lebih menyelamatkan dari kesalahan. Orang-orang Arab memuji orang yang berhati-hati, tidak tergesa-gesa, dan membolak-balik perkara atas dan bawah dengan mengatakan:

انه لحول قلب

Sesungguhnya dia adalah pandai mengusahakan dan membolak-balik perkara.” (Lihat ash-Shihah oleh al-Jauhari: 2/91)

9. Berucap sesuai dengan kadarnya
Hendaknya seorang yang berakal berucap sesuai dengan kadarnya, dan menjauhi mubalaghoh (berlebih-lebihan) dan membesar-besarkan perkara, karena suatu hakikat akan hilang dengan adanya pengungkapan yang berlebihan dan meremehkan. Orang-orang Arab mengatakan di dalam pepatah mereka:

خير الناس هذا النمط الاوسط

Sebaik-baik manusia adalah tipe yang tengah-tengah.” (Lihat al-Muhkam wal Muhith al-A’zhom: 8/595 dan Kitabul ‘Ain 7/442)

10. Selalu bermuroqobah (merasa diawasi oleh) Allah ‘Azza wa Jalla
Di antara penasihat yang paling agung bagi seorang dan yang menjadikan dia mengambil faidah dari internet dan selamat dari kejelekan-kejelekannya adalah selalu muroqqobah terhadap Alloh ‘Azza wa Jalla dan merasa selalu dilihat oleh-Nya.

وما ابصرت عيناي اجمل من فتى , يخاف مقام الله في الخلوات

Tidaklah kedua mataku melihat sesuatu yang lebih indah
Dari seorang pemuda yang takut kepada Alloh dalam keadaan sunyi sepi.

Hendaknya seorang yang berakal selalu mengingat hal ini dengan baik, selalu mengingat bahwa yang gaib adalah nyata di sisi Alloh, maka pantaskah seseorang menjadikan Alloh ‘Azza wa Jalla adalah yang paling tidak bernilai di antara para pemirsa kepadanya?! Maka wajib atasnya agar menyadari bahwa barang siapa yang menyembunyikan sesuatu maka Alloh akan memakaikannya kepadanya, dan bahwa barangsiapa yang menyembunyikan sesuatu maka Alloh akan menampakkannya, sama saja apakah itu suatu kebaikan atau kejelekan; karena sesungguhnya balasan sesuai dengan perbuatan dan “barangsiapa yang beramal kejelekan maka akan dibalas dengannya.”
Inilah wasiat-wasiat yang agung dari para imam salaf tentang hal ini:
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata:
“Tidaklah seorang hamba berbuat baik antara dia dan Alloh kecuali Alloh akan membaguskan antara dia dan para hamba, dan tidaklah dia berbuat kejelekan antara dia dan Alloh kecuali Alloh akan menjelekkan antara dia dan para hamba. Sungguh menjaduikan senang kepada satu wajah adalah lebih mudah daripada menjadikan senang semua wajah, sesungguhnya jika engkau membuat senang satu wajah tersebut maka seluruh wajah akan condong kepadamu, dan jika engkau merusak antara dirimu dan diri-Nya, maka seluruh wajah akan mencibirkanmu.” (Siyar A’lamin Nubala’: 11/124 dan Tarikhul Islam: 8/442)
Mu’tamir bin Sulaiman berkata:
“Sesungguhnya seorang laki-laki melakukan dosa dalam keadaan sembunyi-sembunyi, dan dia memasuki waktu pagi dengan merasakan kehinaannya.” (ats-Tsiqot: 8/389)
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Sesungguhnya seorang hamba melakukan kemaksiatan terhadap Alloh Ta’ala dalam keadaan sunyi dari manusia, maka Alloh melemparkan kebencian terhadapnya di hati-hati orang-orang yang beriman dari arah yang tidak dia sangka.” (Shoidul Khothir hlm.235)

11. Mengingkari kemungkaran yang ada di internet
Orang yang masuk ke dalam dunia internet hendaknya jangan meremehkan dirinya di dalam mengingkari apa yang dia pandang sebagai suatu kemungkaran atau kejelekan di dalam internet. Dan itu semua sesuai dengan kadar kemampuan dan kekuasaannya.

BERPERAN AKTIF DI DALAM MENYUGUHKAN HAL YANG BERMANFAAT DAN BERFAEDAH

Sebagaimana wajib atas seorang muslim menjauhkan dirinya dari kejelekan-kejelekan internet, demikian juga selayaknya baginya –atau wajib atasnya- tidak meluputkan dirinya dari kebaikannya, khusunya jika dia memiliki ilmu yang mutqin tentangnya dan memiliki spesialisasi padanya. Tidaklah selayaknya dia hanya mengupayakan tidak terjatuh di dalam hal-hal yang diharamkan, bahkan wajib atasnya menyuguhkan hal-hal yang bermanfaat dan berfaedah, dan partisipasi aktif, usulan-usulan yang bermanfaat, dan mengarahkan kepada website-website Islami yang terpercaya.

RENUNGAN-RENUNGAN

Wahai Saudaraku!
Tidaklah engkau merasakan –dalam keadaan engkau membolak-balikkan pandanganmu pada gambar-gambar porno- kegelapan di dalam hatimu, kelemahan di dalam tubuhmu, dan suka kehinaan serta tidak butuh kepada kenbaikan?!

Tidaklah engkau merasakan –dalam keadaan engkau menelaah cacian-cacian dan mendengarkan apa yang dikatakan pada Fulan dan Fulan- kesatnya hatimu, jeleknya sangkaanmu, dan kesialan di dalam pandanganmu?

Tidaklan engkau merasakan –jika engkau menghabiskan waktu berjam-jam di depan internet tanpa faedah- kesempitan dadamu, dan keporak-porandaan pada keperluanmu? Hingga engkau tidak sadar dengan seseorang yang berada di sampingmu, dan tidak bersemangat menerima panggilan telepon?
Sebagai kebalikan hal itu semua, tdaklah engkau merasakan semangat, ketenangan, kebahagiaan, dan kekuatan jika engkau menyuguhkan kebaikan dan engkau tundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, dan engkau bertakwa kepada Allah di saat sendirian?!

PENUTUP
Inilah yang bisa kami sampaikan di dalam pembahasan ini dan akhirnya kita memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang luhur agar menjauhkan kita semua dari fitnah-fitnah yang tampak dan yang tidak tampak dan agar menjadikan kita semua sebagai kunci-kunci kebaikan dan penutup-penutup kejelekan serta menjadikan berkah kepada kita semua di mana pun kita berada. Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.

Sumber:
Majalah al-Furqon No. 114 edisi II Tahun ke-10 Jumada Akhir 1432 H hlm. 37-42 dengan beberapa penyesuaian dari http://salafiyunpad.wordpress.com/ dan dipublikasikan kembali oleh ibnuislam

Minggu, 24 April 2011

Cara Memasang Widgets RadioRodja Streaming Pada Blog



Silahkan Anda Copy Script berikut pada situs Anda

<h3>Live Streaming</h3>
              <!--Widget Rodja Starts-->
<script type="text/javascript">
wWidth = "200px";
wHeight = "170px";
wAutostart = "false";
wFullscreen = "false";
wBackgroundOut = "#3180B0";
wBorderOut = "#BE2621";
wBackgroundIn = "#EEF9FB";
wBorderIn = "#ED826E";
wColor = "#FFFFFF";
document.write('<scr'+'ipt type="text/JavaScript" src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js"></scr'+'ipt>');
</script><script type="text/JavaScript" src="http://widget.radiorodja.com/player/bootstrap.js"></script>

Maka hasilnya akan seperti di atas

Kamis, 14 April 2011

Raja Fahd ( Sosok Pemimpin Teladan Zaman Ini )

KISAH RAJA FAHD << Subhanallah… Contoh Teladan Pemimpin Zaman ini..>>

Penulis : Ustadz Ali Musri Semjan Putra
Berita wafatnya Raja Fahd -rohimahullahu- sudah berlalu, mungkin diantara ikhwah sudah lupa akan peristiwa tersebut. Banyak diantara saudara kita yang antipati terhadap beliau bahkan membencinya karena ketidaktahuan mereka. Peran apakah yang telah dijalankan oleh Raja Fahd selama ini terhadap kaum muslimin sehingga tulisan ini sangat layak untuk diangkat pada edisi kali ini?

Ustadz Ali Musri Semjan Putra -hafizhohullahu- menulis artikel ini dengan gaya penulisan yang khas (melayu) dan dibumbui dengan cerita-cerita di Tanah Harom sehingga membuat kita semakin rindu ingin kesana. Semoga tulisan ini bermanfaat kita semua…

Judul Asli:
Berpulangnya Penjaga Dua Kota Suci Yang Dipertuan Agung Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud*

Segala puji bagi Allah yang di tangan-Nya seluruh kekuasaan, bila Dia berkehendak tiada seorang pun dari makhluk yang bisa menolaknya. Sholawat dan salam kepada nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah menyuruh kita untuk bersabar tatkala ditimpa musibah, berkata Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, “tiada musibah yang lebih besar dari kematian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian besar kecilnya suatu musibah yang menimpa umat diukur dengan besar kecilnya perjuangan yang dilakukan seseorang tersebut untuk agama dan umatnya.” Disebutkan dalam sebuah peribahasa: “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan jasa”.

Pada hari senin tanggal 1 Agustus 2005 umat Islam telah kehilangan seorang yang menjadi kebanggaan mereka, yang telah berjasa dalam memperjuangkan agama dengan segala usaha dan upaya, satunya-satunya penguasa di dunia saat ini yang menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai dasar dan pandangan hidup bernegaranya serta menjadikan tujuan kekuasaannya untuk tegaknya bendera tauhid di seluruh pelosok penjuru dunia. Semoga Allah menempatkan arwah beliau di tempat yang layak di sisi-Nya. Amiin…

Tulisan ini tidak bertujuan untuk meratapi kepergian sang Raja yang mulia, akan tetapi untuk mengingatkan orang-orang yang melupakan jasa-jasa beliau atau pura-pura lupa akan kebaikan beliau serta sebagai sugesti dan motivasi bagi para penguasa dan pemimpin yang ingin mencapai kesuksesan dalam kekuasaannya. Apa yang harus mereka jadikan pedoman dan landasan dalam membangun masyarakat yang madani dan beriman untuk mencapai sebuah kemakmuran dan kesentosaan serta keadilan?

Jawabannya hanya satu yaitu menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai landasan kehidupan bernegara dan bermasyarakat sebagaimana telah dibuktikan sendiri oleh sang Raja yang mulia dalam kekuasaannya. Di saat orang berbondong-bondong mengusung slogan-slogan yang datang dari barat, beliau dengan teguh mempertahankan kekuasaan beliau di atas Al Quran dan Sunnah, sekalipun ancaman datang dari luar dan dalam. Semoga Allah menjaga kekuasaan yang beliau bangun dari berbagai ancaman dan bencana serta pengkhianatan. Berikut ini kita ingin menyimak sekilas tentang kehidupan dan perjuangan beliau.

Biografi penjaga dua kota suci
Nama: Fahd bin Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Faishal bin Turky bin Abdullah bin Muhammad bin Saud, dari suku Bani Hanifah.
lahir di kota Riyadh tahun 1922 M (1338 H).

Pendidikan: sejak kecil beliau menerima pendidikan langsung dari orang tua beliau, ikut dalam berbagai peristiwa penting yang dialami orang tua beliau dalam mempersatukan jazirah arab di bawah kekuasaannya, sehingga kepribadian orang tua beliau sangat menonjol dalam diri beliau mulai dari sifat pemurah, tawadhu dan pemberani serta ketangkasan dalam mengatur kekuasaan.

Di samping itu beliau juga menerima pendidikan dari jalur resmi, pendidikan dasar di Sekolah Kerajaan yang bertempat di Riyadh kemudian melanjutkan ke Ma’had Ilmy (Lembaga Ilmu Islam) di Makkah Al Mukarramah. Kemudian beliau memperdalam ilmu dengan banyak membaca buku-buku ulama salaf ataupun buku-buku yang berbicara tentang tokoh-tokoh pemimpin dunia di samping ikut menghadiri berbagai pertemuan penting yang dilakukan orang tua beliau, Raja Abdul Aziz, begitu pula dalam kepemimpinan kakak-kakak beliau. Banyak sekali jabatan penting yang pernah beliau pangku sebelum dinobatkan menjadi Raja, di antaranya:

Pada tahun (1373 H) diangkat sebagai Menteri Pendidikan di masa kekuasaan kakak beliau Saud bin Abdul Aziz. Dalam masa ini beliau melakukan berbagai pembaharuan dalam bidang pendidikan. Pada tahun (1382 H) diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri. Dalam masa ini beliau melakukan berbagai pembaharuan pula dalam bidang pemerintahan dan keamanan. Ketika dinobatkannya kakak beliau Faisal sebagai Raja. Ia diangkat menjadi penasihat beliau. Kemudian pada tahun (1387H) diangkat sebagai wakil perdana menteri di samping menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Pada masa kekuasaan kakak beliau Raja Khalid tepatnya tahun (1395 H) beliau dinobatkan sebagai Putra Mahkota. Kemudian pada tanggal 21 Sya’ban tahun (1402 H) seluruh anggota keluarga kerajaan dan rakyat membaiat dan menobatkan beliau sebagai Raja.

Selama beliau menjadi raja banyak sekali yang beliau lakukan bukan hanya untuk rakyat Saudi semata tetapi untuk kaum muslim di berbagai pelosok penjuru dunia. Dalam tulisan yang singkat ini kita mencoba mengupas sekilas tentang perjuangan beliau untuk kaum muslimin dalam berbagai bidang di berbagai pelosok penjuru dunia terlebih khusus buat saudara-saudara beliau yang seiman di nusantara. Adapun mengenai perjuangan beliau untuk rakyat beliau yang berada di bawah kekuasaan beliau langsung, tidak kita kupas karena itu sudah jelas sebagai kewajiban beliau dan suatu keharusan yang pasti beliau lakukan dengan penuh tanggung jawab, bila perhatian beliau terhadap saudara-saudara beliau yang di luar kekuasaan beliau sangat begitu besar apa lagi untuk rakyat beliau sendiri yang menjadi tanggung jawab beliau.

Kalau kita ambil saja sebagai contoh dalam bidang dakwah dan pendidikan tidak ada bandingnya dengan negara manapun. Pendidikan dan dakwah dari hal yang sekecil-sekecilnya sampai kepada hal yang sebesar-besarnya menjadi perhatian dan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. Contoh dalam bidang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi GRATIS termasuk buku-buku panduan dibagikan secara GRATIS dan yang lebih istimewa lagi seluruh mahasiswa perguruan tinggi negeri diberi beasiswa paling sedikit 850 riyal setiap bulan. Untuk kegiatan dakwah yang formal seluruhnya ditanggung pemerintah mulai dari fasilitas dan dana.

Sebagai contoh seluruh mesjid operasionalnya atas tanggungan pemerintah mulai dari gaji imam, muazin, kebutuhan listrik dan air. Begitu pula ulama dan para da’i sangat mendapat perhatian khusus dari penguasa dalam hal kesejahteraan mereka. Di antara nikmat yang amat besar bagi rakyatnya adalah bersihnya kehidupan mereka dari segala bentuk praktek kesyirikan, takhayul, khurafat dan bid’ah. Begitu pula badan-badan sosial yang berkecimpung dalam kegiatan dakwah dan kemasyarakatan selalu mendapat sumbangan dan suntikan dana dari pemerintah. Apa yang kita sebutkan belum secuil dari apa yang beliau lakukan untuk rakyat beliau.

Yang ingin kita bicarakan dalam tulisan singkat ini adalah sekilas tentang perjuangan dan usaha-usaha beliau dalam menegakkan agama yang benar serta keaktifan beliau dalam memperhatikan nasib saudara-saudara beliau yang seiman di berbagai pelosok belahan dunia terlebih khusus di negeri kita yang tercinta.

Kita ambil sebagai contoh dalam hal ini beberapa bidang terpenting saja:

♥ BIDANG SOSIAL DAN DAKWAH
Mendirikan dan membantu pembangunan mesjid dan musholla serta bantuan fasilitas penunjang seperti karpet dan sajadah di berbagai negara dan kota internasional terutama di negara-negara yang minoritas muslim. Jumlah mesjid yang dibangun di berbagai belahan benua menurut salah satu sumber lebih dari 1500 mesjid. Setiap mesjid dilengkapi fasilitas penunjang seperti: tempat wudhu, ruang belajar, pustaka, ruang pertemuan, ruang perkantoran dan lain-lain.

Diantara mesjid tersebut adalah:
- Mesjid raya Raja Abdul Aziz di Tunisia
- Mesjid raya Raja Faishal di Tasyat
- Mesjid raya Bamako Mali
- Mesjid raya Raja Faishal di Ginia Konakre
- Mesjid raya Yawandy di Kamerun
- Mesjid raya kota Sukudy, Togo
- Mesjid raya Cina di Tibet
- Mesjid raya Raja Fahd di kota Yanovic Rusia
- Mesjid raya Utawa di Kanada
- Mesjid raya Umar bin Khatab di Los Angles
>> Mendirikan dan membantu pembangunan madrasah dan pesantren di berbagai negara yang terdapat di pelosok dunia.
>> Pengiriman da’i-da’i ke berbagai negara Islam terutama negara yang berpenduduk minoritas muslim. menurut data Kementrian Urusan Agama Arab Saudi jumlah Mereka mencapai 5000 orang.
>> Memberi tunjangan kepada da’i-da’i yang tersebar di berbagai negara-negara Islam yang sedang berkembang atau di bawah garis kemiskinan.
>> Mencetak kitab-kitab ulama kemudian membagikannya kepada para ulama dan da’i serta pencinta ilmu di dalam dan luar Arab Saudi. Sepeti kitab Majmu’ Fatawa, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah yang jumlahnya 37 jilid, kitab Al Mughny karangan Ibnu Qudamah yang jumlah 15 jilid dan banyak lagi yang lainnya.
>> Mendirikan Pusat Kajian Islam (Maktab Jaaliyyat) di berbagai kota dan pelosok Saudi untuk para pendatang dari berbagai negara yang bekerja di Arab Saudi. Terutama di kota-kota industri dan perdagangan seperti Jeddah, Riyadh, Madinah, Jizan, Hail, Yanbuk, Qasim dan lain-lain.
>> Memberi bantuan kepada negara-negara Islam yang sedang ditimpa bencana alam dan peperangan seperti yang baru-baru ini bencana gempa yang menimpa Turki, Iran dan bencana Tsunami di Aceh. Begitu pula bantuan bagi rakyat Afghanistan dan Irak pasca gempuran Amerika .
>> Pengiriman daging kurban pada setiap musim haji ke negara-negara Islam yang berada di bawah garis kemiskinan.
>> Pengiriman bantuan ifthor (buka puasa) di bulan Ramadhan ke berbagai negara Islam serta negara yang minoritas muslim. Begitu pula di sekitar dua mesjid kota suci disediakan pula perbukaan bagi para penziarah (umrah). Namun pada akhir-akhir ini pembagian makanan tersebut berlanjut sampai pada hari-hari biasa sekalipun, di sekitar mesjid Nabawy sering penulis saksikan antrian panjang para buruh bangunan menunggu bagian Mereka masing-masing. Semua operasionalnya dari dana pribadi sang Raja yang telah berpulang itu.

♥ BIDANG PENIDIDIKAN
Mendirikan sekolah-sekolah tinggi di berbagai negara Islam dan kota internasional terutama negara yang minoritas muslim, di antaranya:
a. Kuliyyah Syari’ah dan Bahasa Arab di Emirat Arab
b. Lembaga Pengetahuan Islam Dan Arab di Mauritania (LIPIA-nya mauritania -ed)
c. Lembaga Pengetahuan Islam Dan Arab di Jakarta (yang kita kenal dgn LIPIA -ed)
d. Lembaga Islam Dan Arab di Jepang (LIPIA-nya Jepang -ed)
e. Lembaga Islam Dan Arab di Jibuti (LIPIA-nya Jibuti -ed)
f. Lembaga Pengetahuan Islam Dan Arab di Washington (LIPIA-nya Amerika -ed)
g. Akademi Islam di Washington berdiri pada tahun 1984
h. Akademi Raja Fahd di London berdiri pada tahun 1985
i. Akademi Raja Fahd di Moskow
j. Akademi Raja Fahd di Bond berdiri pada tahun 1995
k. Akademi Islam Behach
l. Ma’had Islami di Senegal
>> Memberikan beasiswa bagi anak-anak muslim dari berbagai negara Islam dan negara yang minoritas muslim untuk belajar di berbagai perguruan tinggi di Arab Saudi. Jumlah Universitas Saudi yang menampung siswa asing sekitar enam Universitas.
>> Kita ambil sebagai contoh Universitas Islam Madinah yang merupakan universitas yang jumlah mahasiswa asingnya paling dominan dibanding universitas-universitas lainnya. Persentasenya mencapai 65% dari 140 negara. Mahasiswa Indonesia menempati urutan kedua setelah Nigeria. Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai Universitas Saudi lebih kurang sekitar 200 orang.
>> Seluruh mahasiswa asing yang belajar di Saudi setiap libur musim panas diberi tiket gratis untuk pulang ke negara Mereka masing-masing. Silakan pembaca menghitung berapa besar biaya yang disumbangkan untuk mereka.
>> Pengiriman dosen-dosen untuk perguruan tinggi di berbagai negara Islam dan negara yang minoritas muslim. menurut data Kementrian Pendidikan jumlah mereka mencapai 2372 orang.
>> Mendirikan Pusat Kajian Islam (Islamic Centre) di berbagai negara dan kota besar dunia, terutama negara yang minoritas muslim. jumlahnya mencapai sekitar 210 buah, diantaranya:
a. Islamic Centre Abuja di Nigeria
b. Islamic Centre Raja Fadh di kepulauan Mali Maldef
c. Islamic Centre Tokyo Jepang
d. Islamic Centre Seoul, Korea
e. Islamic Centre Raja Syahi Bangladesh
f.  Islamic Centre Delfid Belanda
g. Islamic Centre Munich, Jerman
h. Islamic Centre Efre Prancis
i.  Islamic Centre Jenef Swiss
j.  Islamic Centre Madrid Spanyol
k. Islamic Centre Roma Italia
l.  Islamic Centre Washington
m. Islamic Centre New York
n. Pusat Kebudayaan Islam Chicago
o. Islamic Centre Los Angles
p. Islamic Centre Ottawa Kanada
q. Islamic Centre Brasil
r. Islamic Centre Victoria Australia
s. Islamic Centre New Zeeland Australia
>> Mengirim dosen-dosen universitas ke berbagai negara Islam dan negara yang minoritas muslim, untuk mengadakan daurah-daurah ilmiah (Kajian Islam Intensif). Menurut data yang di sebutkan oleh salah satu sumber untuk Universitas Islam Madinah saja telah melakukan Daurah ilmiah semenjak tahun 1419 H sampai tahun 1422 H di 29 negara. Di Indonesia diadakan sebanyak 16 kali. Belum terhitung dauroh yang dilakukan oleh universitas-universitas Saudi lainnya di berbagai negara.

♥ BERPARTISIPASI AKTIF DALAM SEGALA PERSOALAN YANG MENIMPA KAUM MUSLIMIN DI SELURUH BELAHAN PELOSOK DUNIA 

>> Perhatian khusus untuk perjuangan rakyat Palestina, tidak terhitung pengorbanan yang beliau lakukan, baik yang bersifat moril maupun materil, tidak ada penguasa yang paling banyak berkorban untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina seperti yang beliau lakukan. Tidak salah kita katakan bahwa beliau menduduki peringkat pertama dalam hal ini di atas petinggi-petinngi arab lainnya.
>>Membantu perjuangan rakyat Afghanistan dalam melawan penjajahan komunis, dalam hal ini tidak hanya sebatas bantuan moril dan materil tetapi termasuk bantuan mujahidin, Raja yang bijaksana ini membuka kesempatan kepada anak muda negerinya untuk membantu saudara-saudaranya yang sedang berjuang melawan komunis, namun setelah komunis terkalahkan perjuangan berakhir dengan pertikaian antar kelompok yang berjuang yang akhirnya Raja yang bijak ini memanggil kepala setiap kelompok pejuang ke Makkah Al Mukarramah dan mengambil sumpah mereka dalam ka’bah agar Mereka menghentikan pertikaian antara mereka.
>> Fasilitator perdamaian Irak-Kuwait, ketika Saddam mencaplok Kuwait, saat itu pula Raja yang bijak ini memperlihatkan kepiawaiannya dalam mengatasi kondisi yang mencekam waktu itu. Yang mana Saddam akan melanjutkan agresinya untuk merebut kekuasaan Al Saud. Di samping beliau sibuk menampung pengungsi dari Kuwait beliau dihadapkan pula pada persoalan yang lebih penting yaitu menghadapi agresi Saddam. .

Seketika itu beliau meminta fatwa ulama dalam hal meminta bantuan kepada non muslim dalam hal mempertahankan negeri dari kezholiman saudara yang seagama. Setelah melalui pertimbangan yang begitu matang baik dari segi syar’i maupun siyasah (politik) para ulama mengeluarkan fatwa tentang dibolehkannya meminta bantuan kepada non muslim dalam hal menghentikan kezholiman yang dilakukan oleh saudara yang seagama. Apalagi negara tetangga Saudi Arabia waktu itu tidak satu pun yang mendukung kekuasan Al Saud, bahkan mereka memberi bantuan moril kepada presiden Irak yang nyata-nyata melakukan kezholiman saat itu.

Namun sekelompok kecil dari “generasi muda” menentang kebijakan yang dilakukan Sang Raja berdasarkan fatwa para ulama itu. Ketika itu, persoalan bertambah rumit lagi. Saat itu para generasi muda menyebarkan berbagai fitnah terhadap penguasa dan ulama. Namun raja yang bijak ini menghadapinya dengan pandangan yang jernih tidak membuatnya untuk berbuat sesuatu yang di luar aturan agama. Setelah Saddam kembali meninggalkan Kuwait. Suara-suara sumbang masih terdengar dari sekelompok generasi muda, beliau dituduh meminta bantuan orang kafir untuk membunuh saudara-saudara seiman. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya, beliau meminta bantuan orang kafir untuk menghentikan pembunuhan sesama muslim, serta untuk melindungi kekuasaan beliau, satu-satunya negara yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah sebagai simbol Islam yang tegak di muka bumi ini .

Kenyataan yang amat mengejutkan adalah justru dibalik itu semua terdapat hikmah yang amat besar di antaranya adalah begitu banyaknya tentara Amerika yang masuk Islam . Pengakuan salah seorang komandan angkatan perang Arab Saudi bahwa mereka lebih sibuk menghadapi orang-orang Amerika yang ingin masuk Islam dari pada menghadapi kemungkinan serangan Saddam.
Kalau saja Saddam berhasil menguasai Arab Saudi pada saat itu, tentu akan lenyap satu-satunya kekuasaan yang berlandaskan Islam di muka bumi ini.
>> Membantu perjuangan rakyat Bosnia dari kekejaman Serbia. Saat dunia diguncang oleh pekikkan wanita dan bayi-bayi Bosnia yang disembelih oleh Serbia dengan spontan raja yang mulia ini bersama rakyatnya mengumpulkan dan mengirimkan segala bentuk bantuan, baik berupa uang tunai, bantuan pangan dan pakaian serta tenaga medis dan obat-obatan. Sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara Islam lainnya. Tetapi apa yang diberikan oleh sang Raja beserta rakyatnya tiada bandingannya dalam kualitas dan kuantitas.
>> Membantu pengungsi muslim Kasmir yang diusir pasukan India. Mulai dari bantuan pangan, pakaian serta obat-obatan dan lain-lain.

PELAYANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGUNJUNG DUA KOTA SUCI

>> Perluasan mesjid dua kota suci serta mesjid-mesjid lain yang dikunjungi kaum muslimin saat musim haji dan umrah seperti mesjid Quba, mesjid Qiblatain, mesjid Miqat Bir Ali, mesjid Namirah, mesjid Masy’aril Haram, mesjid Khaif. disamping bangunan yang begitu megah segala fasilitas pun tersedia.

>> Saat kita berada di dua kota suci ini betapa kenyamanan amat kita rasakan sekali bahkan hal yang sekecil-kecilnya menjadi perhatian pemerintah.
>> Khusus untuk Masjid Nabawi, air zam-zam diangkut dengan armada dari kota Makkah, tidak hanya untuk keperluan mesjid semata tapi masyarakat umum kota Madinah pun bisa mengambilnya untuk minuman mereka sehari-hari.
>> Pelayanan kenyamanan dalam berbagai tempat yang ditempuh dalam rute pelaksanaan haji atau tempat ziarah seperti pembangunan jalan, penerangan jalan, pemancar air di Arafah ketika musim panas, tersedianya WC dan tempat berwudhu sepanjang perjalanan dari Arafah sampai ke Mina.
>> Pembangunan tenda-tenda haji yang anti api di Mina dan lain-lain. Khusus pada musim haji segala kekuatan dan kemampuan dikerahkan untuk melayani tamu-tamu Allah mulai dari tim keamanan, kesehatan dan panduan haji.
>> Di samping itu tersedia pula tim khusus untuk mengantarkan jamaah yang tersesat, pulang ke tempat pemondokan mereka. Ditambah lagi pembagian buku-buku agama secara cuma-cuma kepada seluruh tamu-tamu Allah yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
>> Tidak hanya sampai di situ, pembagian makanan pun dilakukan bagi tamu-tamu Allah langsung dibagikan ke pemondokan jamaah. Begitu pula di sepanjang rute perjalanan haji mulai dari pagi hari tangal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 10 Dzulhijjah berjejer troli-troli membagikan berbagai bentuk minuman dan makanan sebagai sumbangan dari uang pribadi beliau sendiri. 


♥ PENDIRIAN PERCETAKAN AL-QUR’AN DI KOTA MADINAH 

Pada tahun 1405 H selesai pembangunan kompleks percetakan Al Qur’an di kota Madinah yang dilengkapi dengan segala fasilitas yang mutakhir. Seluruh biaya mulai dari pembangunannya sampai segala bentuk operasional sehari-hari atas dana beliau pribadi. Pada tahun 1420 H jumlah eksemplar Al Qur’an yang dicetak sekitar 153 juta eksemplar dan telah dibagikan secara cuma-cuma kepada kaum muslimin di berbagai pelosok dunia sekitar 121 juta eksemplar.

Kemudian Terjemahan Al Qur’an dalam berbagai bahasa dan dialek, pada tahun 1420 H telah diterjemahkan dalam 30 bahasa dan dialek. Jumlah Al Qur’an Terjemahan yang telah dibagikan kepada kaum muslimin di berbagai negara secara cuma-cuma sekitar 16 juta eksemplar. Percetakan Al Qur’an tidak hanya bergerak dalam bidang mencetak Al Qur’an dan terjemahannya semata tetapi juga bergerak dalam bidang mencetak kitab-kitab ulama dan bidang terjemahan buku-buku agama yang selanjutnya dibagikan kepada pencinta ilmu baik yang berada dalam Arab Saudi maupun di luar Arab Saudi.

Cuplikan Pidato Raja Yang MuliaMelalui cuplikan pidato Raja, kita akan melihat secara dekat dan nyata bagaimana kepribadiannya yang sesungguhnya tentang kepahaman beliau tentang agama dan aqidah yang benar. Mari kita simak ketika beliau mengukuhkan undang-undang majelis syura tanggal 27/8/1412 H beliau menyatakan bahwa kerajaan yang beliau pimpin tegak di atas jalan yang jelas yaitu Islam, sebagaimana ungkapan beliau:
“Sesungguhnya negara ini berdiri di atas jalan yang jelas dalam politik, hukum dan dakwah serta ikatan persatuan yaitu Islam baik aqidah maupun syari’ah”.
Ungkapan beliau lagi pada pembukaan tahun kerja kedua majelis syura tanggal 5/3/1419H:

“Sesungguhnya negara anda yang telah berdiri lebih dari 250 tahun dan bersatu lebih dari 70 tahun telah menjadikan kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah sebagai undang-undang dasar dan garis besar haluan negara, hal ini mewarnai pergaulan dan hubungan kita dengan negara-negara lain. Dan kita akan tetap (dengan izin Allah) berpegang teguh dengan aqidah Islam. Karena kita tahu bahwa dengan demikian kita akan tetap dalam kemuliaan dan kejayaan serta selalu mendapat pertolongan Allah, Maha Benar Allah ketika berfirman: “Sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang selalu menolong-Nya”.
Beliau ungkapkan pula dihadapan para utusan yang memberikan ucapan selamat atas pembebasan Kuwait tanggal 19/8/1411 H:
“Semua kita tahu bagaimana umat Islam terjajah pada masa lampau baik di semenanjung Arab atau Afrika, ataupun Asia dan tempat-tempat lainnya, sebabnya adalah karena kecintaan pada kehidupan dan kesenangan duniawi telah mengalahkan diri kita dari berpegang kepada aqidah”.
Beliau tambahkan:
“Aku berjanji pada Allah untuk menjadikan Aqidah Islam sebagai asas dan fondasi serta tempat bertolak, dan apa yang bertentangan dengannya tidak akan kita perhatikan dan tidak pula akan kita ikuti”.
Pada kesempatan yang sama beliau nyatakan dihadapan para tamu dan masyarakat beliau:
“Kita saksikan di berbagai pelosok dunia dan di setiap tempat telah berdiri mesjid dan perpustakaan Islam serta tersebarnya dakwah Islam. Fenomena ini menurut keyakinan saya sebagai bukti bahwa dunia telah mencoba segala bentuk pemikiran dan undang-undang untuk mengatur kehidupan manusia baik secara umum maupun khusus. Dari sini orang-orang mengetahui bahwa aqidah Islam adalah sebaik-baik jalan. Karena di dalamnya terkumpul segala bentuk fasilitas kebaikan dunia dan akhirat. Barang siapa yang menginginkan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak maka berpegang teguhlah dengan kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”.
Demikianlah sekelumit cuplikan kalimat-kalimat beliau yang penuh makna.

Kesan Dan Pesan Dari Penulis

Selama penulis menumpang hidup di salah satu sudut kekuasaan Sang Raja Yang Bijak ini, tepatnya di kota Madinah Al Munawwarah banyak sekali kesan indah dan kenangan manis yang penulis rasakan sendiri maupun yang penulis saksikan.

Betapa tidak, karena barokah yang selalu diberikan Allah bagi umat yang berpegang teguh dengan agamanya. Sudah lebih dari sepuluh tahun lamanya penulis menikmati kemakmuran di negeri orang. Mulai dari semenjak program S-1 sampai sekarang pada tingkat penyelesaian S-3 di Universitas Islam Madinah.

Mulai dari awal dari keberangkatan diberi tiket gratis sampai kedatangan semuanya telah tersedia di kamar yang akan ditempati oleh mahasiswa baru mulai dari kasur yang berseprai lengkap dengan selimut ditambah lagi meja belajar dengan ruangan yang ber-AC. Setiap bulan kami menerima beasiswa sebanyak 850 rial. Setiap hari kami diantar jemput untuk ke masjid Nabawi oleh bus kampus.

Setiap sekali setahun diberi uang pustaka yaitu berupa dana untuk membeli buku-buku kuliah sebanyak 800 rial. Kemudian setiap libur tahunan musim panas kami di beri tiket untuk berlibur ke negara masing-masing.

Jumlah Mahasiswa asing di Universitas Madinah sekitar 4000 orang ditambah Mahasiswa Saudi sekitar 2500 orang. Ini baru untuk satu universitas belum terhitung yang terdapat di universitas-universitas lain serta cabang-cabangnya baik di dalam Saudi maupun di luar negeri. Menurut hemat penulis di negara manapun tidak akan kita dapatkan perhatian seperti ini, apa lagi di negara kita sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak kita temukan praktek kesyirikan dan bid’ah maupun maksiat secara terang-terangan. Karena bila diketahui akan menerima hukuman yang sepantasnya. Bila berobat, ke rumah sakit gratis. Di sana-sini sering kita mendapatkan bantuan buku-buku.
Khusus di bulan Ramadhan suasana lebih istimewa lagi, kita akan ditarik-tarik para penyaji buka puasa di masjid Nabawi supaya menyantap perbukaan mereka, anak-anak kecil merayu kita untuk mendatangi hidangan perbukaan mereka. Tepat di sebelah kiri mesjid Nabawi arah timur kota Madinah di sana terbentang hidangan perbukaan atas dana pribadi sang raja yang telah berpulang.

Kalau kita jalan-jalan kepasar kita akan lumrah melihat terong sebesar kepala anak kecil, anggur yang sebesar ibu jari, cabe yang panjangnya 20 cm. Begitu pula ikan yang sebesar anak berumur 5 tahun, harga untuk satu ikat ikan atau satu ekornya kadangkala mencapai 500 rial atau lebih, bila dirupiahkan sekitar satu juta lebih. Sering penulis bertanya pada diri sendiri kenapa negeriku yang subur tidak pernah bertemu hal seperti ini…!?. Ini adalah bukti nyata dari firman Allah:
“Jikalau penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, Sungguh Kami akan bukakan pintu rezki bagi Mereka dari langit dan bumi”. (Q.S Al A’raaf; 96).
Saat maraknya isu teroris Sang Raja tidak gegabah dalam mengambil kebijaksanaan. Tidak pernah ada pelarangan terhadap para da’i dan ulama dalam berdakwah bahkan sebaliknya justru mesjid-mesjid diramaikan dengan kajian-kajian tentang aqidah, seminar-seminar digalakkan di kampus-kampus Universitas. Karena Sang Raja memiliki ilmu agama yang cukup dalam mengkaji masalah tersebut. Bahkan beliau telah mengantisipasi akan hal tersebut, dengan mencabut kewarganegaraan Usamah bin Laden sekalipun Amerika mengkritik keras kebijakan Sang Raja pada saat itu. Dan pada akhirnya Amerika menuai benih yang Mereka tabur sendiri, terlepas dari benar atau tidaknya tentang opini yang diciptakan Amerika tentang Bin Laden. Lain halnya di berbagai belahan dunia para da’i dan pemuda muslim sering menjadi korban penculikan tanpa perlu ada bukti yang otentik.

Kesan yang tatkala pentingnya adalah terbuktinya kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh musuh Islam dan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan paham Ahlussunnah wal Jam’ah seperti tuduhan orang yang suka dusta dan memfitnah bahwa teroris diciptakan oleh negara Saudi sendiri. Begitu pula tuduhan tentang bahwa Saudi berpaham Wahhaby. Sudah sepersepuluh abad lebih penulis berada di Arab Saudi tidak pernah menemukan indikasi ke arah seperti yang dituduhkan tersebut. Bahkan seluruh buku-buku aqidah tidak pernah luput dari membongkar kesesatan teroris (Khawarij dan Mu’tazilah). Begitu pula tuduhan tentang faham Wahhaby bahwa mereka tidak menghormati para wali Allah atau dianggap membuat mazhab yang kelima. Pada kenyataannya semua buku-buku yang dipelajari dalam seluruh jenjang pendidikan adalah buku-buku para wali Allah dari berbagai mazhab.

Penulis sebutkan di sini buku-buku yang menjadi panduan di Universitas Islam Madinah.

- Untuk mata kuliah Aqidah:
kitab Syarah Aqidah Thawiyah karangan Ibnu Abdil ‘Iz Al Hanafi, Fathul Majiid karangan Abdurahman bin Hasan Alu Syeikh. Ditambah sebagai penunjang Al Ibaanah karangan Imam Abu Hasan Al Asy’ari, Al Hujjah karangan Al Ashfahany Asy Syafi’i, Asy Syari’ah karangan Al Ajurry, Kitab At Tauhid karangan Ibnu Khuzaimah, Kitab At Tauhid karangan Ibnu Mandah dan lain-lain. –

- Untuk mata kuliah Tafsir:
Tafsir Ibnu Katsir Asy Syafi’i, Tafsir Asy Syaukany, Ditambah sebagai penunjang Tafsir At Thobary, Tafsir Al Qurthuby Al Maliky, Tafsir Al Baghawy As Syafi’i dan lain-lain.

- Untuk mata kuliah Hadits:
Kutub As Sittah beserta Syarahnya Fathul Baari karangan Ibnu Hajar Asy Syafi’i, Syarah Shahih Muslim karangan Imam An Nawawy Asy Syafi”i, dan lain-lain

- Untuk mata kuliah Fikih:
Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusy Al Maliky, Subulussalam karangan Ash Shan’any, Ditambah sebagai penunjang: Al Majmu’ karangan Imam An Nawawy Asy Syafi”i, kitab Al Mughny karangan Ibnu Qudamah Al Hambaly dan lain-lain.

Kalau ingin untuk melihat lebih dekat lagi tentang kitab-kitab yang menjadi panduan mahasiawa di Arab Saudi silakan berkunjung ke perpustakaan Universitas Islam Madinah atau perpustakaan masjid Nabawi, di sana akan terbukti segala kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh musuh Islam dan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah seperti tuduhan teroris dan wahhaby.

Melalui tulisan singkat ini penulis ingin berpesan kepada saudara-saudaraku yang seiman baik sebagai penguasa maupun sebagai rakyat biasa, marilah kita bina kehidupan kita sehari-hari mulai dari urusan pribadi sampai kepada urusan negara sesuai dengan ajaran agama kita, sejauh mana kita melalaikan ajaran agama kita sejauh itu pula impian kebahagiaan akan jauh dari kita.
Selanjutnya sebagai tanda syukur kita kepada Allah, kita berkewajiban untuk mendo’akan Sang Raja yang telah berpulang. Sebagaimana diperintahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
“Barangsiapa yang melakukan suatu kebaikan padamu, hendaklah kamu membalasnya, jika kamu tidak memiliki sesuatu untuk membalasnya maka do’akanlah orang tersebut, sampai kamu merasa sudah terbalas”. (HR. Abu Daud no: 1672). Dalam sabda yang lain beliau katakan: “Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah”. (HR. Tirmidzy no: 1954).
Wallahu A’lam, sholawat dan salam untuk Nabi kita Muhammad shollallahu’alaihiwasallam, penutup segala nabi, serta untuk para sahabat dan keluarganya.

- Madinah 6 Agustus 2005
Ali Musri Semjan Putra Lc., MA.
Disunting dari www.muslim.or.id
http://rohisonline.com/?p=206

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites